tag:blogger.com,1999:blog-90002549556609486512024-03-05T01:32:07.914-08:00KESAKSIAN KRISTENKESAKSIAN KRISTENhttp://www.blogger.com/profile/09850118404553798099noreply@blogger.comBlogger23125tag:blogger.com,1999:blog-9000254955660948651.post-2872443939151094162008-11-09T23:21:00.001-08:002008-11-10T00:05:12.247-08:00<a name="2253079916987475285"></a><br /><br /><br /><span style="font-size:130%;"><br /><span style="font-weight: bold;">"Buta" karena harta-"Melihat" karena Kasih Tuhan</span><br /><span style="font-weight: bold;">- Amat Paulus Tantoso-</span></span><br /><br /> <p style="color: rgb(0, 0, 153); font-weight: bold;" align="justify"><span style="font-size:130%;"><span style=";font-family:Verdana;font-size:10;" >Penghasilan yang diterimanya setiap bulan bisa mencapai miliaran rupiah, demikianlah sukses Amat Paulus Tantoso, pengusaha money changer dan toko emas asal Batam ini. Mengalami masa keemasannya pada tahun 2001, membuatnya meraih penghargaan Pengusaha Muda Terbaik. </span></span></p><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 153); font-weight: bold;"><span style="font-size:130%;"><span style=";font-family:Verdana;font-size:10;" ><img src="http://jawaban.com/news/userfile/051108ATS-a4.jpg" alt="" width="100" align="right" height="100" />"Waktu itu saya sudah mulai sombong, saya pikir saya hebat sekali," Ungkap Tantoso.</span></span></p><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 153); font-weight: bold;"><span style="font-size:130%;"><span style=";font-family:Verdana;font-size:10;" >Memiliki dua toko emas dan 17 cabang money changer dengan penghasilan besar, tidak lantas membuat Tantoso merasa puas. </span></span></p><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 153); font-weight: bold;"><span style="font-size:130%;"><span style=";font-family:Verdana;font-size:10;" >"Saya lihat teman-teman saya yang memiliki usaha sembako, kok bisa jadi hebat dan usahanya besar. </span><span style=";font-family:Verdana;font-size:10;" >Hal itu membuat saya timbul niat jahat, saya ingin memonopoli seluruh distribusi gula pasir di seluruh kepulauan Riau. Untuk itu siapa saja yang berusaha menghalang-halangi usaha saya, maka saya tidak segan-segan untuk menghancurkannya."</span></span></p><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 153); font-weight: bold;"><span style="font-size:130%;"><span style=";font-family:Verdana;font-size:10;" >Kehebatan Kesuksesan yang didapat Tantoso ternyata hanyalah topeng. Dibalik semua kesuksesannya tersebut ada sebuah sisi gelap yang disembunyikan Tantoso. </span></span></p><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 153); font-weight: bold;"><span style="font-size:130%;"><span style=";font-family:Verdana;font-size:10;" >"Dulu dari seluruh usaha saya, setiap bulan mendapatkan penghasilan satu miliar lebih. Namun kadangkala pengeluaran saya lebih besar dari penghasilan, karena saya selalu mengajak teman-teman saya untuk pesta narkoba, main perempuan dan pergi ke tempat hiburan malam. Satu malam saya bisa habis 40 hingga 50 juta.</span><span style=";font-family:Verdana;font-size:10;" >"</span></span></p><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 153); font-weight: bold;"><span style="font-size:130%;"><span style=";font-family:Verdana;font-size:10;" >Tidak hanya itu, hubungannya dengan istri sudah tidak harmonis lagi. Dihadapan orang-orang, pasangan ini terlihat sangat harmonis, namun Suti, istrinya seringkali dipukuli dan dianiaya olehnya. Tangisan dan rintihan istrinya tak pernah digubriskan. </span><span style=";font-family:Verdana;font-size:10;" >Rasa putus asa Suti membuatnya mengambil jalan pintas dengan mencoba bunuh diri. </span></span></p><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 153); font-weight: bold;"><span style="font-size:130%;"><span style=";font-family:Verdana;font-size:10;" >Suatu saat Suti mendapatkan imformasi dari seorang teman dekat Tantoso bahwa suaminya berselingkuh. Suti tidak dapat mempercayai hal itu. Suti semakin sedih, kalut dan sakit hati sehingga dia meminta di ceraikan oleh Tantoso. </span></span></p><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 153); font-weight: bold;"><span style="font-size:130%;"><span style=";font-family:Verdana;font-size:10;" ><img src="http://jawaban.com/news//userfile/051108ATS-a7.jpg" alt="" width="100" align="left" height="100" />Diancam cerai oleh istrinya tidak mengubah tabiat Tantoso sama sekali, bahkan hal itu semakin membuat Tantoso membenci istrinya. Ketika kemarahannya memuncak, Tantoso sanggup melakukan hal yang sangat mengerikan. </span></span></p><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 153); font-weight: bold;"><span style="font-size:130%;"><span style=";font-family:Verdana;font-size:10;" >"Saya pikir istri minta cerai tidak apa-apa. Saya punya uang, dengan itu saya bisa dapat istri lagi kok."</span></span></p><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 153); font-weight: bold;"><span style="font-size:130%;"><span style=";font-family:Verdana;font-size:10;" >Hari itu Tantoso pulang dalam keadaan mabuk dan ditegur oleh istrinya. Hal tersebut membuat Tantoso naik pitam. Tantoso mengambil samurai hendak membunuh istri dan kedua anaknya. Namun saat samurai itu sudah terhunus, kilasan wajah anak keduanya membuatnya berhenti dan mengurungkan niatnya. </span></span></p><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 153); font-weight: bold;"><span style="font-size:130%;"><span style=";font-family:Verdana;font-size:10;" >Ana</span><span style=";font-family:Verdana;font-size:10;" >k kedua Tantoso dan Suti telah meninggal dunia sewaktu masih kecil. Demikian Tantoso menuturkan kisah kematian anaknya, "Pada hari kejadian, saya dan istri akan pergi ke rumah mertua saya. Karenanya anak kami itu kami tinggalkan di jaga oleh pembantu saya saat itu. Pada malam itu, ada acara joget di kampung kami, dan pembantu kami meninggalkan anak kami tersebut dirumah sendirian. </span><span style=";font-family:Verdana;font-size:10;" >Ana</span><span style=";font-family:Verdana;font-size:10;" >k kami tersebut menangis hingga mati lemas."</span></span></p><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 153); font-weight: bold;"><span style="font-size:130%;"><span style=";font-family:Verdana;font-size:10;" >Akibat kematian anak keduanya, Suti hampir saja gila. Itulah yang membuat Tantoso dan istirinya pindah ke Batam, supaya bisa melupakan kejadian yang memilukan itu. </span></span></p><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 153); font-weight: bold;"><span style="font-size:130%;"><span style=";font-family:Verdana;font-size:10;" >Mengingat rasa kehilangan yang sangat besar akan anaknya yang kedua membuat Tantoso menyarungkan kembali samurai yang telah dihunusnya. </span></span></p><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 153); font-weight: bold;"><span style="font-size:130%;"><span style=";font-family:Verdana;font-size:10;" >Sekalipun rumah tangganya diambang kehancuran, Tantoso tetap berjaya dalam usaha kotornya, sampai hukum menjeratnya.</span></span></p><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 153); font-weight: bold;"><span style="font-size:130%;"><span style=";font-family:Verdana;font-size:10;" ><img src="http://jawaban.com/news/userfile/051108ATS-a3.jpg" alt="" width="100" align="right" height="100" />"Pertama kali saya didakwa tentang penyeludupan uang atau money laundry, namun hal tersebut tidak terbukti. Dan selanjutnya didakwa lagi dengan korupsi uang perusahaan, saya menolak dakwaan tersebut dan saya buktikan bahwa perusahaan tersebut adalah milik saya sendiri. Pada akhirnya saya didakwa dengan kasus penggelapan pajak."</span></span></p><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 153); font-weight: bold;"><span style="font-size:130%;"><span style=";font-family:Verdana;font-size:10;" >Perkiraan Tantoso hukumannya hanya satu tahun saja, karena kasusnya adalah kasus perdata. Namun perkiraan tersebut salah, Tantoso dituntut hukuman 4 tahun 6 bulan penjara dan denda belasan miliar rupiah. </span><span style=";font-family:Verdana;font-size:10;" >Merasa di khianati oleh rekan bisnisnya, hati Tantoso menjadi terbakar kebencian. </span><span style=";font-family:Verdana;font-size:10;" >Rasa sakit hatinya membuat Tantoso berniat melakukan sesuatu yang nekat.</span></span></p><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 153); font-weight: bold;"><span style="font-size:130%;"><span style=";font-family:Verdana;font-size:10;" >"Saya merasa dendam sekali kepada orang-orang yang memasukkan saya ke penjara. Dalam pikiran saya, saya ingin menghancurkan mereka. </span><span style=";font-family:Verdana;font-size:10;" >Bahkan saya sempat mengorder orang untuk membunuh orang-orang itu."</span></span></p><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 153); font-weight: bold;"><span style="font-size:130%;"><span style=";font-family:Verdana;font-size:10;" >Tetapi ancaman hukuman yang lebih berat lagi membuat Tantoso mengurungkan niatnya itu. </span><span style=";font-family:Verdana;font-size:10;" >Dipenjara itulah Tantoso merasakan kesengsaraan yang amat sangat, dia tidak bisa menerima keadaanya itu. Namun kesengsaraan itu tidak dialaminya sendiri, namun juga harus ditanggung oleh istri dan anak-anaknya. </span><span style=";font-family:Verdana;font-size:10;" >Satu per satu hartanya disita, dan dalam sekejab hutang perusahaan semakin membengkak.</span></span></p><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 153); font-weight: bold;"><span style="font-size:130%;"><span style=";font-family:Verdana;font-size:10;" >"</span><span style=";font-family:Verdana;font-size:10;" >Ana</span><span style=";font-family:Verdana;font-size:10;" >k-anak saya sangat drop sekali. </span><span style=";font-family:Verdana;font-size:10;" >Ana</span><span style=";font-family:Verdana;font-size:10;" >k-anak malu ke sekolah, karena banyak orang menanyai mereka: bapak kamu yang dulu hebat, kenapa sekarang dipenjara?- " </span></span></p><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 153); font-weight: bold;"><span style="font-size:130%;"><span style=";font-family:Verdana;font-size:10;" ><img src="http://jawaban.com/news/userfile/051108ATS-a2.jpg" alt="" width="100" align="left" height="100" />Melihat penderitaan suami dan anak-anaknya, Suti berusaha dengan berbagai cara untuk mengeluarkan Tantoso dari penjara. Namun semua upayanya untuk melepaskan suaminya dari penderitaan sia-sia belaka. Nama dan reputasi Tantoso dalam sekejab hancur.</span></span></p><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 153); font-weight: bold;"><span style="font-size:130%;"><span style=";font-family:Verdana;font-size:10;" >Tantoso merasa tertekan dan stress, hal itu membuatnya mengambil keputusan untuk mengakhiri semua penderitaan dengan cara bunuh diri.</span></span></p><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 153); font-weight: bold;"><span style="font-size:130%;"><span style=";font-family:Verdana;font-size:10;" >"Saya masih ingat, hari itu hari Sabtu. Saya merasa stress dan tidak berharga lagi. Hidup ini seperti sampah yang sangat kotor, dan dibuang orang. Karenanya hari itu saya berniat untuk bunuh diri."</span></span></p><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 153); font-weight: bold;"><span style="font-size:130%;"><span style=";font-family:Verdana;font-size:10;" >Pada saat Tantoso sedang memikirkan rencananya untuk bunuh diri, tiba-tiba seorang teman napi mengajaknya ke aula dimana sedang ada sebuah pertemuan. </span></span></p><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 153); font-weight: bold;"><span style="font-size:130%;"><span style=";font-family:Verdana;font-size:10;" >"Waktu itu, saya pikir oke-oke saja. </span><span style=";font-family:Verdana;font-size:10;" >Karena disana ada nyanyi-nyanyian. Jadi saya ikut saja."</span></span></p><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 153); font-weight: bold;"><span style="font-size:130%;"><span style=";font-family:Verdana;font-size:10;" >Dengan maksud mencari hiburan, Tantoso masuk ke dalam ruangan pertemuan itu. Disana dia mendengarkan seorang nenek yang sedang menceritakan tentang dirinya. Disitulah awal keajaiban terjadi dalam hidup Tantoso.</span></span></p><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 153); font-weight: bold;"><span style="font-size:130%;"><span style=";font-family:Verdana;font-size:10;" ><img src="http://jawaban.com/news/userfile/051108ATS-a6.jpg" alt="" width="100" align="right" height="100" />"Oma Magie hari itu bersaksi, beliau setiap hari membaca koran tentang kasus saya, dan beliau bersama suaminya selalu berdoa bagi saya setiap hari. Waktu itu saya berpikir, Tuhan Yesus memang baik. Hidup saya yang dipandang orang sudah tidak berguna, tapi Tuhan Yesus begitu baik, masih ada orang yang menyayangi saya. Dengan oma itu, saya tidak memiliki hubungan apa-apa. Saya bahkan tidak kenal dengan beliau, tapi mengapa dia mau mengasihi saya? Sebelumnya saya berharap kepada teman-teman pengusaha dan keluarga, namun mereka semua menjauhi saya. Tapi orang Kristen ini mengapa begitu mengasihi saya? </span><span style=";font-family:Verdana;font-size:10;" >Hal itulah yang membuat saya ingin tahu, apa itu Kristus." Hari itu Tantoso mengijinkan nenek Magie untuk mendoakannya.</span></span></p><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 153); font-weight: bold;"><span style="font-size:130%;"><span style=";font-family:Verdana;font-size:10;" >Dalam kesendiriannya, Tantoso mulai datang pada Tuhan dan berdoa memohon ampunan dari-Nya.</span></span></p><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 153); font-weight: bold;"><span style="font-size:130%;"><span style=";font-family:Verdana;font-size:10;" >"Saya pikir, saya ini orang yang sangat jahat dimata Tuhan. </span><span style=";font-family:Verdana;font-size:10;" >Saya merasa seperti sampah yang sangat kotor. Saya minta Tuhan Yesus ampuni dosa-dosa saya. Saya juga berdoa, kalau Engkau Tuhan yang dasyat maka Engkau akan menyelamatkan aku." </span></span></p><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 153); font-weight: bold;"><span style="font-size:130%;"><span style=";font-family:Verdana;font-size:10;" >Diluar dugaan, saat vonis dijatuhkan, Tantoso hanya dikenakan hukuman dua tahun penjara.</span></span></p><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 153); font-weight: bold;"><span style="font-size:130%;"><span style=";font-family:Verdana;font-size:10;" >"Pada saat saya di persidangan, saya tidak lagi menyembah yang lain-lain lagi. Saya hanya menyembah kepada Tuhan Yesus. Hati saya sangat bersukacita, karena Tuhan Yesus sudah menyelamatkan saya. Ternyata Tuhan sangat baik. Saya menjalani hukuman dengan senang, karena didalam firman Tuhan mengatakan, "Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya (1 Korintus </span><span style=";font-family:Verdana;font-size:10;" >10:13</span><span style=";font-family:Verdana;font-size:10;" >). Disitulah saya pikir, hal itu benar juga. Dibandingkan orang lain, pencobaan yangs alami masih kecil"</span></span></p><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 153); font-weight: bold;"><span style="font-size:130%;"><span style=";font-family:Verdana;font-size:10;" >Selama menjalani hukumannya, Tantoso menjalaninya dengan penuh sukacita dan pengharapan kepada Tuhan. </span><span style=";font-family:Verdana;font-size:10;" >Iapun mendapatkan remisi, sehingga pada tanggal 29 September 2005, Tantoso sudah bisa menghirup udara bebas.</span></span></p><p style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 153); font-weight: bold;"><span style="font-size:130%;"><span style=";font-family:Verdana;font-size:10;" ><img src="http://jawaban.com/news/userfile/051108ATS-a1.jpg" alt="" width="100" align="left" height="100" />"Saya bersyukur karena saya sudah bertobat. Sekiranya saya tidak diselamatkan oleh Tuhan Yesus, maut yang akan mengejar saya. Dan jika saya tidak masuk ke penjara, saya tidak akan mau bertobat." </span></span></p><span style="color: rgb(0, 0, 153); font-weight: bold;font-size:130%;" ><span style=";font-family:Verdana;font-size:10;" >Berlahan-lahan Tantoso dan Suti mulai membenahi keluarganya dan juga melunasi hutang-hutang perusahaannya. Dan kini keadaan usahanya sudah kembali membaik.<br />"Saya bangga dengan Tuhan Yesus yang memberi saya kelegaan pada waktu saya putus asa dan merasa tidak berguna lagi. Tuhan Yesus datang memberikan keselamatan tepat pada waktunya. Saya sangat bersyukur, setelah saya bertobat saya baru merasakan hidup ini banyak keindahan. Semua itu karena Tuhan Yesus selalu menyertai kami."</span></span>KESAKSIAN KRISTENhttp://www.blogger.com/profile/09850118404553798099noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9000254955660948651.post-8049295857081582072008-11-09T23:11:00.000-08:002008-11-22T12:14:30.533-08:00<span style="font-size:130%;"><a style="font-weight: bold;" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhWoGTSrGJIDs-F2LLc8Cu43j-0HRXzEFCUh0I7mLZuwGwWTMHlWr1NlVg4lRwZPojJh77qss5NiUUiHs6MAkKEVnOSZGf_FFERtoDw6KJOJ7hsDcySduPubgv_58nfw6u890PAWWHVNO6u/s1600-h/lewis.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 112px; height: 160px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhWoGTSrGJIDs-F2LLc8Cu43j-0HRXzEFCUh0I7mLZuwGwWTMHlWr1NlVg4lRwZPojJh77qss5NiUUiHs6MAkKEVnOSZGf_FFERtoDw6KJOJ7hsDcySduPubgv_58nfw6u890PAWWHVNO6u/s320/lewis.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5266923596452775250" border="0" /></a><br /></span><span style="font-weight: bold;font-size:130%;" ><br /><br /><br /><br /><br /><br /></span><span style="font-size:130%;"><a style="font-weight: bold;" name="8381787542343152506"></a><br /><br /><br /><span style="font-weight: bold;">Atheis Masuk Kristen</span><br /><br /></span> <p style="font-weight: bold; color: rgb(0, 0, 153);" class="forTexts"><span lang="EN" style="font-size:130%;">Selama bertahun-tahun, C.S Lewis penulis karya Narnia, merupakan seorang ateis yang sangat sulit untuk diyakinkan tentang keberadaan Tuhan. Dibutuhkan pergumulan intelektual yang panjang sebelum Lewis akhirnya menerima keberadaan Tuhan. Lewis seringkali membombardir teman-temannya di Oxford, tempatnya belajar dan tempat dimana akhirnya ia mengajar, dengan pertanyaan-pertanyaan tentang Tuhan yang baginya memang tidak ada jawabannya.</span></p> <p style="font-weight: bold; color: rgb(0, 0, 153);" class="forTexts"><span lang="EN" style="font-size:130%;">"Mengapa Tuhan Anda menciptakan alam semesta yang begitu kejam?"</span></p> <p style="font-weight: bold; color: rgb(0, 0, 153);" class="forTexts"><span lang="EN" style="font-size:130%;">"Mengapa Tuhan Anda mengizinkan seorang bayi meninggal?"</span></p> <p style="font-weight: bold; color: rgb(0, 0, 153);" class="forTexts"><span lang="EN" style="font-size:130%;">"Mengapa Tuhan Anda mengizinkan hewan yang tidak berdaya menderita sakit?"</span></p> <p style="font-weight: bold; color: rgb(0, 0, 153);" class="forTexts"><span lang="EN" style="font-size:130%;">"Mengapa Tuhan Anda menciptakan alam semesta yang begitu besar tapi hanya satu planet yang dapat didiami?"</span></p> <p style="font-weight: bold; color: rgb(0, 0, 153);" class="forTexts"><span lang="EN" style="font-size:130%;">"Mengapa alam semesta ciptaan Tuhan Anda ini berjalan sesuai dengan perkiraan para ilmuwan?"</span></p> <p style="font-weight: bold; color: rgb(0, 0, 153);" class="forTexts"><span lang="EN" style="font-size:130%;">"Jika Tuhan Anda itu baik dan maha kuasa, mengapa begitu banyak dari makhluk ciptaan-Nya yang tidak gembira? Bukankah Ia maha pengasih?"</span></p> <p style="font-weight: bold; color: rgb(0, 0, 153);" class="forTexts"><span lang="EN" style="font-size:130%;">"Mengapa manusia selalu terlibat dalam perang dan saling membunuh?"</span></p> <p style="font-weight: bold; color: rgb(0, 0, 153);" class="forTexts"><span lang="EN" style="font-size:130%;">Salah satu teman diskusinya adalah J.R.R Tolkien, penulis trilogi "Lord of the Ring" yang sangat dihormati Lewis sebagai lawannya dalam berdebat. Salah satu hal yang membuat Lewis mempertimbangkan keberadaan Tuhan yaitu dikarenakan hampir semua teman-temannya yang brillian di Oxford merupakan orang yang percaya pada Tuhan, termasuk Tolkien. Di benaknya, ia sering dibayangi pertanyaan, "Mengapa?"</span></p> <p style="font-weight: bold; color: rgb(0, 0, 153);" class="forTexts"><span lang="EN" style="font-size:130%;">Lewis adalah sosok yang sangat gemar membaca. Semua karya tulisan dari penulis barat yang terkenal dipelajari dan diteliti olehnya. Chesterton, Samuel Johnson, Spenser, Milton, Dante, John Donne, George Herbert dan Bunyan. Ia menemukan bahwa tulisan mereka sangat mendalam, kaya dan begitu nyata dalam menggambarkan kehidupan sehari-hari. Dan penulis-penulis ini semuanya merupakan orang Kristen. Bagaimana dengan penulis-penulis humanis yang terbesar, yang kebanyakannya adalah ateis? George Bernard Shaw, H.G Wells, John Stuart Mill dan Voltaire - mengapa karya mereka terkesan begitu dangkal, tidak kaya ataupun berisi makna bagi kehidupan sehari-hari?</span></p> <p style="font-weight: bold; color: rgb(0, 0, 153);" class="forTexts"><span lang="EN" style="font-size:130%;">Pada waktu itu Lewis hanya percaya pada rasionalisme dan materialisme. Tetapi di dalam pencariannya yang panjang, ia akhirnya harus mengakui bahwa materi dan rasio tidak dapat menjelaskan pengalaman manusia. Setelah begitu banyak membaca, ia semakin menyakini akan eksisnya satu pengaruh supranatural. Tetapi masih sulit baginya untuk menerima bahwa rasio yang berada di balik alam semesta ini atau pengaruh supranatural itu adalah Tuhan.</span></p> <p style="font-weight: bold; color: rgb(0, 0, 153);" class="forTexts"><span lang="EN" style="font-size:130%;">Malam demi malam ia bergumul sendirian di kamarnya di Magdalen Kolej, ia terus menolak untuk menerima identitas dan realitas Sang Mutlak. Di musim semi 1929, saat ia sedang berada di dalam sebuah bus di Oxford, tanpa kata-kata dan sesuatu apapun, tiba-tiba ia merasa terbebani dan dingin, seperti manusia es yang tidak terjangkau. Sesaat ia merasa harus membuat suatu keputusan. Lalu, hatinya yang sekeras batu, sedikit demi sedikit mulai mencair. Ia kemudian percaya. Di dalam kesendiriannya di atas bus, ia akhirnya mengakui bahwa Yang Mutlak adalah Roh. Roh adalah Tuhan. Dan Lewis menjadi seorang percaya (theis).</span></p> <p style="font-weight: bold; color: rgb(0, 0, 153);" class="forTexts"><span lang="EN" style="font-size:130%;">Ia menulis pada temannya, "Aku menyerah. Aku mengaku Tuhan adalah Tuhan." Ia menggambarkan dirinya sebagai orang percaya yang paling enggan dan patah hati. Ia menulis kepada teman baiknya, "Hal-hal yang mengerikan sedang terjadi kepada saya, sebaiknya Anda segera datang untuk menemui saya, jika tidak saya mungkin akan masuk biara…"</span></p> <p style="font-weight: bold; color: rgb(0, 0, 153);" class="forTexts"><span lang="EN" style="font-size:130%;">Walaupun Lewis akhirnya menerima eksisnya Tuhan tetapi ia masih belum dapat memahami seluruh konsep tentang Kristus. Ia tidak dapat memahami bagaimana kehidupan dan kematian seseorang yang hidup 2000 tahun yang lalu dapat membantunya sekarang. Ia cukup mengenal Kekristenan untuk mengetahui bahwa teladan Kristus bukanlah jantung dari Kekristenan. Ia tahu bahwa ia harus menyakini bahwa darah Domba Allah itu telah menebusnya sekarang.</span></p> <p style="font-weight: bold; color: rgb(0, 0, 153);" class="forTexts"><span lang="EN" style="font-size:130%;">Lewis mendiskusikan dilemanya dengan Tolkien. Di suatu malam saat mereka berjalan-jalan di antara rusa dan pohon-pohon besar di taman, Lewis mengutarakan dilema yang dialaminya. </span></p> <p style="font-weight: bold; color: rgb(0, 0, 153);" class="forTexts"><span lang="EN" style="font-size:130%;">Tolkien berkata, "Kekristenan adalah kebenaran, satu fakta historis."</span></p> <p style="font-weight: bold; color: rgb(0, 0, 153);" class="forTexts"><span lang="EN" style="font-size:130%;">"Jika saya tidak memahami makna penyaliban atau kebangkitan atau penebusan, bagaimana saya dapat percaya pada Kristus?" Lewis berdiskusi.</span></p> <p style="font-weight: bold; color: rgb(0, 0, 153);" class="forTexts"><span lang="EN" style="font-size:130%;">Tolkien yang tahu Lewis sangat menyukai naskah bukunya tentang Hobbit dan mitos, yang akhirnya diterbitkan sebagai trilogi, "Lord of the Ring", bertanya, "Anda sangat menyukai mitos, bukan?</span></p> <p style="font-weight: bold; color: rgb(0, 0, 153);" class="forTexts"><span lang="EN" style="font-size:130%;">"Tentu saja" jawab Lewis.</span></p> <p style="font-weight: bold; color: rgb(0, 0, 153);" class="forTexts"><span lang="EN" style="font-size:130%;">"Apakah Anda senang dengan unsur seorang tuhan yang mati namun hidup kembali?"</span></p> <p style="font-weight: bold; color: rgb(0, 0, 153);" class="forTexts"><span lang="EN" style="font-size:130%;">"Ya", aku Lewis, "tapi saya tidak tahu mengapa".</span></p> <p style="font-weight: bold; color: rgb(0, 0, 153);" class="forTexts"><span lang="EN" style="font-size:130%;">"Saya juga tidak," jawab Tolkien. "Mengapa Anda begitu menuntut kejelasan tentang Kekristenan? Terima saja fakta bahwa Kekristenan adalah mitos yang sesungguhnya terjadi."</span></p> <p style="font-weight: bold; color: rgb(0, 0, 153);" class="forTexts"><span lang="EN" style="font-size:130%;">"Tetapi mitos itu bohong," Lewis berargumentasi, "tidak ada nilainya, walaupun mitos begitu menyenangkan."</span></p> <p style="font-weight: bold; color: rgb(0, 0, 153);" class="forTexts"><span lang="EN" style="font-size:130%;">"Tidak," Tolkien berpendapat, "mitos yang Anda katakan bohong itu adalah mitos manusia, walaupun mereka mengandung sedikit kebenaran. Mitos yang sepenuhnya benar – kelahiran, kematian dan kebangkitan Kristus – adalah mitos Allah."</span></p> <p style="font-weight: bold; color: rgb(0, 0, 153);" class="forTexts"><span lang="EN" style="font-size:130%;">"Mungkin saya terlalu menuntut dari suatu misteri, tetapi bukankah percaya itu pada akhirnya adalah kasih karunia dari Allah?" Lewis menalar.</span></p> <p style="font-weight: bold; color: rgb(0, 0, 153);" class="forTexts"><span lang="EN" style="font-size:130%;">Seminggu setelah percakapan itu, Lewis dibonceng oleh kakaknya, Warnie untuk mengunjungi kebun binatang. Perjalanan ke kebun binatang itu hanya berjarak 50 km, tetapi bagi Lewis perjalanan itu menempuh jarak 2000 tahun. Lewis sendiri tidak dapat merumuskan proses atau alasan yang dapat menjelaskan tentang apa yang terjadi. Ia berkata, bahwa seolah-olah selama ini ia sedang tertidur lena dan tiba-tiba ia sadar dan bangun. Saat ia turun dari sepeda motor itu, ia percaya pada Kristus. Lewis dengan rendah hati menyimpulkan, "Itulah kasih karunia Tuhan". Pada waktu itu Lewis berusia 33 tahun.</span></p> <p style="font-weight: bold; color: rgb(0, 0, 153);" class="forTexts"><span lang="EN" style="font-size:130%;">Buku pertama yang ditulisnya setelah ia percaya adalah <i>Pilgrim Regress</i> yang mendapat sambutan yang baik dari publik. Lewat buku-buku dan program-program radionya yang popular, Lewis banyak menyakinkan orang awam akan kebenaran Kekristenan. Tetapi Lewis juga sangat menyadari bahwa banyak orang tertarik dengan Kekristenan pada awalnya tetapi, setelah mereka mempelajarinya lebih dalam, mereka akan menolak dengan keras. Karena Kekristenan itu tidak mudah. Tuhan menuntut penyerahan yang total dan memperlihatkan kepada manusia akan jurang yang begitu besar antara daging dan yang supranatural. </span></p> <p style="font-weight: bold; color: rgb(0, 0, 153);" class="forTexts"><span lang="EN" style="font-size:130%;">Untuk menyadarkan orang Kristen akan bahaya yang mengiringi perjalanan spiritual orang percaya, Lewis menulis 31 artikel yang akhirnya dibukukan menjadi <i>The Screwtape Letters</i>. <i>The Screwtape Letters</i> merupakan surat-surat dari seorang setan senior kepada setan junior, yang sedang belajar bagaimana untuk menghancurkan iman orang Kristen. Buku ini diterbitkan pada tahun 1942 dan Lewis mendedikasikan buku itu kepada Tolkien.</span></p> <p style="font-weight: bold; color: rgb(0, 0, 153);" class="forTexts"><span lang="EN" style="font-size:130%;">Pergumulan intelektual Lewis dari seorang ateis menjadi seorang percaya membuatnya calon yang tepat untuk menulis tentang apologetika atau mempertahankan iman Kekristenan. Lewis akhirnya menjawab sendiri pertanyaan-pertanyaan yang sering dipakainya untuk menantang orang-orang percaya. Buku yang berjudul <i>The Problems of Pain</i> yang bertujuan untuk menjelaskan penderitaan kemudian menerima sambutan yang hangat di kalangan orang awam. Ia berkata kepada kakaknya, "Saya harus menyakinkan pembaca bahwa saya menganjurkan Kekristenan bukan karena saya menyukainya atau karena itu baik bagi masyarakat, tetapi karena Kekristenan adalah kebenaran. Hal ini memang terjadi. Suatu fakta sentral dalam keberadaan kita!" Dari seseorang yang keras menolak kebenaran, Lewis kemudian menjadi seseorang yang tidak tergoyahkan dalam keyakinannya akan kebenaran dan eksistensi Tuhan.</span></p> <p style="font-weight: bold; color: rgb(153, 0, 0);" class="forTexts"><span lang="EN" style="font-size:130%;">(Artikel berdasarkan buku berjudul "C.S. Lewis, Creator of Narnia" oleh Sam Wellman, 1997)</span></p>KESAKSIAN KRISTENhttp://www.blogger.com/profile/09850118404553798099noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9000254955660948651.post-57329469634136458012008-11-09T23:04:00.000-08:002008-12-08T18:09:20.742-08:00<h2 class="date-header"><br /></h2><br /><br />Pertobatan Permaisuri Lucifer<br /><br /> <div><strong><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjn_fT63ENXS_Yh41RWqWJAR6KvPBQmoX5-aFFpvfrznY094Mb99JYGrP4LyNmL1mahJKk0KqqB-uDwvZDITP5mySTH6qXFdfn6OD29QpSNZ7Mu6mArlPVbAS-sXdxwWsUeqjvhy7ETZIz8/s1600-h/melanie_hot.gif"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5103625079403609650" style="margin: 0px 10px 10px 0px; float: left;" alt="" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjn_fT63ENXS_Yh41RWqWJAR6KvPBQmoX5-aFFpvfrznY094Mb99JYGrP4LyNmL1mahJKk0KqqB-uDwvZDITP5mySTH6qXFdfn6OD29QpSNZ7Mu6mArlPVbAS-sXdxwWsUeqjvhy7ETZIz8/s320/melanie_hot.gif" border="0" /></a>Terbukanya Celah Kegelapan</strong><br /><br />Pada suatu hari, seorang paranormal, datang berkunjung ke rumah Pak <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3UU7Rk7hyuTQT_KWkIYNiovMaLCjnYd_THHy51bDoncqj_FDJZBW9R0KVmIdeR0rbPmSE1fR8oYmPlrI35mfpZTdEfD1Q0C3PVFehMC5MbYqEFR7sqlYt-NuVCoEsmd-gMlXGWl5Oajbx/s1600-h/lala_1.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5103625431590927938" style="margin: 0px 0px 10px 10px; float: right;" alt="" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3UU7Rk7hyuTQT_KWkIYNiovMaLCjnYd_THHy51bDoncqj_FDJZBW9R0KVmIdeR0rbPmSE1fR8oYmPlrI35mfpZTdEfD1Q0C3PVFehMC5MbYqEFR7sqlYt-NuVCoEsmd-gMlXGWl5Oajbx/s320/lala_1.jpg" border="0" /></a>Bambang Prasetyo, ayah Lala. Paranormal yang adalah tetangga Lala itu mengatakan bahwa ada sesuatu yang khusus pada Lala, kesaktian supranatural dari Kakek Lala akan turun kepada Lala, anak ke-2 dari 2 bersaudara itu. "Ketika Paranormal itu meminta Lala untuk berpuasa, saya pikir itu bukanlah sesuatu yang berbahaya buat anak saya," ujar Pak Bambang, yang sebelum menikah dengan Ibu Annie memeluk agama Islam. Lala pun mulai berpuasa. Ia menerima anjuran itu. Sang paranormal berkata bahwa ilmu yang Lala miliki bisa digunakan untuk kebaikan dan menolong banyak orang. Salah satunya menyembuhkan orang sakit. Meskipun masih ragu, namun Lala menurutinya. Paranormal itu menasihatkan Lala untuk hidup jujur, jangan curang dan berbuat tidak benar, sehingga Lala semakin tertarik. Bahkan ia menyampaikan pesan Kakek Lala supaya Lala rajin belajar. Lala juga percaya bahwa itu benar.<br /><br /><strong>Kejadian Supranatural<br /></strong><br />Satu hari setelah berpuasa dan mengikuti ritual yang disarankan, Lala bisa melihat dan berbicara dengan arwah yang sudah mati. Arwah-arwah itu berwujud manusia dan sering mendatangi Lala sambil menitipkan pesan untuk keluarga yang mereka tinggalkan. Salah satu arwah berpesan kepada anak-anaknya supaya mereka segera berkunjung ke kuburannya. Kemudian Lala menyampaikannya.<br /><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjrChVpGVJP1Aj9PCLbKwYAfecn2_GqHAJN2bIoOF_raY6oRf9KUU9-SNumLzgY-lR-Zzdd_AI1WfmMZe3_yGqm6j0FIJ706OCWVjwQnM7t6KIy9qTmewgvzY_xFEpV5y4zD7IrfMp_5Vsp/s1600-h/lala_2.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5103626617001901650" style="margin: 0px 10px 10px 0px; float: left;" alt="" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjrChVpGVJP1Aj9PCLbKwYAfecn2_GqHAJN2bIoOF_raY6oRf9KUU9-SNumLzgY-lR-Zzdd_AI1WfmMZe3_yGqm6j0FIJ706OCWVjwQnM7t6KIy9qTmewgvzY_xFEpV5y4zD7IrfMp_5Vsp/s320/lala_2.jpg" border="0" /></a>Suatu ketika, Lala menyadari bahwa ia memiliki kemampuan untuk memindahkan barang apa pun tanpa menyentuhnya. Cukup dengan berkonsentrasi maka barang tersebut akan bergerak ke mana pun Lala kehendaki. Bahkan orang sakit dapat Lala sembuhkan.<br /><br />Memasuki tahun 2001, Lala bertemu dengan Sunan Gunung Jati dan Sunan Kali Jaga. Ia bisa pindah ke satu tempat ke tempat lain, muncul pada saat orang lain tidak melihatnya. Setiap kali mengisi bensin di sebuah pom bensin, kasirnya selalu berkata bahwa Lala sudah membayarnya. Padahal Lala tidak mengeluarkan uang sepeser pun. Kejadian-kejadian itu membuat Lala semakin disanjung oleh teman-temannya. Namun teman-teman Lala yang beragama Kristen tidak menunjukkan kekaguman kepada Lala, sehingga Lala merasakan suatu kejanggalan.<br /><br /><strong>Tamu Misterius Datang Ke Dalam Kamar</strong><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiW8mheHBOGyDqr6yDhtKb5wMoX8h_X-89DmQ726TgVBcvQoLBb0yPxEZT1EO90qVQnhExyj6lTKs4lSJBSAveTRhQx7VVP51Ria_k_WNOnHPVuN8cyUkX5RSDbfwzz7i6yxpC9sOtA_dtb/s1600-h/lala_3.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5103627059383533154" style="margin: 0px 0px 10px 10px; float: right;" alt="" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiW8mheHBOGyDqr6yDhtKb5wMoX8h_X-89DmQ726TgVBcvQoLBb0yPxEZT1EO90qVQnhExyj6lTKs4lSJBSAveTRhQx7VVP51Ria_k_WNOnHPVuN8cyUkX5RSDbfwzz7i6yxpC9sOtA_dtb/s320/lala_3.jpg" border="0" /></a><br />Suatu hari, sepulangnya Lala dari kampus, ia melihat seorang laki-laki berwajah tampan sedang duduk di atas tempat tidurnya. Mukanya telihat halus dan licin. Lala hendak memarahinya karena ia lancang masuk ke dalam kamar, namun mulut Lala tidak dapat mengeluarkan suara. Laki-laki itu menatap Lala dengan tatapan tajam lalu berkata, "Kamu adalah pilihanku, dan kamu akan kujadikan permaisuri. Akan kuberikan semua fasilitas yang kamu butuhkan, rumah, uang, mobil dan harta yang melimpah, sehingga kamu tidak merepotkan orang tuamu lagi." Lala sempat terbuai dengan tawaran itu. "Jika kamu menjadi permaisuriku maka kita berdua akan membuat Bandung berdarah," ucap laki-laki itu lagi. Lala mulai ketakutan dan sadar bahwa laki-laki ini bukan manusia. Mulutnya yang sempat terkunci tiba-tiba bisa berbicara kembali. "Saya tidak mau," jawab Lala. Wajah laki-laki misterius itu berubah menjadi tidak bersahabat, seperti penuh dengan amarah. Dalam sekejap mata tiba-tiba ia menghilang dari kamar Lala. Dan seiring kepergiannya, terasa guncangan hebat dalam kamar Lala sehingga membuat seisi kamarnya berantakan. Bahkan orang tua Lala yang sedang berada di lantai atas ikut merasakan guncangan tersebut. Perasaan Lala mulai tidak karuan. Ia mulai merasa khawatir dan bertanya dalam hati, apa yang sekiranya akan terjadi dalam hidupnya setelah kejadian ini.<br /><br /><strong>Teror Akibat Dendam Amarah Lucifer</strong><br /><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8UVkmMahY1hBM_gUc8bPqbCoVq_iYExp05C9gBygY4iEZ62z1XbOICiohcw0Nq0a6I_acNUIlG6LTkbVm8x_RLYCnhOgIjnc4MkhZyYUSy8hynl-Tkp8ScqWkXqYO4r2v8HhoOrKlU6o5/s1600-h/lala_4.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5103627536124903026" style="margin: 0px 10px 10px 0px; float: left;" alt="" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8UVkmMahY1hBM_gUc8bPqbCoVq_iYExp05C9gBygY4iEZ62z1XbOICiohcw0Nq0a6I_acNUIlG6LTkbVm8x_RLYCnhOgIjnc4MkhZyYUSy8hynl-Tkp8ScqWkXqYO4r2v8HhoOrKlU6o5/s320/lala_4.jpg" border="0" /></a>Lima hari berlalu dari kejadian itu, ternyata belum terjadi apa-apa dalam kehidupan Lala. Ia pergi ke kampus seperti biasanya. Ketika pulang kuliah, ia melihat keadaan di dalam mobilnya berantakan. Tiba-tiba saat ia hendak masuk ke dalam mobil, pintu mobil Lala tertutup sendiri dan terbanting keras sehingga menjepit tangan Lala. Lala menjerit kesakitan namun tidak ada satu orang pun yang mendengarnya. Setelah cukup lama menahan sakit, barulah pintu itu terbuka kembali dan Lala dilarikan oleh satpam kampusnya ke rumah sakit Bandung.<br /><br />Keesokan harinya, di saat Lala sedang jalan-jalan dengan teman-temannya, sesuatu yang keras seperti memukul kepalanya. Teman-teman Lala tidak melihat apa-apa, bahkan menganggap Lala hanya bergurau. Sampai tiba-tiba wajah Lala lebam dan terluka dengan sendirinya. Hanya Lala sendiri yang merasakan pukulan-pukulan itu. Seperti ada roh halus yang sedang menghajarnya.<br /><br />Di dalam kelas, ketika Lala sedang mengikuti pelajaran salah satu mata kuliahnya, tiba-tiba tubuh Lala terlihat seperti ada yang menarik, dan kursi yang Lala duduki melayang ke atas udara. Seisi kelas merinding ketakutan dan bingung dibuatnya. Teman-teman Lala mulai panik melihat kejadian itu. Dan untuk mengantisipasi kejadian serupa terulang kembali, mulai di hari selanjutnya mereka mengadakan doa bersama sebelum kuliah dimulai. "Kehidupan saya tidak tenang karena ‘mereka' selalu mengganggu saya," ujar Lala.<br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjP_B6EK0S-r2Pp3LRxGs1oudAtCEVbiFriDnUggwTUa_2VRskJ1C0yPU-eoro75Z0N5nz0dKYqNa9Z3fiEgFDqzBEWNhicK4iDT_UuUBGpvvGSCQOxDo7CccGzvJJXSlPuyylqwBSxb-0P/s1600-h/lala_5.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5103627957031698050" style="margin: 0px 0px 10px 10px; float: right;" alt="" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjP_B6EK0S-r2Pp3LRxGs1oudAtCEVbiFriDnUggwTUa_2VRskJ1C0yPU-eoro75Z0N5nz0dKYqNa9Z3fiEgFDqzBEWNhicK4iDT_UuUBGpvvGSCQOxDo7CccGzvJJXSlPuyylqwBSxb-0P/s320/lala_5.jpg" border="0" /></a><br />Gangguan belum berakhir. Sewaktu makan, Lala tidak bisa memasukkan makanan yang ada di sendok ke dalam mulutnya. Ketika ia mencoba dengan garpu, garpu itu melesak ke dalam mulutnya dan menusuk ke lidah. Teman-temannya berusaha membantu Lala menarik garpu itu, namun tidak berhasil. Darah mulai mengalir dari dalam mulut Lala. Akibat dari kejadian itu Lala tidak bisa makan selama satu minggu, badannya mulai terlihat kurus sehingga ia harus dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan khusus.<br /><br />Sesampainya di rumah sakit, jarum infus yang hendak dimasukkan ke pembuluh darah Lala sulit untuk dimasukkan. Dokter yang bertugas semakin dibuat heran ketika muncul tanda seperti simbol ‘X' berwarna merah di dahi Lala. Simbol itu seperti luka yang kering. Bahkan beberapa waktu kemudian muncul tulisan ‘SATAN' di tubuh Lala. "Saya dipermalukan sekali oleh Lucifer," ujar Lala.<br /><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiYQC97WJQDyBylDhc7gqAfiZzkARkTLWch8EsOby6rleCHRDsvfC-5ep1ZPHGjblPpc8xS71u00qAOQGNKrtXlbwRJRUzazt3VzVqaiEyx0gFh0WoxMoya76tAV-ikLErOY1SavAvHrn2j/s1600-h/lala_6.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5103628446657969810" style="margin: 0px 10px 10px 0px; float: left;" alt="" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiYQC97WJQDyBylDhc7gqAfiZzkARkTLWch8EsOby6rleCHRDsvfC-5ep1ZPHGjblPpc8xS71u00qAOQGNKrtXlbwRJRUzazt3VzVqaiEyx0gFh0WoxMoya76tAV-ikLErOY1SavAvHrn2j/s320/lala_6.jpg" border="0" /></a>Teror demi teror terus berdatangan. Semakin hari semakin aneh dan mengerikan. Tiba pada puncaknya ketika Lala sedang masuk ke dalam kamar mandi, ia menghilang seketika. Teman-temannya sempat terbelalak ketika mereka melihat kamar mandi dalam keadaan kosong. Karena sebelumnya mereka sempat melihat dengan jelas Lala masuk ke dalam situ. Akhirnya disebarkan berita kalau Lala hilang. Seorang petugas polisi menemukan Lala sedang berdiri di pinggir jalan. Kejadian itu terulang kembali pada hari berikutnya. Lala menghilang dan ia tiba-tiba sudah berada di pegunungan Ciwidey.<br /><br />Suatu hari Lala melihat sosok iblis keluar masuk dalam tubuhnya. Perlahan penglihatannya mulai memudar dan semua yang dilihat Lala seperti buram. Pada akhirnya Lala tidak dapat melihat sama sekali. Semua serba gelap. Beberapa menit kemudian sebuah tangan yang besar terasa seperti mencekik leher Lala. Dan Lala menjadi bisu seketika itu juga. Di saat yang bersamaan, kaki Lala juga lumpuh. Kejadian itu terjadi pada bulan April 2002. Tidak sampai di situ saja. Iblis juga menyumbat pikiran Lala sehingga Lala menjadi amnesia dan tidak mengenali satu orang pun yang ada di dekatnya. Stres yang hebat mulai Lala alami. Ia merasa tidak memiliki pengharapan. Nilai-nilainya hancur dan teman-temannya satu per satu mulai pergi menjauhi dirinya.<br /><br /><strong>Pencobaan Bunuh Diri<br /></strong><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiL3sk4D9trC18F3eMkHR9tkbDudIRRGUFcoQrzw9Uh1SCWJ2uZ6QE1uAvowyrRAkXIi3uW9ECcEMUhi6cQ6TGYzKxq7jRXc9ygL9_mvYkfA19VdYgvQqhhqXkez-9t2RgQFpnAA79KvOK-/s1600-h/lala_7.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5103628927694306978" style="margin: 0px 0px 10px 10px; float: right;" alt="" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiL3sk4D9trC18F3eMkHR9tkbDudIRRGUFcoQrzw9Uh1SCWJ2uZ6QE1uAvowyrRAkXIi3uW9ECcEMUhi6cQ6TGYzKxq7jRXc9ygL9_mvYkfA19VdYgvQqhhqXkez-9t2RgQFpnAA79KvOK-/s320/lala_7.jpg" border="0" /></a><br />Lima hari sudah Lala lewati dalam keadaan buta, bisu, lumpuh dan tidak mengenali suara-suara yang ia dengar. Pilihan yang terlintas dalam pikiran Lala hanya ada 2; menyerahkan diri kepada iblis atau bunuh diri. Karena sudah tidak kuat menahan penderitaan tersebut, Lala memutuskan untuk bunuh diri. Ia mencoba meraba-raba seisi kamarnya untuk mencari barang yang tajam supaya dapat menikam lehernya sendiri dan menghabisi nyawanya. Tetapi niat itu batal ketika seseorang masuk ke dalam kamarnya dan menggenggam tangan Lala. Orang itu menuliskan sesuatu di atas tangan Lala, "Ini mama." Dan lagi ia menuliskan sebuah kalimat, "Segala sesuatu indah pada waktu-Nya. Yesus sayang sama Lala." Hingga akhirnya Lala menemukan pilihan yang ke-3, yaitu menerima Yesus.<br /><br /><strong>Mujizat Kesembuhan Terjadi Saat Pelepasan</strong><br /><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUteOy9bqQ1b_UrkZIjjPXQddEapnZC61BAQUS28eOKaeL_IlN6zTeuiLSEuOq2oVlLSFm9y0JkXuW8oY074O4d5Iyy223K9eSPoVhl4-BnLMdsd71wD_mXsEaO7NlWod2o2daP8FZGQHv/s1600-h/lala_8.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5103629563349466802" style="margin: 0px 10px 10px 0px; float: left;" alt="" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUteOy9bqQ1b_UrkZIjjPXQddEapnZC61BAQUS28eOKaeL_IlN6zTeuiLSEuOq2oVlLSFm9y0JkXuW8oY074O4d5Iyy223K9eSPoVhl4-BnLMdsd71wD_mXsEaO7NlWod2o2daP8FZGQHv/s320/lala_8.jpg" border="0" /></a>Sementara itu, selain kedua orang tua Lala, ada banyak orang berdoa untuk Lala. Karyawan Maranatha di bagian pembukuan juga ikut berpuasa untuk Lala, bahkan mereka berdoa selama berjam-jam. Mereka berdoa agar Tuhan segera menolong dan mengasihani Lala. "Saya melihat suatu keindahan yang Tuhan perlihatkan. Rumah kami menjadi rumah doa," ucap Pak Bambang dengan wajah berseri-seri ketika memberikan kesaksian. Kebahagiaan terpancar dari mimik wajahnya yang tenang ketika ia mengingat kembali kejadian itu. Akhirnya mujizat kesembuhan terjadi. Doa orang benar besar kuasanya. Lala bisa mendengar dan berbicara lagi, meskipun ia belum bisa melihat.<br /><br />Lala mulai ikut bernyanyi memuji dan menyembah Tuhan bersama teman-temannya. Dan secara ajaib perlahan-lahan warna hitam yang menutupi penglihatannya mulai berubah menjadi warna-warni. Lala bisa melihat kembali. "Saya mulai mengamati bahwa pujian dan penyembahan ada kuasa. Tuhan bertahta di atas puji-pujian," ujar Lala.<br /><br /><strong>Kejadian Aneh Muncul Kembali</strong><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEitkaYfarm3VjRwMMuZfBvd4oJ8-ZbMLDUfhv7FZ0tOOIDR-3wZTSgyQIqAyQfPGGowBsk0jkILhl-XL_30l4YpqvdXNTuJfEeJVVcPEYZH4uX9Bk2m74qPd-jbnLUMgJwCl7nyZBCeHjQl/s1600-h/lala_9.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5103630057270705858" style="margin: 0px 0px 10px 10px; float: right;" alt="" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEitkaYfarm3VjRwMMuZfBvd4oJ8-ZbMLDUfhv7FZ0tOOIDR-3wZTSgyQIqAyQfPGGowBsk0jkILhl-XL_30l4YpqvdXNTuJfEeJVVcPEYZH4uX9Bk2m74qPd-jbnLUMgJwCl7nyZBCeHjQl/s320/lala_9.jpg" border="0" /></a><br />Beberapa hari kemudian, ketika sedang berada di dalam mobil bersama kedua orang tua dan pamannya, Lala tiba-tiba menghilang. Kejadian itu membuat mereka menjadi ngeri dan panik, karena Lala tidak lagi berada bersama mereka. Sedangkan Lala sendiri tiba-tiba sudah berada di dalam sebuah rumah besar yang aneh. Beberapa anak muda menyapa kehadiran Lala. Lala tidak dapat menggerakkan anggota tubuhnya. Kuasa iblis seperti sedang menguasainya. Lalu datang seseorang memasuki ruangan, seorang laki-laki yang dahulu pernah berada di dalam kamar Lala. "Mungkin kamu lupa sama saya, tapi hari ini kamu akan saya jadikan permaisuriku," ucap laki-laki itu. Dalam keadaan tidak berdaya, iblis membawa Lala ke pelaminannya. Anak-anak muda yang berada di dalam ruangan tersebut membaca sebuah mantera sambil mengiringi perjalanan Lala.<br /><br />Lala dibawa oleh laki-laki itu dan diposisikan di sebelah dia sambil dirangkulnya. Semua orang yang ada di depan Lala memakai baju hitam, dan mereka terlihat sedang memakan daging mentah. Darah segar muncrat dari mulut mereka - mengotori lantai ruangan. Mulut mereka berlumuran darah. Lalu setelah itu anak-anak muda yang berada di dalam ruangan saling berhubungan seks.<br /><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjp7-xRu_1V9StEKrB5-Z50GGcfjIYFnE3vMxR9phlpm90TsVJp2-gT5fivlR8lUUZwCpnoMQA21X2_r_7GUwu1plbZliMlCmKvEeY9yjYEsYzZ_f8AG5UMYlogxZ2J4NKipo4AjbnRJvR_/s1600-h/lala_10.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5103630525422141138" style="margin: 0px 10px 10px 0px; float: left;" alt="" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjp7-xRu_1V9StEKrB5-Z50GGcfjIYFnE3vMxR9phlpm90TsVJp2-gT5fivlR8lUUZwCpnoMQA21X2_r_7GUwu1plbZliMlCmKvEeY9yjYEsYzZ_f8AG5UMYlogxZ2J4NKipo4AjbnRJvR_/s320/lala_10.jpg" border="0" /></a>Laki-laki misterius yang membawa Lala mulai berusaha menjamah tubuh Lala. Kemudian Lala melihat wajahnya berubah menjadi panjang. Tiba-tiba terbesit dalam pikiran Lala sebuah ajakan untuk menyebut nama Yesus. Lala pun berusaha berkata dalam hati, "Yesus tolong saya, walau saya lupa tentang Kau tapi saya tahu Kau mau menolong saya, Yesus tolong saya."<br /><br />Akhirnya ketika mata Lala berkedip, ia sudah berada di tempat lain lagi. Terlihat banyak angkot-angkot lewat. Lala sedang berada di pinggir jalan. Ia tidak tahu mau pulang ke mana. Walaupun dalam keadaan bingung, namun Lala bersukacita. Ia meneriakkan nama Yesus sehingga orang-orang memperhatikannya.<br /><br />Lala masih tidak tahu harus pulang ke mana. Ia kembali berseru kepada Yesus. Untuk pertama kali dalam hidupnya, Lala mendengar suara Tuhan yang lembut, "Anak-Ku, orang tuamu sekarang ada di Gereja Sidang Jemaat Allah, di Jalan Sudirman. Ketahuilah Aku senantiasa menyertai kamu."<br /><br /><strong>Tuhan Yesus Mendatangi Lala<br /></strong><br />Setibanya di gereja itu, Lala bertemu kembali dengan pamannya. Mereka naik ke atas gedung gereja dan melihat kedua orang tua Lala sedang berdoa. Ibu Annie Prasetyo, ibu Lala, segera memeluk Lala sambil mengucapkan syukur dan terima kasih kepada Yesus. <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_fYuJcT39BJYUubPYnVvH74HHTSD4aYR7kZLFf1nu0GsEX_9QS6jW_TUcxA_eMSv_Jcux12m2CkWQd_umkPGmC7jVUNA8xFpAqK1L9DvidY59rzOMRdnbbNgbifym0yv3VwS2uGhhQ8F0/s1600-h/lala_11.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5103631178257170146" style="margin: 0px 0px 10px 10px; float: right;" alt="" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_fYuJcT39BJYUubPYnVvH74HHTSD4aYR7kZLFf1nu0GsEX_9QS6jW_TUcxA_eMSv_Jcux12m2CkWQd_umkPGmC7jVUNA8xFpAqK1L9DvidY59rzOMRdnbbNgbifym0yv3VwS2uGhhQ8F0/s320/lala_11.jpg" border="0" /></a><br /><br />Lalu mereka semua turun ke bawah. Saat itu Lala merasa sudah sangat putus asa, dan berkata kepada ibunya bahwa ia mau mati saja. Ibu Annie mencoba menenangkan Lala. Dalam keadaan letih yang luar biasa tiba-tiba Lala melihat Yesus hadir di hadapannya. Mata Lala menatap lurus ke suatu titik. Orang-orang di sekeliling Lala mulai menengking-nengking, karena mereka berpikir Lala kembali didatangi oleh roh jahat. Namun Lala tetap tenang. Yesus mendekati Lala dan berkata, "Anak-Ku, Aku mengasihi engkau." Dia lalu membuka tangan-Nya dan mengajak Lala untuk berdoa, "Bapa Kami yang di sorga..." Lala mengikutinya dan semua orang menangis.<br /><br />Tak lama kemudian perut Lala dipelintir oleh iblis dan dipukul. Lala menjerit kesakitan. Tangan kiri Lala tetap dipegang oleh Tuhan. Suasana menjadi gaduh, namun Lala sempat mendengar suara Yesus, "Percayakah Kau kepadaku?" Lala menjawab, "Saya mau percaya asalkan saya sembuh dulu!" Hingga akhirnya Lala tidak sadarkan diri. Lau ia dibawa ke ruang doa. Peristiwa yang menggemparkan terjadi. Dalam keadaan tidak sadarkan diri, keluar suara lemah dari mulut Lala, "Ya Yesus, Engkau Anak Allah Yang Maha Tinggi. Engkau adalah Mesias yang sudah mengalahkan saya 2000 tahun yang lalu. Ampuni kami Tuhan." Setelah terbatuk keras, Lala mulai sadar. Tuhan Yesus kembali bertanya kepada Lala pertanyaan yang sama, dan Lala segera menjawabnya, "Saya percaya Tuhan!" Tangan Tuhan menjamah wajah Lala dan seketika itu ingatan Lala mulai pulih. Ia dapat mengenali semua orang yang ada di ruangan tersebut. "Maukah Engkau memikul salib bersama-Ku?" tanya Yesus lagi. "Ya, saya mau!" jawab Lala dengan tegas. "Sampai maranatha," ucap Yesus sebelum Ia pergi berlalu.<br /><br />Kehidupan Lala dipulihkan dan diubah menjadi baru. Pak Bambang dan Ibu Annie kini mulai terlibat aktif dalam pelayanan. Mereka percaya, bahwa segala sesuatu terjadi untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Tuhan.<br /><br /><em><strong>Sumber Kesaksian :</strong></em><br /><em>Melanie Prasetyo</em> </div><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiW64CBkwKrwksp229I-q2Av8s7MLbrp7tYIOUv-8DBvTKrnnjZH3Ejm074IBjmVhJDrOerJz32uDMeq_DLTlBv7DAJjmE_EHlKQDM8xZiy_olifMueBG51hi3-R9eq5siimSC5-O9NknXZ/s1600-h/lala.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5103632075905335026" style="margin: 0px 10px 10px 0px; float: left;" alt="" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiW64CBkwKrwksp229I-q2Av8s7MLbrp7tYIOUv-8DBvTKrnnjZH3Ejm074IBjmVhJDrOerJz32uDMeq_DLTlBv7DAJjmE_EHlKQDM8xZiy_olifMueBG51hi3-R9eq5siimSC5-O9NknXZ/s320/lala.jpg" border="0" /></a>KESAKSIAN KRISTENhttp://www.blogger.com/profile/09850118404553798099noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9000254955660948651.post-37546906879457641972008-11-09T23:01:00.000-08:002008-12-08T18:09:21.916-08:00<p class="post-footer-line post-footer-line-2"><br /><span class="post-labels"></span></p><p class="post-footer-line post-footer-line-2"><br /><span class="post-labels"></span></p><p class="post-footer-line post-footer-line-2"><span class="post-labels"><br /> </span> </p> Si Pencabut Nyawa<br /> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinUnv7fWG29OUR9BhCFB04K3yQq-mfR9aWqanFaQsViOZoAkpr26j9947Nea4HJCdFoK0cHWpngn-U7xCpbv2hmHKqJforNPSKYM2pjuELAVzCBCWz7B7uIUdn0_ZK2vhOrla3mjUslAO_/s1600-h/edhie_hot.gif"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5103928634807189250" style="margin: 0px 10px 10px 0px; float: left;" alt="" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinUnv7fWG29OUR9BhCFB04K3yQq-mfR9aWqanFaQsViOZoAkpr26j9947Nea4HJCdFoK0cHWpngn-U7xCpbv2hmHKqJforNPSKYM2pjuELAVzCBCWz7B7uIUdn0_ZK2vhOrla3mjUslAO_/s320/edhie_hot.gif" border="0" /></a>Nama saya Edhie Sapto. Pekerjaan saya dahulu adalah pembunuh bayaran. Orang bilang saya adalah pembunuh berdarah dingin. Membunuh bagi saya adalah tindakan yang biasa saja, saya tidak mempunyai rasa takut. Selain membunuh saya mempunyai usaha lain yaitu usaha ganja yang saya ambil dari Aceh.<br /><br /><br /><br /><strong>Kejahatan Edhie Sapto dimulai sejak ia kanak-kanak.<br /></strong><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi704UOILkGxRh8GBrs65BdQ7WsZIf_uSthz7ehukO4xK3TMvl-LA6Qk7pqle-KkLsIi6-pL2aLsCxuFFEecM4j2h1tZFEkXvW0n4xEHqWqWA_8Tg9Lc4H8GhLU9ofOfQr0AVtfrtYOFo99/s1600-h/Edhie1.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5103928974109605650" style="margin: 0px 0px 10px 10px; float: right;" alt="" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi704UOILkGxRh8GBrs65BdQ7WsZIf_uSthz7ehukO4xK3TMvl-LA6Qk7pqle-KkLsIi6-pL2aLsCxuFFEecM4j2h1tZFEkXvW0n4xEHqWqWA_8Tg9Lc4H8GhLU9ofOfQr0AVtfrtYOFo99/s320/Edhie1.jpg" border="0" /></a><br />Sejak SD saya sudah lepas dari keluarga, saya kost di Yogya. Karena di lingkungan saya orang-orangnya ‘semacam itu' akhirnya saya mulai belajar merokok, mulai belajar mengisap ganja. Saya juga mulai disuruh-suruh oleh mereka. Dengan cara seperti itu saya sudah terdidik oleh mereka.<br /><br /><strong>Penjara tidak berarti apa-apa bagi Edhie.<br /></strong><br />Saya masuk penjara sudah tujuh kali. Ada beberapa kali saya terlibat kasus pembunuhan, sedang yang lainnya adalah kasus penganiayaan. Saya bisa bebas karena saya ‘main uang'.<br /><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUDO4rL3dkySHQvwWcsIuL8TtPxz7Lki8S2vdiIoqYWRZRl9xFvK6XxdeYDhdj8FMlRDAC3IEj5Ii4LoRNFgXhyphenhyphenJ0x6QoeDIgjtmpkPFWSXDXMXFKrRaMcbnld1AggCJkcBRUz9ho_nSVu/s1600-h/Edhie2.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5103929313412022050" style="margin: 0px 10px 10px 0px; float: left;" alt="" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUDO4rL3dkySHQvwWcsIuL8TtPxz7Lki8S2vdiIoqYWRZRl9xFvK6XxdeYDhdj8FMlRDAC3IEj5Ii4LoRNFgXhyphenhyphenJ0x6QoeDIgjtmpkPFWSXDXMXFKrRaMcbnld1AggCJkcBRUz9ho_nSVu/s320/Edhie2.jpg" border="0" /></a>Saya dulu berpikir kalau saya melakukan tindak kejahatan jangan tanggung-tanggung. Kalau saya mencuri mungkin saya tidak pernah akan ditakuti atau disegani oleh orang, tapi kalau saya membunuh maka orang akan tahu siapa saya, mereka akan takut pada saya.<br /><br /><br /><strong></strong><br /><br /><strong>Edhie Sapto juga tidak mengenal arti pertemanan.<br /></strong><br />Tahun 1983 saya mempunyai masalah dengan teman. Dia menjual barang saya, kemudian waktu saya meminta bagian saya, dia tidak memberikannya. Saya waktu itu sudah berpikir, jika hak saya tidak diberi maka orang itu akan saya ‘habisi'.<br /><br />Waktu saya bertemu dengannya di Lampung, saya tanya pada teman saya itu tentang keadaannya. Saya juga tanya apakah ada ‘barang' yang akan masuk. Teman saya ini mengatakan, "Iya, ada barang yang akan masuk". Saya minta malam itu untuk bertemu dengannya sebelum dia mengambil ‘barang'. Saya berjanji bertemu dia jam delapan malam. Saya sendiri sudah merencanakan untuk membunuh dia. Saya pikir orang seperti ini tidak bisa dibiarkan, dia harus ‘dihabisi'.<br /><br /><strong>Rekan Edhie tidak pernah menduga tentang malam itu.</strong><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhlbEZf_7TYWwspxIFBeZrEOhNuQM0V0go1GsSNcu9BydG5pHmlnyL7m249Hs-oghLLjZf7JBCVvbYw9MNSO_hvBNA0HhISlHH5nmSNeq-PXjoCx02uDNf68lZLcVymhHBd5t8KLiw3N1Ti/s1600-h/Edhie3.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5103932255464619826" style="margin: 0px 0px 10px 10px; float: right;" alt="" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhlbEZf_7TYWwspxIFBeZrEOhNuQM0V0go1GsSNcu9BydG5pHmlnyL7m249Hs-oghLLjZf7JBCVvbYw9MNSO_hvBNA0HhISlHH5nmSNeq-PXjoCx02uDNf68lZLcVymhHBd5t8KLiw3N1Ti/s320/Edhie3.jpg" border="0" /></a><br />Waktu malam dia datang. Dari jarak kira-kira sepuluh meter saya tanya pada dia, "Kamu sudah siap?". Waktu dia mengatakan ‘ya', saya langsung mengarahkan pistol dan menembaknya. Saya lalu memastikan tembakan saya dengan mengeksekusinya dari dekat.<br /><br /><strong>Kembali Edhie harus berurusan dengan hukum.<br /></strong><br />Saya pikir saya bisa mengurus hukuman saya seperti yang biasa saya lakukan. Waktu itu saya minta tolong pada teman-teman untuk mengurus karena saya punya rumah, punya kendaraan yang bisa dijual. Ternyata waktu naik banding, mereka menjual rumah, menjual kendaraan saya tetapi mereka tidak mengurus saya. Uang saya habis dipakai judi oleh mereka. Waktu banding saya turun, hukuman saya malah naik menjadi sembilan tahun. Saya memang sudah putus asa saat itu. Tidak ada jalan lain ke mana saya akan meminta pertolongan.<br /><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgweR2ijc2mOxeCYYAxY78zb7GwK0gniWg9btXvu1dCzwf2UfrQ2ipjsFRIVTHTHlZXW8z37rR_2DmffwGoviEBswpS5dmJg9a7Lw7z5YGKeQ1WojgR8cjq87-tFLc-MvweV49JvaKVfkNl/s1600-h/Edhie4.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5103932633421741890" style="margin: 0px 10px 10px 0px; float: left;" alt="" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgweR2ijc2mOxeCYYAxY78zb7GwK0gniWg9btXvu1dCzwf2UfrQ2ipjsFRIVTHTHlZXW8z37rR_2DmffwGoviEBswpS5dmJg9a7Lw7z5YGKeQ1WojgR8cjq87-tFLc-MvweV49JvaKVfkNl/s320/Edhie4.jpg" border="0" /></a>Saya memang orang yang kadangkala merasa kesepian. Teman-teman saya sering menghindar karena saya orang yang keras. Saya orang yang tidak banyak bicara, yang bicara biasanya adalah tangan saya. Itulah sebabnya teman-teman menjauhi saya. Dan waktu saya kesepian saya kadang pergi ke ibadah gereja di dalam penjara.<br /><br /><br /><br /><br /><strong>Dalam satu ibadah Tuhan menjamah hati Edhie.<br /></strong><br />Tapi di saat saya putus asa, saya teringat satu ayat Firman Tuhan. Di sana dikatakan Yesus mengundang pada setiap orang yang letih lesu dan berbeban berat untuk datang kepadaNya untuk mendapatkan kelegaan. Hamba Tuhan mengatakan bahwa siapa saja datang pada Tuhan maka Dia akan tolong.<br /><br />Waktu malamnya saya membaca Alkitab di sel penjara, saya menemukan bahwa ternyata ada seorang pribadi yang amat peduli pada saya. Walau orang tua, keluarga, teman-teman tidak peduli pada saya ternyata tetap ada pribadi yang peduli dan setia pada saya. Saya merasakan bahwa saya adalah manusia yang berdosa, saya membutuhkan pengampunan, saya merasakan bahwa Tuhan itu mengasihi saya.<br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEik6OeJkG8eQ0iocLgAEcMEjyEKki3uWnz49kDciX5zYsrWEthezSqE7yPlhV8ThwEZIwjdSkzOLL6YCFkmhwJ4_kgA7DN5OvZkRFi4HJXHdev6RGa7IefzoD0zP6YcpYt3Pli5c6TxXYKx/s1600-h/Edhie5.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5103933101573177170" style="margin: 0px 0px 10px 10px; float: right;" alt="" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEik6OeJkG8eQ0iocLgAEcMEjyEKki3uWnz49kDciX5zYsrWEthezSqE7yPlhV8ThwEZIwjdSkzOLL6YCFkmhwJ4_kgA7DN5OvZkRFi4HJXHdev6RGa7IefzoD0zP6YcpYt3Pli5c6TxXYKx/s320/Edhie5.jpg" border="0" /></a><br />Saya orangnya tidak suka menangis. Dipukul polisi, dipukul petugas sekalipun saya tidak pernah menangis. Tapi waktu malam itu saya menangis. Saya merasakan betapa Tuhan mengasihi saya. Hati saya hancur. Itulah yang membuat saya tidak bisa menyangkali Tuhan lagi. Saya harus menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat saya.<br /><br /><strong>Edhie mengundang Tuhan masuk dalam hatinya.</strong><br /><br />Waktu itulah saya merasakan sukacita, saya merasakan damai sejahtera. Saya merasakan keyakinan bahwa jika saya bebas dari penjara, saya tidak perlu takut. Sekalipun ditembak penembak misterius saya tetap mempunyai jaminan keselamatan.<br /><br /><em>Edhie Sapto bebas pada 24 Agustus 1984 setelah menerima putusan kasasi. Ia menerima hukuman satu tahun dan enam bulan ditambah remisi 3 bulan karena telah menjadi seorang narapidana teladan. Setelah keluar dari penjara Edhie aktif dalam pelayanan ke berbagai daerah.<br /><br />Rekan Edhie selama di penjara, Robby Pical terheran-heran dengan perubahan yang dialami Eddie, mantan pembunuh berdarah dingin yang dikenal dingin dan sadis.<br /></em><br />Kami berdua sama-sama masuk dalam penjara Cipinang. Bapak Edhie Sapto adalah salah seorang penjahat berat dimana saya ditahan di seberang sel dia. Saya mengenal Edhie Sapto sebagai orang yang sadis, bertemperamen tinggi. Dia bisa membunuh setiap orang yang ‘mendekati' dia. Dia tidak pernah bisa didekati selama di penjara. Tapi ketika saya berjumpa kembali dengannya pada tahun 1984, saya melihat ada perubahan total dalam dirinya. Saya sampai bingung, "Kenapa Edhie Sapto bisa berubah begini? Edhie, kok kamu sekarang bisa lembut? Kok kamu sekarang bisa tersenyum? Dulu kamu tidak bisa tersenyum, dulu kamu tidak bisa mengedipkan mata pada orang lain?"<br /><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjK65KKiruF8MXoPlHlUipzSLvu4mevVDtBpHM4e926SFcswgLTWtuA0dKjD5PDmvXXvIYzTp4E3zfDtTfHoXkqEKpE6meE8S84qIwVRXysfajJoMvvexBClVCHgsS_C4b-8smnFRkkKmMq/s1600-h/Edhie6.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5103933994926374754" style="margin: 0px 10px 10px 0px; float: left;" alt="" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjK65KKiruF8MXoPlHlUipzSLvu4mevVDtBpHM4e926SFcswgLTWtuA0dKjD5PDmvXXvIYzTp4E3zfDtTfHoXkqEKpE6meE8S84qIwVRXysfajJoMvvexBClVCHgsS_C4b-8smnFRkkKmMq/s320/Edhie6.jpg" border="0" /></a>Edhie Sapto lalu berkata pada saya, "Hanya ada satu yang bisa mengubah saya yaitu waktu saya berjumpa dengan Tuhan Yesus. Tuhan Yesus yang merubah karakter saya, Dia yang merangkul saya. Tuhan Yesus yang menjamah saya dan kini saya hidup baru bersama dengan Tuhan Yesus."<br /><br /><strong></strong><br /><br /><strong></strong><br /><br /><strong>Edhie kini adalah seorang hamba Tuhan.<br /></strong><br />Orang mungkin tidak pernah mengenal saya. Orang mungkin hanya mengetahui saya dari luarnya saja. Mereka tidak tahu hati saya, seburuk apa hati saya, tetapi Tuhanlah yang menyelidiki hati. Saya boleh dijamah oleh tangan kasihNya, hidup saya boleh diubahkan, bahkan saya boleh diselamatkan. Saya hanya berfikir dengan apa saya bisa membalas kebaikan Tuhan, kecuali saya harus mengabdikan diri saya pada Tuhan.<br /><br /><br /><br />Sumber Kesaksian :<br />Edhie Sapto <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgBC4SyK20yN6pSOAxE2fOtavtnqM-NE2GMP46GNtSZHQIvX2m0jId1x8F0TBe6LKaOYEslFnKTGQIbsa6eSGmer86r_MA3f4RYoE05n0xicluXoqw92axDreYaL3Pl6dg86psLUxHNCVS-/s1600-h/Edhie.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5103934437308006258" style="margin: 0px 10px 10px 0px; float: left;" alt="" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgBC4SyK20yN6pSOAxE2fOtavtnqM-NE2GMP46GNtSZHQIvX2m0jId1x8F0TBe6LKaOYEslFnKTGQIbsa6eSGmer86r_MA3f4RYoE05n0xicluXoqw92axDreYaL3Pl6dg86psLUxHNCVS-/s320/Edhie.jpg" border="0" /></a>KESAKSIAN KRISTENhttp://www.blogger.com/profile/09850118404553798099noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9000254955660948651.post-84123339959013565962008-11-09T22:39:00.000-08:002008-11-09T22:51:35.951-08:00<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgWLnoOjzONLcjsmhK4p2sp1qk8Vbx6hyBk7LJr8Z5fcHSvahTvudNlgk68iBwS0n0ee52F-bkK1dIXA8abwiv25dmddOiiNabdnGh-H5GgCh-m09WMjtfDNpMuS8nc0MtMIIPuvoKJPrz_/s1600-h/Burmese_Paul.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 139px; height: 123px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgWLnoOjzONLcjsmhK4p2sp1qk8Vbx6hyBk7LJr8Z5fcHSvahTvudNlgk68iBwS0n0ee52F-bkK1dIXA8abwiv25dmddOiiNabdnGh-H5GgCh-m09WMjtfDNpMuS8nc0MtMIIPuvoKJPrz_/s320/Burmese_Paul.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5266915751972244466" border="0" /></a><br /><span style="color: rgb(153, 0, 0);"><span style="color: rgb(51, 51, 51);">BUDHA MASUK KRISTEN (Athet Pyan Shinthaw Paulu - Mantan Rahib Budha di Myanmar)<br />Halo, nama saya Athet Pyan Shinthaw Paulu. Saya dari negara Myanmar. Saya ingin berbagi dengan anda kesaksian saya ini tentang apa yang terjadi pada saya, tetapi sebelumnya saya ingin menceritakan sedikit latar belakang saya sejak saya kecil. Saya dilahirkan tahun 1958 di kota Bogale, di daerah delta Irrawaddy Myanmar selatan (dahulu Burma). Orang tua saya penganut agama Budha yang beriman (taat) seperti kebanyakan orang di Myanmar, memanggil saya si Thitphin (yg artinya pohon). Kehidupan di mana saya bertumbuh sangat sederhana.</span> <span style="color: rgb(51, 51, 51);">Pada umur 13 tahun saya keluar sekolah dan mulai bekerja di perahu nelayan. Kami menangkap ikan juga udang di beberapa sungai besar dan kecil di daerah Irrawaddy. Pada umur 16 saya jadi pemimpin perahu. Saat itu saya tinggal di utara pulau Mainmahlagyon (Mainmahlagyon artinya pulau wanita cantik), di bagian utara Bogale dimana saya dilahirkan. Tempat ini kira kira 100 mil barat daya Yangoon (Rangoon) ibu kota negara kami.</span> <span style="color: rgb(51, 51, 51);">Suatu hari waktu saya berumur 17 tahun, kami menangkap banyak sekali ikan dalam jala kami. Saking banyaknya ikan yang kami tangkap, seekor buaya besar tertarik perhatiannya. Buaya itu mengikuti perahu kami dan mencoba menyerang kami. Kami jadi ketakutan sehingga dengan panik kami mendayung perahu kami menuju tepian sungai secepatnya. Buaya itu mengikuti kami dan menyerang perahu kami dengan ekornya.Walaupun tidak ada yang mati dalam kejadian ini, serangan itu mempengaruhi kehidupan saya. Saya tidak mau lagi menangkap ikan. Perahu kecil kami tenggelam kena serangan buaya itu. Malam itu kami pulang ke kampung naik perahu tumpangan. Tak lama sesudah itu, bos ayah saya memindahkan ayah saya ke kota Yangoon (sebelum disebut Rangoon).</span> <span style="color: rgb(51, 51, 51);">Pada umur 18 saya dikirim kesebuah biara menjadi Rahib muda. Kebanyakan orang tua di Myanmar berusaha mengirimkan anak laki-laki mereka ke biara Budha, setidaknya satu kali, karena merupakan suatu kehormatan mempunyai anak laki-laki melayani dengan cara ini. Kami telah mengikuti adat ini ratusan tahun. Seorang murid yang bersemangat Pada saat saya mencapai umur 19 tahun 3 bulan (thn 1977) saya jadi Rahib. Rahib atasan saya di biara itu memberi saya sebuah nama Budha baru yang sudah menjadi adat/kebiasaan di negara saya. Saya dipanggil U Nata Pannita Ashinthuriya. Pada waktu kami menjadi Rahib kami tidak lagi menggunakan nama yang diberikan orang tua pada waktu lahir.</span> <span style="color: rgb(51, 51, 51);">Biara tempat saya tinggal disebut Mandlay Kyaikasan Kyaing. Nama Rahib kepala ialah U Zadila Kyar Ni Kan Sayadaw (U Zadila adalah gelar). Dia Rahib yang sangat terkenal di seluruh Myanmar pada waktu itu. Setiap orang tahu siapa dia.</span> <span style="color: rgb(51, 51, 51);">Dia sangat dihargai oleh orang-orang dan disegani sebagai guru besar. Saya katakan dulu karena pada tahun 1983 dia tiba-tiba mati dalam kecelakaan mobil yang fatal. Kematiannya mengejutkan semua orang. Saat itu saya sudah 6 tahun jadi Rahib. Saya berusaha jadi Rahib terbaik dan mengikuti semua ajaran Budha. Pada suatu tingkat tertentu saya pindah ke sebuah kuburan yang kemudian saya tinggali dan bermeditasi secara kontinyu. Beberapa Rahib yang sungguh-sungguh mengikuti kebenaran Budha melakukan hal yang saya lakukan ini. Beberapa bahkan pindah ke hutan dimana mereka hidup menyangkal diri dan miskin. Saya cari penyangkalan diri, fikiran dan keinginan, untuk menghindari penyakit dan penderitaan dan membebaskan diri dari kehidupan duniawi. Di kuburan saya tidak takut setan, saya berusaha untuk mencapai kadamaian batin dan sadar diri sampai sampai bila ada nyamuk hinggap ditangan saya membiarkannya menggigit tangan saya dari pada mengusirnya. Bertahun-tahun saya berusaha untuk jadi Rahib terbaik dan tidak menyakiti mahluk hidup.</span> <span style="color: rgb(51, 51, 51);">Saya belajar pelajaran Budha suci ini seperti semua nenek moyang kami lakukan sebelum saya. Kehidupan saya sebagai Rahib berjalan terus sampai suatu waktu saya menderita sakit keras. Saya ada di Mandalay waktu itu dan harus dibawa ke rumah sakit untuk perawatan. Dokter melakukan beberapa pengecekan pada saya dan memberitahu saya bahwa saya terjangkit penyakit kuning dan malaria bersamaan. Sesudah sebulan di rumah sakit saya malah makin gawat. Dokter memberi tahu saya bahwa tak ada harapan sembuh untuk saya dan mengeluarkan saya dari rumah sakit untuk mempersiapkan kematian. Inilah penjelasan singkat masa lalu saya.</span> <span style="color: rgb(51, 51, 51);">Sekarang saya ingin menceritakan beberapa hal luar biasa yang terjadi pada diri saya sesudahnya. Penglihatan Yang Mengubah Hidup Saya Selamanya Sesudah saya dikeluarkan dari rumah sakit saya kembali ke tempat di mana para Rahib yang lain mengurus saya. Saya makin hari makin lemah dan makin susut karena badan busuk dan bau kematian, dan akhrinya jantung saya berhenti berdenyut. Tubuh saya dipersiapkan untuk kremasi dan melalui tata cara pemurnian agama Budha. Walaupun tubuh saya mati tapi saya ingat dan sadar dalam fikiran dan roh saya. Saya ada dalam badai besar. Angin kencang meniup seluruh daratan sampai tidak ada pohon atau apapun yang berdiri, semua rata, saya berjalan sangat cepat di jalan rata itu untuk beberapa lama.</span> <span style="color: rgb(51, 51, 51);">Tak ada orang lain, hanya saya sendiri, kemudian saya menyeberang sebuah sungai. Di seberang sungai itu saya melihat danau api yang sangat sangat besar. Dalam agama Budha kami tidak ada gambaran tempat seperti ini. Pada mulanya saya bingung dan tak tahu bahwa itu adalah neraka sampai saya lihat Yama, raja neraka (Yama adalah nama untuk raja neraka dalam kebudayaan Asia) mukanya seperti singa, badannya seperti singa , tetapi kakinya seperti seekor naga (roh naga). Dia mempunyai beberapa tanduk di kepalanya. Wajahnya sangat mengerikan dan saya sangat ketakutan. Dengan gemetar, saya tanya namanya. Dia jawab "Saya adalah raja neraka, si Perusak!" Danau Api Yang Sangat Mengerikan Raja neraka memberi tahu saya untuk melihat ke danau api itu.</span> <span style="color: rgb(51, 51, 51);">Saya memandang dan melihat jubah warna kunyit yang biasa dipakai rahib Budha di Myanmar. Saya memandang dan melihat kepala gundul seorang laki-laki. Waktu saya lihat wajah orang itu saya mengenalinya sebagai U Zadila Kyar Ni Kan Sayadaw (rahib terkenal yang mati kecelakaan mobil tahun 1983). Saya tanya raja neraka mengapa pemimpin saya, diikat dalam danau penyiksaan ini. Saya tanya "Mengapa dia ada dalam danau api ini? Dia seorang guru yang baik." Dia bahkan mempunyai kaset pengajaran yang berjudul 'Apakah anda manusia atau anjing?' Yang sudah membantu ribuan orang mengerti bahwa sebagai manusia sangat berharga jauh dibandingkan binatang. Raja neraka itu menjawab, "Betul, dia seorang guru yang baik, tetapi dia tidak percaya pada Yesus Kristus.</span> <span style="color: rgb(51, 51, 51);">Itulah sebabnya dia ada di neraka." Saya diberi tahu untuk melihat orang lain yang ada di dalam api itu. Saya lihat seorang laki-laki dengan rambut panjang dililitkan dibagian kiri kepalanya. Dia juga mengenakan jubah. Saya tanya raja neraka "Siapa orang itu?" Dia menjawab, "Inilah yang kau sembah, Gautama (Budha)". Saya sangat terganggu melihat Gautama di neraka. Saya protes, "Gautama orang baik, mempunyai karakter moral yang baik, mengapa dia menderita di dalam danau api ini?" Raja neraka menjawab saya "Tak peduli bagaimana baiknya dia. Ia ada di tempat ini karena dia tidak percaya pada Allah yang kekal" Saya kemudian melihat seorang yang lain yang tampaknya memakai seragam tentara.</span> <span style="color: rgb(51, 51, 51);">Dia terluka di dada-nya. Saya tanya "Siapa dia?" Raja neraka berkata "Ini Aung San, pemimpin revolusi Myanmar ". Saya kemudian diberi tahu, "Aung San di sini karena dia menyiksa dan membunuh orang-orang Kristen, tapi terutama karena dia tidak percaya Yesus Kristus." Di Myanmar ada pepatah, "Tentara tak pernah mati, hidup terus." Saya diberitahu bahwa tentara neraka mempunyai pepatah "Tentara tak pernah mati, tapi ke neraka selamanya." Saya amati dan melihat orang lain didanau api itu. Dia orang yang sangat tinggi dan memakai baju baja militer. Dia juga menyandang pedang dan perisai. Orang ini terluka di dahinya.</span> <span style="color: rgb(51, 51, 51);">Orang ini lebih tinggi dari siapapun yang pernah saya lihat. Saya kemudian diberi tahu, "Aung San di sini karena dia menyiksa dan membunuh orang-orang Kristen, tapi terutama karena dia tidak percaya Yesus Kristus." Di Myanmar ada pepatah, "Tentara tak pernah mati, hidup terus." Saya diberitahu bahwa tentara neraka mempunyai pepatah "Tentara tak pernah mati, tapi ke neraka selamanya." Saya amati dan melihat orang lain didanau api itu. Dia orang yang sangat tinggi dan memakai baju baja militer. Dia juga menyandang pedang dan perisai. Orang ini terluka di dahinya.</span> <span style="color: rgb(51, 51, 51);">Orang ini lebih tinggi dari siapapun yang pernah saya lihat. Saya bingung karena saya tidak tahu siapa itu Goliath dan Daud. Raja neraka berkata, "Goliath tercatat di Alkitab orang Kristen. Kamu tidak tahu dia sekarang, tapi kalau kamu jadi Kristen, kamu akan tahu siapa dia. Saya dibawa ke sebuah tempat di mana saya lihat orang kaya dan miskin menyiapkan makan malam mereka. Saya tanya "siapa yang memasak makanan untuk orang-orang itu?" Raja itu menjawab "Yang miskin harus menyiapkan makanan mereka, tapi yang kaya menyuruh yang lain untuk memasak untuk mereka."</span> <span style="color: rgb(51, 51, 51);">Ketika makanan sudah tersedia untuk yang kaya, mereka duduk untuk makan. Segera setelah mereka mulai makan asap tebal keluar. Yang kaya makan secepat sebisa mereka agar mereka tidak pingsan. Mereka berusaha keras untuk dapat bernafas karena asap itu. Mereka harus makan cepat-cepat karena mereka takut kehilangan uang mereka. Uang mereka adalah tuhan mereka. Seorang raja yang lain kemudian datang pada saya. Saya juga melihat satu mahluk yang kerjanya menjaga api di bawah danau api agar tetap panas. Mahluk ini bertanya pada saya "Apa kamu juga akan masuk ke danau api ini?" Saya jawab, "Tidak! saya di sini untuk hanya mengamati!" Bentuk mahluk yang menjaga api itu sangat menakutkan.</span> <span style="color: rgb(51, 51, 51);">Dia punya 10 tanduk dikepalanya dan sebatang tombak di tangannya yang pada ujungnya ada 7 pisau tajam. Mahluk ini berkata "Kamu betul, kamu datang ke sini hanya untuk mengamati. Saya tak temukan namamu disini". Katanya "Kamu harus kembali dari mana kamu datang tadi" Dia menunjukan arah pada saya tempat terpencil rata yang saya lewati sebelumnya waktu datang ke danau api ini. Keputusan Untuk Memilih Jalan Saya jalan cukup lama, sampai saya berdarah. Saya sangat kepanasan dan kesakitan. Akhirnya setelah berjalan sekitar 3 jam saya sampai di sebuah jalan yang lebar. Saya berjalan sepanjang jalan ini beberapa lama sampai menemukan persimpangan.</span> <span style="color: rgb(51, 51, 51);">Satu jalan arah kiri, lebar. Jalan yang lebih kecil menuju ke sebelah kanan. Ada tanda disimpang itu yang berbunyi jalan kiri untuk mereka yang tidak percaya pada Tuhan Yesus Kristus, jalan yang lebih kecil menuju ke kanan untuk yang percaya Yesus. Saya tertarik melihat ke mana tujuan jalan yang lebih besar itu, jadi saya mulai melaluinya.Ada 2 orang berjalan kira-kira 300 yard di depan saya. Saya coba mengejar mereka agar dapat jalan bersama, tetapi sekerasnya saya coba tak dapat mengejar mereka, jadi saya putar balik dan kembali ke simpang jalan tadi.</span> <span style="color: rgb(51, 51, 51);">Saya terus perhatikan kedua orang yang berjalan tadi. Waktu mereka mencapai ujung jalan tiba-tiba mereka ditikam. Kedua orang itu berteriak sangat kesakitan. Saya juga menjerit keras waktu melihat apa yang terjadi pada mereka Saya sadar akhir dari jalan yang lebih lebar sangat berbahaya untuk mereka yang menjalaninya. Melihat Surga Saya mulai melangkah ke jalan Orang Percaya. Sesudah berjalan sekitar 1 jam, permukaan jalan berubah jadi emas murni.</span> <span style="color: rgb(51, 51, 51);">Sungguh murni sampai-sampai waktu saya lihat kebawah saya dapat melihat bayangan saya dengan sempurna. Kemudian saya lihat seseorang berdiri di depan saya. Dia memakai jubah putih. Saya juga mendengar nyanyian merdu. Oh, alangkah indah dan murninya! Sangat jauh lebih baik dan berarti dibandingkan penyembahan yang kita dengar di gereja manapun di dunia. Orang berjubah tersebut meminta saya berjalan bersamanya. Saya bertanya padanya, "Siapakah namamu?" tetapi dia tidak menjawabnya. Baru sesudah saya tanya dia 6 kali orang itu menjawab, "Saya yang memegang kunci ke surga. Surga tempat yang sangat sangat indah. Kamu tak dapat pergi ke sana sekarang tetapi kalau kamu mengikuti Yesus Kristus kamu dapat pergi ke sana sesudah hidupmu selesai di bumi". Orang itu bernama Petrus.</span> <span style="color: rgb(51, 51, 51);">Petrus kemudian meminta saya untuk duduk dan menunjukkan pada saya sebuah tempat di sebelah utara. Petrus berkata, "Lihat ke utara dan lihatlah Allah menciptakan manusia". Saya melihat Allah kekal di kejauhan. Allah berkata pada seorang malaikat, "Mari kita ciptakan manusia." Malaikat itu memohon pada Allah dan berkata, "Jangan menciptakan manusia. Dia akan berbuat dosa dan mendukakan Engkau." (dalam bahasa asli Burma berarti: "Dia akan mempermalukan Engkau") Tetapi Allah tetap menciptakan manusia. Allah meniupkan nafasNya dan manusia itu hidup.</span> <span style="color: rgb(51, 51, 51);">Dia memberi nama orang itu "Adam". (catatan: agama Budha tidak percaya penciptaan dunia atau manusia sehingga pengalaman ini sangat besar pengaruhnya pada rahib itu). Dikembalikan Dengan Nama Baru Kemudian Petrus berkata, "Sekarang bangunlah dan kembalilah melalui jalan di mana engkau datang. Katakan pada orang-orang yang menyembah Budha dan menyembah berhala. Beri tahu mereka bahwa mereka akan pergi ke neraka bila mereka tidak berubah.</span> <span style="color: rgb(51, 51, 51);">Mereka yang membangun kuil/kelenteng dan berhala juga akan ke neraka. Mereka yang yang memberikan persembahan pada para rahib untuk mendapatkan jasa untuk mereka sendiri juga akan ke neraka. Mereka yang menyembah rahib dan memanggil mereka "Pra" (gelar kehormatan bagi rahib) akan ke neraka. Mereka yang menyanyi dan memberikan hidupnya untuk berhala akan ke neraka. Mereka yang tidak percaya Yesus Kristus akan ke neraka. Petrus memberi tahu saya untuk kembali ke bumi dan bersaksi tentang semua apa yang telah saya lihat. Dia juga berkata, 'Kamu harus bicara dengan nama yang baru.</span> <span style="color: rgb(51, 51, 51);">Sejak saat ini kamu harus dipanggil Athet Pyan Shinthaw Paulu (Paulus yang kembali hidup). Saya tidak mau kembali. Saya ingin tinggal di surga. Seorang kemudian malaikat membuka sebuah buku. Pertama-tama mereka mencari nama masa kecilku (Thitpin) dalam buku, tapi mereka tak menemukannya. Kemudian mereka mencari nama yang diberikan pada saya waktu masuk agama Budha (U Nata Pannita Ashinthuriya), tapi juga tidak tertulis disitu. Kemudian Petrus berkata, "Namamu tidak tertulis di sini, kamu harus kembali dan bersaksi tentang Yesus pada orang-orang yang beragama Budha." Saya berjalan kembali melalui jalan emas. Saya dengar lagi nyanyian yang merdu, yang tak pernah saya dengar sebelumnya. Petrus berjalan dengan saya sampai saatnya saya kembali ke bumi. Dia menunjukkan pada saya tangga untuk kembali ke bumi antara surga dan langit. Tangga itu tidak sampai ke bumi, tetapi berhenti di udara. Pada saat di tangga saya lihat banyak sekali malaikat, ada yang naik ke surga dan ada yang turun ke tangga. Mereka sangat sibuk. Saya tanya Petrus, "Siapakah mereka?". Peter menjawab, "Mereka pesuruh Tuhan. Mereka melaporkan ke surga nama-nama mereka yang percaya Yesus Kristus dan nama-nama mereka yang tidak percaya." Peter kemudian memberi tahu saya, sudah waktunya untuk kembali.</span> <span style="color: rgb(51, 51, 51);">Tiba-tiba saya mendengar sebuah tangisan. Saya dengar ibu saya sedang menangis, "Anakku, mengapa engkau meninggalkan kami sekarang?" Saya juga mendengar orang-orang lain menangis. Saya kemudian sadar saya sedang terbujur dalam sebuah peti. Saya mulai bergerak. Ibu dan ayahku berteriak, "Dia hidup, dia hidup!" Orang lain yang agak jauh tidak percaya. Kemudian saya taruh tangan saya di kedua sisi peti itu dan duduk tegak. Banyak orang ketakutan. Mereka menjerit, "Hantu!" dan berlari secepat kaki mereka membawanya. Mereka yang tertinggal, diam dan bergemetaran. Saya merasakan saya sedang duduk dalam cairan yang tak sedap baunya, cairan tubuh, cukup banyak untuk dapat mengisi 3,5 gelas. Itu adalah cairan yang keluar dari perut dan bagian dalam tubuhku ketika tubuhku terbujur di dalam peti mati. Inilah sebabnya orang tahu bahwa saya sudah betul-betul mati. Di dalam peti mati ini ada semacam lembaran plastik yang ditempelkan pada kayu peti. Lembaran plastik ini untuk menampung cairan yang keluar dari mayat, karena tubuh orang meninggal banyak mengeluarkan cairan seperti yang saya alami. Saya diberi tahu kemudian bahwa hanya beberapa saat lagi saya dikremasi dalam api. Di Myanmar orang mati dimasukan kedalam peti mati, tutupnya kemudian dipaku, dan kemudian dibakar. Ketika saya kembali hidup, ibu dan ayahku sedang melihat tubuhku untuk terakhir kalinya. Sesaat lagi tutup peti akan segera dipaku dan saya akan dikremasikan. Saya segera mulai menjelaskan hal-hal yang saya lihat dan dengar. Orang-orang merasa heran. Saya ceritakan orang-orang yang saya lihat di dalam danau api itu, dan memberi tahu hanya orang Kristen yang tahu kebenaran, bahwa nenek moyang kita dan kita sudah tertipu ribuan tahun! Saya beri tahu mereka segala sesuatu yang kita percayai adalah kebohongan. Orang-orang merasa heran sebab mereka tahu rahib macam apa saya dan bagaimana bersemangatnya saya dalam pengajaran Budha. Di Myanmar ketika seseorang meninggal, namanya dan umurnya ditulis disamping peti mati. Ketika seorang rahib meninggal, namanya, umurnya dan masa pelayanannya sebagai rahib dituliskan di samping peti mati. Saya sudah ditulis mati tetapi seperti yang anda lihat, sekarang saya hidup!</span> <span style="color: rgb(51, 51, 51);">---------------------------------------------------------------------------------</span> <span style="color: rgb(51, 51, 51);">(Penutup)</span> <span style="color: rgb(51, 51, 51);">Sejak "Paul yang kembali hidup" mengalami kisah di atas dia tetap menjadi saksi yang setia kepada Yesus Kristus. Para Gembala di Burma mengabarkan bahwa dia sudah membawa ratusan rahib lain untuk beriman kepada Yesus. Kesaksiannya jelas sekali tak berkompromi. Oleh sebab itu, pesan dia telah menyakitkan banyak orang yang tidak dapat menerima hanya ada satu jalan ke surga, Yesus Kristus. Walaupun menghadapi penolakan yang sangat besar, pengalamannya sungguh nyata sehingga ia pernah ragu maupun bimbang. Setelah sekian tahun dalam lingkungan biara Budha, sebagai pengikut ajaran Budha yang setia, beralih menyatakan Injil Kristus sesudah kebangkitannya dari mati dan mendesak rahib yang lain untuk meninggalkan semua dewa-dewa palsu dan menjadi pengikut Yesus dengan sepenuh hati. Sebelum sakit dan matinya dia tidak punya pengetahuan sedikitpun tentang ke-Kristenan. Semua yang dia dapatkan selama 3 hari dalam kematian adalah baru dalam fikirannya. Dalam mengabarkan pesannya sebanyak mungkin pada orang-orang. Lazarus modern ini mulai membagikan audio dan video kaset mengenai kisahnya. Polisi serta pihak berwenang di Myanmar sudah berusaha sekuatnya untuk mengumpulkan kaset-kaset ini dan memusnahkannya. Kesaksian yang baru saja anda baca adalah salah satu terjemahan dari kaset itu. Kami diberi tahu bahwa sekarang sangat berbahaya bagi warga Myanmar untuk memiliki kaset ini. Kesaksiannya yang tak kenal takut telah membuatnya dipenjara, di mana yang berwenang telah gagal menawarkan dia untuk bungkam. Sesudah dilepaskan dia terus bersaksi tentang apa yang dia lihat dan dengar. Keberadaannya sekarang tidak jelas. Seorang nara sumber di Burma mengatakan bahwa dia di penjara dan bahkan mungkin sudah dibunuh, sumber lain mengabarkan bahwa dia sudah dilepaskan dari penjara dan sedang meneruskan pelayanannya.</span><br /></span>KESAKSIAN KRISTENhttp://www.blogger.com/profile/09850118404553798099noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9000254955660948651.post-73489145614150904722008-11-09T19:50:00.000-08:002008-12-08T18:09:22.269-08:00Sandra Dewi - Hadangan Tantangan Rezeki Pun Berdatangan<a name="8183880342822945526"></a> <div><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLNewNJEEGKC4jTuozBAYtXb40xrJYKag0zeRmFln515AedHsTHnGPpRJuXaM2PZcG_uMpDs9Judo_z5fd3IB8-tkOhmabC7DV6DnbRDnTotm6pBe2rrEI-wGcwCClzjDq3cOFeDxxos3K/s1600-h/SANDRA.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5132170413191004322" style="margin: 0px 10px 10px 0px; float: left;" alt="" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLNewNJEEGKC4jTuozBAYtXb40xrJYKag0zeRmFln515AedHsTHnGPpRJuXaM2PZcG_uMpDs9Judo_z5fd3IB8-tkOhmabC7DV6DnbRDnTotm6pBe2rrEI-wGcwCClzjDq3cOFeDxxos3K/s320/SANDRA.jpg" border="0" /></a> Niat awal ke Jakarta hanyalah menuntut ilmu, lain tidak. Di tengah kesibuk-an kuliah ia acap kali meminta uang. <em>"Masalah anak kost. Uangnya sering habis tengah bulan,"</em> Sandra beralasan.Tak enak hati lantaran sering telepon meminta uang, timbullah pikiran brilian. <em>"Di jalan yang setiap hari aku lewati menuju kampus ada poster besar dengan tulisan ikutilah pemilihan Miss Enchanteur. Hadiahnya Rp50 juta. Aku tertantang dan mengincar hadiahnya,"</em> jelasnya sambil tertawa lepas.<br /><br />Sulung dari tiga bersaudara ini yakin kemenangan menjadi Miss produk kecantikan itu karena jawaban realistisnya. Ketika ditanya juri tentang motivasi mengikuti pemilihan itu, Sandra, begitu ia biasa dipanggil, menjawab, <em>"Saya tertarik dengan hadiahnya, Rp50 juta. Saya ingin memperbanyak teman dan relasi,"</em> kenang lulusan London School of Public Relations. Tak berhenti di situ. Selanjutnya kelahiran Bangka ini tertantang lagi mengikuti pemilihan duta pariwisata Jakarta Barat.<br /><br />Kemenangan diraih, namun berbuntut banyaknya kegiatan yang harus dijalani. Sadar jadwalnya berubah dengan berbagai kesibukan, ia akhirnya pilih kuliah sebagai prioritas, <em>"Bicara materi lumayan. Tapi dari awal aku nggak kepikiran masuk ke dunia hiburan. Niatnya kuliah dan belajar. Puji Tuhan, lulus kuliah baru aku mau serius dan dapat tawaran pula, pas banget, kan!?"</em> ulasnya takjub.<br /><br /><strong>MENAKLUKKAN TANTANGAN<br /></strong><br />Semua hal positif dan berdampak baik akan ditempuhnya. Itu merupakan tantangan. Dalam ‘adventure' tantangannya itulah ia mencoba mengikuti pemilihan model majalah wanita ternama. Sandra yang saat itu pekerja kantoran pun "melamar". Sekali lagi ia mengantongi kemenangan. Lewat kemenangannya ia bertemu dengan Nia Dinata. Sutradara yang sarat prestasi di jagad per filman semisal Arisanatau Janji Joni, yang juga diidolakan Sandra. Diam-diam cewek family minded ini ingin sekali bermain di film garapan Nia Dinata, namun ia malu untuk menyampaikan niatnya.<em> "Aku suka karya-karya Teh Nia (Nia Dinata-red). Dan mau banget main di filmnya, tapi aku siapa?"</em><br /><br />Begitu kemenangan di tangan. <em><strong>"Teh Nia yang jadi juri memberi selamat ke atas panggung dan bilang dia mau kasting aku. Aku hanya takjub melihat cara Tuhan yang ajaib. Dari situ aku belajar, kalau baik untuk aku pasti Tuhan kasih,"</strong></em> kisahnya berbunga-bunga mengingat kembali kenangan tahun lalu.Ketakjubannya masih berlanjut. Saat kasting untuk film, para "pesaingnya" bukan kelas teri, tapi para pemenang piala Citra dan sederet penghargaan lainnya. Takut? Pasti ada. Menyerah? Tidak sama sekali. <em>"Di ruang tunggu kasting yang datang sempat membuat aku kaget. Aku juga doa. Terserah</em> <em>Tuhan,"</em> jelasnya tanpa mau menyebut nama pemain film papan atas yang dimaksud.<br /><br />Usai kasting, ia menaikkan doa. Keyakinannya terbukti, kalau baik pasti diberi Tuhan. <em>"Permintaanku langsung dijawab. Aku sangat bersyukur. Aku lulus kasting dan diterima,"</em> urai pemain film bergenre komedi romantis ini. Sebagai pemain yang baru meretas di dunia film, talent iklan sebuah bank nasional ini dengan mudahberadaptasi dan mengakrabi pekerjaan. Ia merasa diterima dengan baik. Kendati pemain senior, para lawan mainnya tak mengecilkan dirinya.Terlalu pagi untuk berpuas diri sekarang. Baginya apa yang dipercayakan Tuhan lewat sinetron, iklan, dan film merupakan buah dari keberaniannya menaklukkan apa yang dianggap orang sukar. <em>"Aku suka tantangan. Waktu niat kuliah di Jakarta, orang di Bangka nggak tahu soal PR (Public Relation). apalagi London School. Tahunya hanya UI atau Trisakti. Karena itu ambil PR."</em> Tantangan lain dalam karier di dunia hiburan yang baru dimulainya adalah rasa risih. Ia kerap meminta sutradara untuk mengizinkannya tidak memakai baju yang terlalu terbuka. Ini merupakan tantangan untuknya agar menempatkan rasa risih secara tepat. <em>"Aku risih dengan pakaian yang terlalu terbuka. Sampai sekarang masih belajar untuk dealing dengan fashion yang terbuka asal jangan berlebihan."<br /></em><br /><strong>GAK PUNYA PRINSIP GAK HIDUP<br /></strong><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhiF8hf1PUTDS008su5dbiAI699BCSYiLpjLmywBbbkA1PhkJkr5KvrXG0SWCQ1SwMTCkKm6h8v3CuVllsTff9TynIVjbf6miIDqZnTssx5pkJjU_qiiDrAf8KVPxRi-OZTn6N8b2KiW3vH/s1600-h/Sandra+Dewi.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5132171255004594354" style="margin: 0px 10px 10px 0px; float: left; width: 227px; height: 235px;" alt="" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhiF8hf1PUTDS008su5dbiAI699BCSYiLpjLmywBbbkA1PhkJkr5KvrXG0SWCQ1SwMTCkKm6h8v3CuVllsTff9TynIVjbf6miIDqZnTssx5pkJjU_qiiDrAf8KVPxRi-OZTn6N8b2KiW3vH/s320/Sandra+Dewi.jpg" width="197" border="0" height="235" /></a>Pemain sinetron Elang tayangan Indosiar ini sudah diajarkan keluarga mencintai Tuhan. Tak heran hari-hari SMP dan SMA-nya banyak diisi dengan kegiatan kerohanian. Mulai dari solis (menyanyikan ayat Mazmur Alkitab-red) sampai koor. Hijrah ke Jakarta, sibuk kuliah dan bekerja setelah lulus kuliah membuatnya kehilangan saat-saat indah pelayanan. <em>"Sekarang jadwalku lumayan padat, tapi aku berusaha membagi waktu sebaik mungkin biar tetap bisa ikut koor."<br /></em><br />Putri pasangan Gunawan Basri dan Chatarina Erliani ini bersyukur sejak kecil diajarkan sayang pada Tuhan. <em>"Tuhan Yesus itu baik, Dia yang menyayangi, melindungi kita. Jadi, kita harus sayang Tuhan Yesus. Kita ini anak Tuhan Yesus, coba kalau sudah besar anak kita tidak nurut sama orangtuanya pasti kecewa,"</em> Sandra menirukan ucapan ibunya. Sayangnya pada Tuhan ditunjuk-kan dengan memantapkan iman bahwa semua yang terbaik dan menjadi bagiannya pasti akan diberikan Tuhan.<br /><br />Sebaliknya sekeras apa pun usaha dan doa, tapi kalau permintaan itu bukan yang terbaik maka tak akan pernah jadi milik. <em>"Satu kali aku punya permintaan, tapi tidak terkabul. Belakangan Tuhan perlihatkan, itu bukan yang terbaik untuk aku,"</em> paparnya tanpa mau menjelaskan apa gerangan permintaannya itu. Pesan ibu terpatri kuat dalam lubuk hati, bahwa manusia tak akan pernah bisa membalas kasih Tuhan. Sebab itu Sandra tak jemu-jemu tetap memberikan yang terbaik dan tidak malu menjadi anak Tuhan dengan cara menjaga tubuh sebagai bait Allah. Di lokasi syuting ia terkenal anti dugem, rokok, dan minuman keras. <em>"Aku bangga dengan imanku. Kalau pun diajak dugem aku pasti nolak dan lama-lama mereka ngerti. Untuk ini aku memang strict,"</em> jawabnya.<br /><br />Tak takut dianggap kuper atau dijauhi? Menjawabnya, bintang iklan produk kecantikan pemutih wajah ini mengatakan bahwa berteman dengan semua orang boleh saja, tapi harus punya prinsip. <em>"Satu tahun di Jakarta sendirian, kalau tidak inget Tuhan dan tidak punya prinsip aku bisa merokok atau gila dugem. Itulah prinsip hidupku dan menjalankannya tidak ada masalah."</em> Tak ada kata menyesal atas iman dan prinsipnya. Yang terpenting adalah Tuhan sudah teramat sangat baik, tak mungkin ia "menjahati" Tuhan dengan menjadi orang yang tak tahu diri.<br /><br /><strong>ANTARA HIDUP DAN MATI<br /></strong><br />Ngobrol banyak hal dengan Sandra selalu seru dan penuh keceriaan. Tak terkecuali tentang persepuluhan dan penghasilan. Dengan ringan ia menjawab, <em>"Untuk berbagi, aku lihat dulu keluarga dan kerabat yang membutuhkan. Soal persepuluhan itu pasti! Kan masih ada sisa 90 persen. Jadi, persepuluhan itu ya harus."<br /></em><br />Soal keluarga, ada satu kisah tentang ayahnya yang bagi Sandra, kalau bukan karena Tuhan tak mungkin ayah menoleh padanya. Sandra yang berusia 11 tahun dan dua adiknya bermain di tepi muara yang banyak buaya, daerah tempat ayahnya bekerja. Adiknya hanya ingin mencuci kaki. Lantaran terpeleset terjatuhlah ia. Segera Sandra dan adik nomor duanya menolong. Bukannya dapat menarik sang adik, keduanya justru ikut terjatuh. <em>"Anginnya sangat kencang. Maka minta tolong sekeras apa pun, kalau seseorang tidak melihat, tak akan tahu ada yang butuh pertolongan. Setelah berteriak sekuat mungkin, aku berdoa dalam hati. Badanku sudah tenggelam. Antara hidup dan mati. Gak tahu gimana Papaku melihat dan menolong. Setelah kami naik ke atas kami melihat buaya di muara itu." </em></div><br /><div><em></em></div><br /><div><em></em></div><br /><div><em>~ jawaban.com ~</em></div>KESAKSIAN KRISTENhttp://www.blogger.com/profile/09850118404553798099noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9000254955660948651.post-13818662239950910352008-11-09T19:46:00.000-08:002008-12-08T18:09:22.437-08:00Prof Dr JE Sahetapy-Pejuang Nurani Hukum<a name="5916780494771763410"></a> <p><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjE9tNAKUo4r-mJXoCs7zh23KvFZMNCz2Kpff4AQA8FuTB_GpVuRMYAOVYj-CBVEx9uI_dNAivg8cEshkVi6b49zqN5PtC4s-g8dMPfAUUA05OCqV5pFiM0lQUuqo88kQQ3zEUz5JrV87_i/s1600-h/sahetapy_ok.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5099098810938850850" style="margin: 0px 10px 10px 0px; float: left;" alt="" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjE9tNAKUo4r-mJXoCs7zh23KvFZMNCz2Kpff4AQA8FuTB_GpVuRMYAOVYj-CBVEx9uI_dNAivg8cEshkVi6b49zqN5PtC4s-g8dMPfAUUA05OCqV5pFiM0lQUuqo88kQQ3zEUz5JrV87_i/s320/sahetapy_ok.jpg" border="0" /></a><br /><br /></p><div>Kisah Prof. Dr. J.E. Sahetapy: Kesederhanaan, kejujuran dan keteladanannya membuat apa yang dikatakannya menjadi lebih bernilai dan berbobot serta rasa kebenarannya menjadi sangat nyata. Beliau lahir di Saparua, Maluku, 6 Juni 1932. Ayahnya seorang guru dan ibunya seorang guru juga.<br /><br />Tapi ketika masih kecil, Sahetapy sudah harus menghadapi masalah pelik. Kedua orang tua yang dicintainya harus berpisah. Pasalnya, ayahnya suka main judi, ibunya minta cerai akibat tidak tahan menanggung beban. Kemudian sang ibu, Nona C.A. Tomasowa, menikah lagi dengan W.A. Lokollo setelah berpisah ± 12 tahun dengan suaminya. Namun demikian, Sahetapy kecil <strong>selalu rajin belajar</strong>. Ia memulai pendidikan formalnya di sekolah dasar yang didirikan ibunya sendiri yakni Particuliere Saparuasche School. Dari ibunya yang sekaligus gurunya itulah Sahetapy banyak belajar nasionalisme dan keberpihakan kepada rakyat kecil.<br /><br />Tapi akibat meletusnya perang pada tahun 1942, sekolahnya sempat terputus menjelang akhir kelulusannya. Empat tahun berikutnya, 1947, barulah ia kembali ke sekolah sampai lulus Sekolah Dasar. Lalu ia pun masuk SM dengan kurikulum 4 tahun. Menjelang lulus, peristiwa RMS (Republik Maluku Selatan) meledak. Akhirnya Sahetapy pindah ke Surabaya, bergabung dengan kakaknya, A.J. Tuhusula-Sahetapy. Di kota Pahlawan itulah ia menamatkan SMA.<br /><br />Setamat SMA, sebenarnya ia tertarik masuk Akademi Dinas Luar Negeri (ADLN). Namun ibunya tidak sependapat. Selain itu, ada pula yang menawarinya masuk sekolah pendeta, tapi ibu pun tidak setuju. Akhirnya, ia masuk Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada di Surabaya (yang kemudian menjadi Fakultas Hukum Universitas Airlangga).<br /><br />Semasa kuliah, Sahetapy termasuk mahasiswa yang cerdas. Ia juga menguasai bahasa Belanda. Tak heran bila kemudian ia dipercaya menjadi asisten dosen untuk matakuliah hukum perdata di fakultasnya. Kepercayaan dekan Fakultas Hukum Universitas Airlangga ketika itu Profesor Gondo-wardoyo, tidak hanya sampai di situ. Bahkan begitu Sahetapy lulus kuliah, ia ditawari kuliah di Amerika Serikat. Kesempatan itu tidak disia-siakannya. Ia pun menyelesaikan studinya di AS dalam dua tahun dan segera balik ke Indonesia.<br /><br />Suami Lestari Rahayu ini dikenal sangat kritis. Baik semasa berprofesi dosen dan birokrat maupun saat menjadi anggota legislatif. Kritik-kritiknya tajam dan keras. Ia pun dikenal sebagai seorang yang sungguh bersahaja dalam hidup sehari-harinya. Ia tinggal di sebuah rumah di kompleks perumahan dosen Universitas Airlangga, Jalan Darmahusada III. Rumah itu sendiri jauh dari kesan mewah. Perabotannya biasa saja. Misalnya, sofa di ruang tamunya bukanlah dari jenis sofa berharga ratusan ribu rupiah. Sehari-hari, untuk mendukung kegiatannya, ia mengendarai mobil Kijang.<br /><br /><strong>Kesederhanaan ini tidak berubah</strong> saat ia menjadi anggota DPR dari PDIP pada zaman reformasi yang masih kental praktek korupsi ini. Saat beberapa rekannya, setelah menjadi anggota DPR, tiba-tiba menjadi mewah dengan mobil-mobil mewah. Sahetapy justru masih kerap jalan kaki dari tempat tinggalnya, sekitar satu setengah kilometer dari Gedung DPR.<br /><br />Ia berharap semoga para politisi bermoral dan santun meskipun dalam jumlah kecil dewasa ini, tetap terpanggil akan gejolak hati nuraninya. Semua hendaknya benar-benar sadar, <strong><em>"The things that will destroy us are: politics without principle, pleasure without conscience, wealth without work, knowledge without character, business without morality, science without humanity, and worship without sacrifice"</em></strong>. Tidaklah berkelebihan kalau dikatakan lagi bahwa politik tanpa moral atau etika akan menjerumuskan bangsa ini. </div><br /><br /><br /><br /><br /><div><em>~ Jawaban.com ~</em></div>KESAKSIAN KRISTENhttp://www.blogger.com/profile/09850118404553798099noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9000254955660948651.post-45776473921105081662008-11-09T18:59:00.000-08:002008-12-08T18:09:22.664-08:00Orang Desa - Go International<a name="59037931104417843"></a> <p><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiWgSJAR1ngRRBhzrjkvYCJq0o9omLhfkkSbDmRD6zeDD_K0_lGXUlTymrVQKjlqAuAvITPEs5Aein_yGRW64_VW_UG_x9lvLBMyeYSUhWBp0NivFabevMeUnJXLuGfREB-SbCmfo8bazDb/s1600-h/jonathan_parapak.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5092905448442477106" style="margin: 0px 10px 10px 0px; float: left;" alt="" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiWgSJAR1ngRRBhzrjkvYCJq0o9omLhfkkSbDmRD6zeDD_K0_lGXUlTymrVQKjlqAuAvITPEs5Aein_yGRW64_VW_UG_x9lvLBMyeYSUhWBp0NivFabevMeUnJXLuGfREB-SbCmfo8bazDb/s320/jonathan_parapak.jpg" border="0" /></a><br /><br />Kiprahnya dalam pengembangan teknologi informasi dan telekomunikasi di Indonesia, tak dapat dilupakan. Kebesaran PT Indosat tidak dapat dilepaskan dari sentuhan tangan dingin yang dilandasi ketajaman visi dan prediksinya ke depan. Ia, Jonathan Parapak, taruk yang bersemi dari Tana Toraja, pembelajar dan pelayan telematika Indonesia.<br /><br />Sejak awal Jonathan Parapak menyadari bahwa kemajuan teknologi informasi tidak hanya mempermudah komunikasi serta mempercepat penyebaran informasi, melainkan juga memiliki nilai strategis secara ekonomis dan politis. Lancarnya komunikasi dan informasi yang tidak lagi dibatasi oleh faktor geografis, memiliki sumbangan besar dalam mempersatukan bangsa. Visi itulah yang telah memotivasi Parapak untuk bekerja tak kenal lelah mengembangkan dunia informasi dan telekomunikasi demi bangsanya.<br /><br /><strong>Ia memang seorang yang rendah hati</strong>. Sebagaimana dituturkan Radius Prawiro, Jonathan Parapak adalah sosok ideal seorang intelektual sejati sekaligus pekerja profesional yang tangguh. <strong>Ia seorang pembelajar sekaligus juga seorang pelayan. Ia berusaha membelajarkan masyarakat, namun tidak kehilangan minatnya untuk senantiasa belajar</strong>. Dengan penuh semangat, ia selalu membuka diri terhadap teknologi baru. Karyanya selama lebih dari sepuluh tahun sebagai Presiden Direktur PT Indosat, diakui, bukan saja oleh masyarakat Indonesia, tetapi juga oleh dunia.<br /><br />Ia telah berhasil membuktikan komitmennya sebagai seorang pembelajar dan pelayan, baik dalam kapasitasnya sebagai manajer profesional dalam dunia usaha, maupun sebagai birokrat dalam pemerintahan. Melalui berbagai seminar dan ceramah-ceramah yang diberikannya ia berusaha membentuk kader-kader bangsa dan kader-kader Gereja yang visioner serta sadar akan misi lebih luas yang diembannya. Jauh dari rasa gamang, ia menatap jauh menuju masa depan bangsa Indonesia modern yang memiliki cakrawala lebih luas. Hal tersebut tidak hanya dilakukan di kalangan profesional, melainkan juga bagi masyarakat luas.<br /><br />Ia pula salah satu pemula konsep pembangunan Telematika di Indonesia, dan menjadi pimpinan berbagai kelompok yang sangat peduli dengan peran telematika dalam mewujudkan knowledge based society di Indonesia. Sebagai pelaku teknologi pada berbagai tataran, baik tingkat kebijaksanaan maupun regulasi operasi dan industri, Parapak telah memberikan berbagai gagasan segar dan baru, bagaimana memanfaatkan dan mengembangkan teknologi untuk kesejahteraan manusia. Ia telah berperan dalam reformasi sektor telekomunikasi di Indonesia. Ia juga telah membuktikan bahwa putra-putri Indonesia tidak kalah dari bangsa manapun di dunia ini dalam pengelolaan bisnis berteknologi tinggi. Parapak telah membuktikan bagaimana mengelola usaha bisnis berteknologi canggih secara profesional, bersih, dan menghasilkan kinerja yang baik.<br /><br /><br /><strong>Peran di Masyarakat</strong><br />Kalau mau disebutkan satu per satu kegiatan dan peran Jonathan Parapak dalam bidang keagamaan maupun sosial, mungkin harus dibuat satu buku tersendiri. Ia ikut aktif mendirikan lembaga pendidikan, pemberdayaan, dan pelayanan masyarakat, organisasi kemasyarakatan atau lembaga yang berkaitan dengan kegiatan pelayanan Gereja.<br /><br />Parapak merupakan pendiri dan Ketua Dewan Pembina Yayasan Pelayanan Mahasiswa, Perkantas. Ia menjadi pemrakarsa, salah satu pendiri, bahkan menjadi Ketua Yayasan Penelitian dan Pengembangan Telekomunikasi dan Informatika. Ia pun pemrakarsa, salah satu pendiri bahkan menjadi Ketua Yayasan Pendidikan Teknik Indonesia yang juga menyelenggarakan beasiswa untuk telekomunikasi dan informatika. Demikian juga pemrakarsa, pendiri dan Ketua Yayasan Penelitian dan Pengembangan Telematika dan Informatika. Ia salah satu pendiri dan Ketua Yayasan Bina Insan Pembangunan untuk beasiswa.<br /><br />Di bidang kegiatan dan pelayanan Gerejani, ia juga memrakarsai beberapa yayasan, antara lain ia adalah sa1ah satu pendiri dan Ketua Yayasan Damai Sejahtera untuk Pelayanan dan Kesaksian, Ketua Dewan Pembina Yayasan Pembaca Alkitab. Ia Ketua Dewan Penasihat PIKI (Persatuan Inteligensia Kristen Indonesia), Ketua Dewan Penyantun STT Jakarta, Ketua Dewan Penyantun STT Rantepao.<br /><br />Sedangkan di berbagai lembaga kedaerahan ia selalu diminta untuk berperan maksimal, dan peran itu dia terima meskipun kesibukannya sela1u penuh. Ia selalu berusaha memegang prinsip dan pedoman hidupnya: <strong>mengabdi adalah memberikan yang terbaik</strong>. Masih banyak lembaga yang meminta partisipasi dan perannya.<br /><br />Satu hal yang perlu digarisbawahi tentang Parapak, yakni kemampuannya mengatur waktu sehingga pelayanan, pertisipasi dan bahkan kepemimpinannya dalam berbagai organaisasi atau lembaga selalu maksimal. Itu sebabnya ia merasa heran kalau ada orang yang menolak pelayanan atau tugas dengan alasan sibuk. <strong>Ia memang telah membuktikan dirinya sebagai sosok yang mampu melakukan penatalayanan waktu yang diberikan Tuhan kepadanya secara bertanggung jawab.<br /></strong><br />Nathan tidak hanya berhasil menuntut ilmu di Negeri Kanguru, tapi ternyata juga akhirnya ia mempersunting gadis dari Australia. Menurut penuturannya, ia berkenalan dengan Anne Atkinson melalui persekutuan Kristen di Universitas Tasmania. Mereka bersama melayani sebagai pengurus di kampus dan dalam pelayanan lainnya.<br /><br />Bibit perkenalan di Australia itu berkembang menjadi cinta. Yaitu setelah beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 1970, Anne bertugas sebagai sukarelawati ke Indonesia, dan menjadi dosen sastra Inggris di Universitas Padjadjaran Bandung. Akhirnya mereka menikah 4 Desember 1971, setelah Anne merasa dapat tinggal di Indonesia. Perkawinan itu dikaruniai tiga anak, semuanya perempuan, yaitu Esther, Lise, dan Kathryn. Semua anak sudah menikah.<br /><br />Parapak bangga dengan isterinya yang dapat menyesuaikan diri dengan begitu hebat. Termasuk menjadi Ketua Dharma Wanita waktu ia menjadi Dirut Indosat dan Sekjen Depparpostel karena menterinya tak punya isteri.<br /><br />Latar belakangnya sebagai orang desa yang akhirnya mengarungi dunia intemasional, tidak membuatnya lupa akan keakrabannya dengan alam, sesama maupun Tuhannya. Bahkan, semua pengalaman dan pemahaman itu membuatnya menjadi manusia yang berimbang. Ia mampu membangun sikap yang seimbang terhadap alam dan teknologi, terhadap sesama manusia dan terhadap Tuhan Allahnya.<br /></p><div align="center"><br /><br /><br /><strong>Small opportunities are often the beginning of great enterprises.</strong></div><div align="center"><em><span style="font-family: times new roman;">Demosthenes </span></em></div><div align="center"><em><span style="font-family: Times New Roman;"></span></em></div><div align="center"><em><span style="font-family: Times New Roman;"></span></em></div><div align="center"><em><span style="font-family: Times New Roman;"></span></em></div><a name="OLE_LINK6"></a><a name="OLE_LINK3"></a><a name="OLE_LINK2"></a><a name="OLE_LINK1"></a><div align="left"><br /><!-- AddThis Bookmark Button BEGIN --></div><div align="left"><em>~ Jawaban.com ~</em></div><em></em>KESAKSIAN KRISTENhttp://www.blogger.com/profile/09850118404553798099noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9000254955660948651.post-54684998925578880132008-11-09T18:57:00.000-08:002008-12-08T18:09:22.822-08:00Ir.CIPUTRA<div align="left"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-KM3B71i9HiMHBdZtVeSkF-OvOJGiieYxfJWT2iZJal99AisNUiaB2j_TDoQ0oxNbEPbSnzbTafYlvM8ek7RBoknlQKEIQt6Mixj7kNNUYLXcv0prYICrsQl3ZueAGQNrViTALMbWL4If/s1600-h/fotociputra.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5092866836686486050" style="margin: 0px 10px 10px 0px; float: left;" alt="" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-KM3B71i9HiMHBdZtVeSkF-OvOJGiieYxfJWT2iZJal99AisNUiaB2j_TDoQ0oxNbEPbSnzbTafYlvM8ek7RBoknlQKEIQt6Mixj7kNNUYLXcv0prYICrsQl3ZueAGQNrViTALMbWL4If/s320/fotociputra.jpg" border="0" /></a><br /></div><div align="left">Ketika mula didirikan, PT Pembangunan Jaya cuma dikelola oleh lima orang. Kantornya menumpang di sebuah kamar kerja Pemda DKI Jakarta Raya. Kini, 20-an tahun kemudian, Pembangunan Jaya Group memiliki sedikitnya 20 anak perusahaan dengan 14.000 karyawan. Namun, Ir. Ciputra, sang pendiri, belum merasa sukses. ''Kalau sudah merasa berhasil, biasanya kreativitas akan mandek,'' kata Dirut PT Pembangunan Jaya itu. </div><div align="left"><br /><br />Ciputra memang hampir tidak pernah mandek. Untuk melengkapi 11 unit fasilitas hiburan Taman Impian Jaya Ancol (TIJA), Jakarta -- proyek usaha Jaya Group yang cukup menguntungkan -- telah dibangun ''Taman Impian Dunia''. Di dalamnya termasuk ''Dunia Fantasi'', ''Dunia Dongeng'', ''Dunia Sejarah'', ''Dunia Petualangan'', dan ''Dunia Harapan''. Sekitar 137 ha areal TIJA yang tersedia, karenanya, dinilai tidak memadai lagi. Sehingga, melalui pengurukan laut (reklamasi) diharapkan dapat memperpanjang garis pantai Ancol dari 3,5 km menjadi 10,5 km.<br /><br />Masa kanak Ciputra sendiri cukup sengsara. Lahir dengan nama Tjie Tjin Hoan di Parigi, Sulawesi Tengah, ia anak bungsu dari tiga bersaudara. Dari usia enam sampai delapan tahun, Ci diasuh oleh tante-tantenya yang ''bengis''. Ia selalu kebagian pekerjaan yang berat atau menjijikkan, misalnya membersihkan tempat ludah. Tetapi, tiba menikmati es gundul (hancuran es diberi sirop), tante-tantenyalah yang lebih dahulu mengecap rasa manisnya. Belakangan, ia menilainya sebagai hikmah tersembunyi. ''Justru karena asuhan yang keras itu, jiwa dan pribadi saya seperti digembleng,'' kata Ciputra.<br /><br />Pada usia 12 tahun, Ciputra menjadi yatim. Oleh tentara pendudukan Jepang, ayahnya, Tjie Siem Poe, dituduh anti-Jepang, ditangkap, dan meninggal dalam penjara. ''Lambaian tangan Ayah masih terbayang di pelupuk mata, dan jerit Ibu tetap terngiang di telinga,'' tuturnya sendu. Sejak itu, ibunyalah yang mengasuhnya penuh kasih. Sejak itu pula Ci harus bangun pagi- pagi untuk mengurus sapi piaraan, sebelum berangkat ke sekolah -- dengan berjalan kaki sejauh 7 km. Mereka hidup dari penjualan kue ibunya.<br /><br />Atas jerih payah ibunya, Ciputra berhasil masuk ke ITB dan memilih Jurusan Arsitektur. Pada tingkat IV, ia, bersama dua temannya, mendirikan usaha konsultan arsitektur bangunan -- berkantor di sebuah garasi. Saat itu, ia sudah menikahi Dian Sumeler, yang dikenalnya ketika masih sekolah SMA di Manado. Setelah Ciputra meraih gelar insinyur, 1960, mereka pindah ke Jakarta, tepatnya di Kebayoran Baru. ''Kami belum punya rumah. Kami berpindah-pindah dari losmen ke losmen,'' tutur Nyonya Dian, ibu empat anak. Tetapi dari sinilah awal sukses Ciputra.<br /><br />Pada tahun 1997 terjadilah krisis ekonomi. Krisis tersebut menimpa tiga group yang dipimpin Ciputra: Jaya Group, Metropolitan Group, dan Ciputra Group. Namun dengan prinsip hidup yang kuat Ciputra mampu melewati masa itu dengan baik. <strong><em>Ciputra selalu berprinsip bahwa jika kita bekerja keras dan berbuat dengan benar, Tuhan pasti buka jalan</em></strong>. Dan banyak mukjizat terjadi, seperti adanya kebijakan moneter dari pemerintah, diskon bunga dari beberapa bank sehingga ia mendapat kesempatan untuk merestrukturisasi utang-utangnya. Akhirnya ketiga group tersebut dapat bangkit kembali dan kini Group Ciputra telah mampu melakukan ekspansi usaha di dalam dan ke luar negeri. </div><div align="left"><br />Ciputra telah sukses melampaui semua orde; orde lama, orde baru, maupun orde reformasi. Dia sukses membawa perusahaan daerah maju, membawa perusahaan sesama koleganya maju, dan akhirnya juga membawa perusahaan keluarganya sendiri maju. Dia sukses menjadi contoh kehidupan sebagai seorang manusia. Memang, dia tidak menjadi konglomerat nomor satu atau nomor dua di Indonesia, tapi dia adalah yang TERBAIK di bidangnya: realestate.<br /><br />Pada usianya yang ke-75, ketika akhirnya dia harus memikirkan pengabdian masyarakat apa yang akan ia kembangkan, dia memilih bidang pendidikan. Kemudian didirikanlah sekolah dan universitas Ciputra. Bukan sekolah biasa. Sekolah ini menitikberatkan pada enterpreneurship. Dengan sekolah kewirausahaan ini Ciputra ingin menyiapkan bangsa Indonesia menjadi bangsa pengusaha. </div><div align="center"><br /><br /><br /><strong>The pessimist sees difficulty in every opportunity. </strong></div><div align="center"><strong>The optimist sees the opportunity in every difficulty</strong>.</div><div align="center"><span style="font-family: times new roman;"><em>Winston Churchill</em></span> </div><div align="center"> </div><div align="center"> </div><div align="center"> </div><div align="left"><em>~ Jawaban.com ~</em></div>KESAKSIAN KRISTENhttp://www.blogger.com/profile/09850118404553798099noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-9000254955660948651.post-12452023162728150082008-11-09T18:54:00.000-08:002008-12-08T18:09:22.986-08:00EDWARD CHEN - Roadmap to Success<a name="4650448690327852101"></a> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjPz9mhZbmi_8toX3OtRZ8tCPa7MXSSJZ4tbATW_tBObWk_earYkx3IodTQwfa-vymOPFsnKccXWcVVMa0Hl40e4qMU4Jmtkkf-dJ5W5lLCxi6fKsH0O3d5lSAf1YqYHF5pwJI_655383t2/s1600-h/chen.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5108447043481796754" style="margin: 0px 10px 10px 0px; float: left;" alt="" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjPz9mhZbmi_8toX3OtRZ8tCPa7MXSSJZ4tbATW_tBObWk_earYkx3IodTQwfa-vymOPFsnKccXWcVVMa0Hl40e4qMU4Jmtkkf-dJ5W5lLCxi6fKsH0O3d5lSAf1YqYHF5pwJI_655383t2/s320/chen.jpg" border="0" /></a> Kisah Edward Chen: Seorang penyanyi rohani yang cukup memfokuskan dirinya didalam genre musik rohani mandarin, yang merupakan salah satu genre musik rohani yang kurang begitu diperhitungkan.Walaupun demikian, sebagai pendatang baru, album pertama yang di-release oleh Edward Chen dengan bahasa mandarin berhasil menembus angka penjualan sebesar 80.000 kopi. Sepanjang sejarah musik rohani di Indonesia, Edward Chen berhasil mencatat rekor penjualan album perdana terbanyak sebagai pendatang baru. Album perdana Edward Chen tidak hanya mendapatkan kesuksesan dalam segi penjualan saja, tetapi atas kasih karunia Tuhan, banyak orang-orang yang merasa dikuatkan, diberkati, dan bahkan yang belum mengenal Yesus dapat terjamah dan menerima Yesus Kristus sebagai Juru Selamat melalui album perdananya.<br />Sampai saat ini, semua album Mandarin dan Indonesia yang telah di-release oleh Edward Chen boleh dikatakan sangat sukses, karena mendapatkan respon yang baik dari setiap pendengar. Album-album tersebut juga telah diputar di berbagai radio sekuler dan gospel di Indonesia, serta diputarkan didalam event-event di Mall dan Cafe kota-kota untuk meramaikan suasana. Bahkan Video Clip yang diambil dari Praise and Worship Mandarin (PW Mandarin) Edward Chen 1 dan album All About Love menjadi koleksi MTV Asia dan TV Local baik secara daerah maupun nasional. Kiprahnya didunia musk rohani sudah tak dapat diragukan lagi, karena telah mengeluarkan beberapa album solo yang semuanya menjadi best-seller.<br /><br />Edward Chen sering terlibat dalam pembuatan album-album rohani lainnya dan juga memiliki peran besar dalam konser-konser seperti Tour Konser 8 Kota, Jeffry S. Tjandra; Konser IPWS di Malang bersama YouthLive Hillsong, Riverview Church (Australia), Adon "Base Jam", Eka Deli, Franky Sihombing, Bobby "OW"; Konser HELO Indonesia di Istora Senayan bersama Once "Dewa", Judika "Idol", Lita Zein, SPARX, Jacklien Cellose. Edward Chen pernah mengisi acara Live TV Borobudur Semarang bersama Grace Simon, Utha Likumahua, dan Eka Deli. Selain terlibat dalam pelayanan ke berbagai kota diIndonesia, Edward Chen yang kerap kali dipanggil EC juga sempat melayani di manca negara; diantaranya, EC beberapa kali hilir mudik mengisi dunia hiburan rohani di Malaysia dan Singapura, EC juga menyempatkan diri untuk melayani di Beijing, kota dimana ia pernah menuntut ilmu dan belajar bahasa favoritnya.<br /><br />Selain di dunia rohani, EC juga tak mau ketinggalan untuk ikut meramaikan dunia hiburan tanah air dengan album sekuler pertamanya yang berjudul All About Love. Kesuksesannya pun semakin berkembang dan menjadikannya salah satu bintang tamu di acara televisi ANTV Oriental Night edisi Valentine 2004 lalu bersama Katon Bagaskara, Dea Mirella, Tere, Alena dan Ronny Sianturi. Pada tanggal 19-23 Februari 2005 EC dipercaya untuk mengisi acara bersama artis Taiwan dan artis nasional di Vietnam. Dengan acara tersebut maka secara tidak langsung EC telah mensejajarkan namanya dengan artis top Taiwan seperti TORO, F4, 5566, Leon Lai (Hongkong) dan Andy Lau yang juga pernah mengisi acara tersebut. Tidak hanya di Asia tapi juga antar benua, di Negara Paman Sam, Amerika Serikat untuk rangkaian tour konser pada perayaan thanks giving di California, New York, Houston, Austin, Oklahoma, San Fransisco. EC juga pernah ke Australia bersama Pdt. Gilbert Lumoindong untuk mengikuti KKR di Sydney & Perth. Sampai saat ini EC masih berkiprah didunia musik dengan menawarkan album-album terbarunya dan video-video clip untuk memantapkan namanya didunia musik Indonesia dan manca negara.<br /><br /><br /><br /><em>~ Jawaban.com ~</em>KESAKSIAN KRISTENhttp://www.blogger.com/profile/09850118404553798099noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9000254955660948651.post-55561498407446216872008-11-09T18:52:00.000-08:002008-12-08T18:09:23.434-08:00Sydney Mohede - Promosi Datang Dari TUHAN<a name="5317556999912630525"></a> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgu9jCQcyofrPVLgU4c_VnZLzQU31MULF757DgQgzjMpzPKUnJQqAIn8Yes2GBDPGKpzjuyzaJWMud_TzWLkO9IA4IMjzJ-tbSbW34omsA0hduubCZWelOukBwjFl3qSoQLdj3A_K5NW5Os/s1600-h/sid3.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5114392999557547026" style="margin: 0px 10px 10px 0px; float: left;" alt="" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgu9jCQcyofrPVLgU4c_VnZLzQU31MULF757DgQgzjMpzPKUnJQqAIn8Yes2GBDPGKpzjuyzaJWMud_TzWLkO9IA4IMjzJ-tbSbW34omsA0hduubCZWelOukBwjFl3qSoQLdj3A_K5NW5Os/s320/sid3.jpg" border="0" /></a> Sidney punya prinsip memberi yang terbaik dan Tuhan sendiri akan membuka jalan-jalan-Nya. Istilah yang kerap dipakaiya, promosi adalah datangnya dari Tuhan. Ia juga tidak pernah setuju tentang pendapat banyak orang yang mengatakan bekerja selayaknya sesuai honor atau gaji yang diterima saja.<br /><br /><em>"Saya pernah dengar begini, kalau saya dapat gaji lima juta, saya baru akan bekerja keras. Kenapa nggak berpikir, saya akan beri yang terbaik bagi pekerjaan saya, soal penghasilan pasti mengikuti. Saya percaya dengan firman Tuhan, bila kita setia dengan perkara kecil Tuhan akan mempercayakan perkara besar,"</em> tuturnya bijak.<br /><br />Bulan Mei, 1995 Sidney datang ke Indonesia dari Amerika. Ia ke Jakarta tanpa kenal satu orang pun dengan tujuan yang menurut manusia pada umumnya. "tidak jelas". Pokoknya melayani Tuhan, begitu tekadnya.<br /><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9uoYWfNr65I7rTrK59gU4k_InuK3To8sCXXUo6SIewKYjPkuQNfZZo_-2y9vSY7R0_xq_uj5IrfMzU0-6YtxrNoV1fd2fjf-mh47PLZ9hY0alujQkjS2mZ7cdYSrKitIfJ65vJdmeNljc/s1600-h/sid1.jpg"><em><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5114392501341340658" style="margin: 0px 10px 10px 0px; float: left;" alt="" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9uoYWfNr65I7rTrK59gU4k_InuK3To8sCXXUo6SIewKYjPkuQNfZZo_-2y9vSY7R0_xq_uj5IrfMzU0-6YtxrNoV1fd2fjf-mh47PLZ9hY0alujQkjS2mZ7cdYSrKitIfJ65vJdmeNljc/s320/sid1.jpg" border="0" /></em></a><em>"Saya tidak punya saudara di Jakarta, semua ada di Menado. Jadi, saya benar-benar merasa asing. Namun saya percaya Tuhan pasti buka jalan. Dua hari di Jakarta, teman saya orang Indonesia yang tinggal di Amerika menikah di JHCC. Saya datang dan menyanyi. Di sanalah saya kenal musisi Erwin Badudu, Franky Sihombing, Amos Cahyadi, dan Sari Simorangkir</em>" kisahnya takjub.<br /><br />Satu persatu jalan di buka Tuhan untuk Sidney. Melalui acara HUT RI ke 50 dengan "tema Jakarta Bersyukur" di Istora Senayan, masyarakat Kristen melihat dan mendengar suara emas ‘penyanyi rohani' baru bernama Sidney Mohede. Lalu disusul konser GMB pertama di Pecenongan, Jakarta yang dipenuhi dengan anak muda. Ia pun lalu ikut gabung dengan VOG. Semakin hari semakin bertambah-tambahlah teman dan pelayanan Sidney.<br /><br />Melayani Tuhan dengan sungguh membuat Sidney berusaha terus menerus memberi yang terbaik dan bersikap profesional, sebagai ungkapan hormat pada Tuhan. Ia datang dan menyanyi tanpa pilih-pilih tempat. <em>"Saya masih ingat pulang pelayanan menerima amplop berisi uang sejumlah Rp. 7.500, Rp.14.000 dan pernah juga amplop kosong bertuliskan, terimakasih atas pelayanannya.<br /></em><br /><em>Buat saya nggak masalah. Saya pun tidak bersungut-sungut karena hal seperti itu. Urusan saya, memberi yang terbaik. Tuhan pastilah yang memberkati dengan caranya. Percayalah satu persatu Tuhan sediakan bagi kita. Saya bersyukur banget untuk banyak hal yang Ia kerjakan bagi saya sendiri maupun komunitas saya," </em>jelasnya mantap. Kini tentu saja Sidney tak perlu berdesak desakan dalam bis kota, Tuhan telah memberinya dua mobil yang mengantarnya pelayanan.<br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQyBYER1woFgeyKtBs1jAc_YAzpt8Hr1JCDgFhY31vs_fNbyuV3xTzW7UFRPK8MRlSgvpJCv6OavLDzTpuhcXVCb8gq3oVQKJVSGN8vcab3WprRvSw_vJl46XkVz2SgBz8psmpt43o_aVP/s1600-h/sid2.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5114392711794738178" style="margin: 0px 0px 10px 10px; float: right;" alt="" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQyBYER1woFgeyKtBs1jAc_YAzpt8Hr1JCDgFhY31vs_fNbyuV3xTzW7UFRPK8MRlSgvpJCv6OavLDzTpuhcXVCb8gq3oVQKJVSGN8vcab3WprRvSw_vJl46XkVz2SgBz8psmpt43o_aVP/s320/sid2.jpg" border="0" /></a><br />Sidney memang patut bersyukur, lagu-lagu yang ditulis dalam bahasa Inggris banyak dinyanyikan di gereja gereja di luar negeri. Bukan saja gereja Indonesia di luar negeri tapi juga gereja ‘bule' asli. Album GMB edisi bahasa Inggris segera dipasarkan lewat Koorong Book Store di Australia. Lalu kalau tak ada aral melintang di penghujung tahun ini, ia akan melempar album solo ke dua bertajuk Better Days kerjasama dengan Harvest Music. Konon, nilai kontraknya lumayan bagus.<br /><br /><em>"Secara nominal, berkatnya luar biasa,"</em>aku Sidney. Satu lagi berita gembira yang tentu ditunggu banyak orang yaitu konser tunggal Sidney, rencananya akan digelar September tahun ini<em>."Kita melakukan pekerjaan kita sebaik mungkin, Pasti Tuhan akan selalu buka jalan untuk kita. Pokoknya saya percaya, promosi dari Tuhan,"</em> ujar Sidney yang sewaktu kelas 3 SD meraih juara ke 3 lomba nyanyi se-DKI.<br /><br />Hari-hari di depan Sidney nampaknya makin indah, makin baik seperti judul album terbarunya, Better Days...<br /><br /><br /><br /><em>~ Jawaban.com ~</em>KESAKSIAN KRISTENhttp://www.blogger.com/profile/09850118404553798099noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9000254955660948651.post-47284096519901340562008-11-09T18:49:00.000-08:002008-12-08T18:09:23.601-08:00Frans "Sisir" Rumbino - Menjelajah Dunia dengan Sisir<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEie2smLX9MNf6pIBQt9lnivk5aaN0A79IJWReZUq6hS7LE4EEcckjIy52J76CR6vFIScZiJGQgDTCLxcZcw9_ffGeEsghK2jXXssTOFf3Op7Gk-olxY2a4P5foQJKWoOjL8mWdHyPLGsU7Y/s1600-h/inspiration.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5132194383403483346" style="margin: 0px 10px 10px 0px; float: left; width: 138px; height: 188px;" alt="" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEie2smLX9MNf6pIBQt9lnivk5aaN0A79IJWReZUq6hS7LE4EEcckjIy52J76CR6vFIScZiJGQgDTCLxcZcw9_ffGeEsghK2jXXssTOFf3Op7Gk-olxY2a4P5foQJKWoOjL8mWdHyPLGsU7Y/s320/inspiration.jpg" width="161" border="0" height="223" /></a> Kepalanya plonthos (gundul), tapi ke mana-mana ia selalu membawa sisir yang terselip di saku celananya. Untuk apa gerangan? Sisir yang biasa kita pakai untuk mempercantik diri dibalut dengan tas ¨kresek¨ oleh Frans disulap menjadi alat musik menarik!<br />Bakatnya terbilang langka. Bermusik dengan sisir dan kantong plastik “kresek”. Benda murah dan sederhana yang jamak kita pakai sehari-hari. Namun di tangan Mesakh Frans Rumbino, kedua benda itu mampu menghasilkan alunan musik menarik. Mirip suara saksofon yang mendayu-dayu dan trombone yang riang. Ia lantas dikenal dengan Frans Sisir. Kemahirannya bermusik dengan sisir telah mengantarnya keliling dunia dan bermain di depan kepala-kepala negara.<br /><br /><strong>BERAWAL DARI ISENG</strong><br /><br />Kemampuan Frans bermusik dengan sisir dan plastik terbilang unik. Prosesnya pun tak kalah menarik. Kendati sejak kecil su-dah ditinggalkan orangtuanya, Frans kecil tak kehilangan keceriaan. <em>“Keluarga saya broken home. Saya tinggal bersama kakek Robert dan nenek Alexanderina. Sejak kecil saya biasa mencari ikan untuk membantu kebutuhan keluarga,” </em>tutur pria kelahiran Padaido, Biak Timur, 11 Februari 1972 ini. Sepulang mencari ikan, Frans suka meniup daun atau kulit kerang, mendendangkan lagu-lagu kampung, seperti Apuse, dll.<br /><br />Dari kebiasaan meniup daun dan kerang itu, secara tak sengaja Frans bereksplorasi dengan sisir dan kantong plastik. Ceritanya, sebagai Putra Biak, Frans ingin mendukung kesebelasan kesayangannya, PSB Biak, ketika ada pertandingan sepak bola dalam Pekan Olahraga Daerah (Porda) di Jayapura. Namun, karena kala itu hanya ada sisir dan kantong plastik, Frans memanfaatkan kedua benda tersebut untuk menyemangati kesebelasan kesayangannya. Tak disangka, dari situlah ia mulai menyukai dan mendalaminya hingga dapat memainkannya dengan piawai.<br /><br /><em>“Awalnya cuma coba-coba saja meniup sisir yang saya bungkus dengan kantong plastik kresek,” ujar Frans. Semula, suaranya lurus ¨tet..tet ...tet...¨</em> <em>saja. Dari situlah keluar ide untuk dipakai bermusik. Ia pun terus melatih kemampuannya meniup sisir. Mengasah talenta memang membutuhkan waktu yang lama.Awalnya tak mudah dan tidak berjalan mulus. Ia sering diolok-olok teman-temannya. Banyak tanta walaupun ada tantangan. Setiap kebaktian Jumat di SMP saya juga nyanyi dengan sisir dan plastik,”</em> ucap Frans.<br /><br /><strong>BERGULAT DENGAN KERASNYA KEHIDUPAN</strong><br /><br />Di balik talenta uniknya, kehidupan Frans tak kalah seru pula. Hidup menjelajah dari satu kota ke kota lain dengan keringat dan airmata. Pindah ke Jayapura, terpisah dari orangtua Frans harus berjuang agar dapat terus menyambung hidup. <em>“Saya hidup di pasar dan terminal. Jadi kenek, kondektur, juga membantu mengangkat belanjaan orang. Meski susah, Tuhan itu baik. Dia tidak pernah melupakan anak-anak-Nya,”</em> ujar sulung dari 6 bersaudara ini. Sekolahnya pun pindah-pindah, dari Jayapura, Blitar, Jakarta, dan kembali ke Jayapura hingga lulus SMP tahun 1988.<br /><br />Karena prestasinya di sekolah, Frans mendapatkan beasiswa bersekolah di SMAN 8 Malang. Di kota kecil ini ada bakat lain yang ia kembangkan. Bermain bola. Menempati posisi striker, Frans sering tampil membela kesebelasan klubnya. Hasilnya? Boleh juga. <em>“Waktu itu dapat 20-25 ribu (rupiah) tiap kali main. Sudah gedhe. Kost-kostan aja cuma 30-40 ribu,”</em> ujarnya. Akibatnya waktu untuk bermusik memang berkurang.<br /><br /><strong>SATU SEL DENGAN XANANA GUSMAO<br /></strong><br />Lulus SMA, Frans kembali hijrah ke Jakarta. Ia masuk di Fisipol UKI. Cita-citanya jadi diplomat. Namun karena terbentur biaya Frans mengadu nasib dengan menjadi penyanyi night club di kawasan Ancol hingga 3 tahun. Frans yang tergabung sebagai anggota Pemuda Pancasila ini juga sempat bekerja menjadi debt collector dan masuk dalam kehidupan yang keras. Cita-citanya pun kandas. Akibat pekerjaannya yang nyerempet bahaya, tahun 1999 Frans sempat mencicipi dinginnya dinding penjara Polda Metro Jaya. <em>“Saya kena 4 bulan. Waktu itu anak pertama saya, Anelo, baru berusia satu bulan,”</em> kenang ayah dari Anelo, Kezia, dan Lydia ini.<br /><br />Setelah dua bulan di penjara Polda, Frans dipindah ke LP Cipinang. Hidup di rutan membuatnya me-nyadari kasih Tuhan. <em>“Hidup saya hancur, tapi Tuhan beri kekuatan untuk bersaksi. Saya pikir hidup keras itu sia-sia,”</em> katanya. Ia lantas mengajak teman-teman sesama tahanan menyikapi hidup secara positif. <em>“Saya tetap merasakan kasih Tuhan di dalam LP. Saya ajak mereka olah raga, main musik, dan memuji Tuhan,”</em> imbuhnya.<br /><br />Dalam tahanan iman Frans semakin tumbuh dan berkembang. Di LP Cipinang Frans juga pelayanan bersama Xanana Gusmao, mantan presiden dan kini perdana menteri Timor Leste. <em>“Saya teman satu sel dengan Xanana. Kami sama-sama pelayanan di LP,”</em> lanjutnya. Lagu-lagu rohani dan alunan musik sisir dan plastik dari mulut Frans mampu menjadikan spirit bagi dirinya dan teman-teman sesama penghuni LP. Berbagai aktivitas, pelayanan, dan sikap positif yang ditunjukkan Frans selama di LP berganjar citra teladan.<em> “Saya keluar dengan status napi terbaik,”</em> ungkapnya.<br /><br /><strong>MENGABDI DALAM PELAYANAN</strong><br /><br />Lepas dari LP, Frans terpanggil terjun dalam pelayanan. Kemampuan musikalitas Frans dalam bernyanyi dan meniup sisir berbalut plastik menjadi komoditi yang tak ternilai. Lengkingan saksofon yang dihasilkan banyak mengundang decak kagum pengunjung setiap ia tampil. Bukan hanya di panggung gereja. Frans juga diundang bernyanyi dan bermusik di berbagai acara. Peresmian acara, ulang tahun instansi dan pribadi hingga Lebaran pula. Banyak petinggi negara yang mengagumi bakat uniknya. Mantan Presiden Soeharto, Megawati, juga Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Sultan Hassanal Bolkiah dibuatnya terpesona.<br /><br />Ada kisah unik ketika Frans melakukan live performance di keluarga Cendana. <em>“Saya pinjam sisir Pak Harto untuk membuktikan pakai sisir apa saja saya bisa,”</em> ujar Frans yang ketika itu memainkan lagu Sio Mama. Ternyata, kata Frans, sisir milik mantan penguasa RI selama 32 tahun itu mampu menghasilkan suara lebih merdu. Tahun 2003 ke atas hidup Frans lebih banyak untuk pelayanan. Ken-dati demikian, bukan berarti semua berjalan baik. Ada saja orang yang mengambil keuntungan dari bakatnya. Ia sempat merasakan pengkhianatan oleh teman-temannya sesama asal Papua. Mulanya diajak rekaman, tapi akhirnya rekamannya dibajak. Namun hal itu tidak mematahkan semangatnya dalam melayani Tuhan.<br /><br /><strong>NGAMEN DI PELATARAN LIBERTY<br /></strong><br />Tahun 2005 Frans mendapat kesempatan pelayanan di Amerika. Meski demikian, untuk mendapatkan visa ke Amrik tidak mudah. Ketika staf kedubes AS menanyakan tujuannya ke Amerika, ia jawab bermain musik. Mereka heran. <em>“Saya keluarkan sisir dan plastik lalu nyanyi Amazing Grace,”</em> ujarnya. Terpukau dengan nada indah kreasi Frans, mereka pun memberinya visa untuk 5 tahun! Di negeri Paman Sam ini, Frans pelayanan keliling New Jersey, new York, Philadelphia, Boston, Atlanta, dll. Ada kejadian unik ketika Frans bersama rombongan tur ke pelataran patung Liberty. Kagum dengan gedung pencakar langit dan megahnya patung Liberty, Frans lantas mengeluarkan sisir dan kantong plastiknya dan bermain memuji Tuhan. Sementara ia asyik dengan “alat musik”nya recehan dan lembaran dolar menghampiri. <em>“Wah, saya dikira ngamen. Lumayan juga ada 80 dolaran,”</em> kenangnya. Dengan sisir pula Frans telah berkelana ke Italia, Perancis, dan Belanda.<br /><br /><strong>PESAN UNTUK KEMULIAAN TUHAN</strong><br /><br />Bagaimana Frans bisa menghasilkan suara dahsyat bak permainan saksofon Kenny G. hanya dari sisir dan kantong kresek? Apakah semua sisir dan kantong plastik bisa dipakai? <em>“Pada dasarnya semua sisir dan plastik bisa. Tapi lebih bagus kalau sisirnya agak lembut dan plastiknya tipis. Saya meniupnya pakai perasaan,” </em>ujarnya. Bunyi saksofon yang keluar dari sisir dan plastik kresek berasal dari paduan antara napas perut yang sudah terlatih dengan suara vibrasi plastik. Apa sih kesulitannya? <em>“Sama seperti peniup pada umumnya, kalau napasnya pendek ya tidak bisa. Butuh napas panjang,”</em> ungkapnya.<br /><br />Kendati bakatnya terbilang langka, Frans tidak berambisi memasukkan dalam catatan rekor tertentu.<em> “Tujuan saya bukan untuk mendapatkan penghargaan, tapi bagaimana nama Tuhan dimuliakan. Saya berharap dapat keliling dunia dengan sisir dan plastik bagi Tuhan Yesus. Saya berdoa supaya orang diberkati dan jadi kesaksian bahwa sisir dan plastik dapat memuliakan Tuhan,”</em> tandasnya. Dulu, lanjutnya, Tuhan pakai tukang kayu, nelayan, dsb. Saya bangga karena saya dulu nelayan. Saya percaya Anda lebih dari sisir. Keterbatasan tak harus membatasi kita dalam berkreativitas. Frans telah membuktikan. Merangkai melodi nan harmoni dari benda sederhana untuk membawakan nyanyian yang sarat pesan.<br /><br /><br /><em>~ bahana ~</em><br /><em></em><br /><em></em><br /><a name="OLE_LINK4"></a><a name="OLE_LINK3"></a><a name="OLE_LINK2"></a><a name="OLE_LINK1"> </a><br /><a name="OLE_LINK4"></a><a name="OLE_LINK3"></a><a name="OLE_LINK2"></a><a name="OLE_LINK1"> </a>KESAKSIAN KRISTENhttp://www.blogger.com/profile/09850118404553798099noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9000254955660948651.post-20350800797416943382008-11-09T18:38:00.001-08:002008-12-08T18:09:23.845-08:00Yuanita Christiani - TUHAN YESUS tidak tinggal diam<div align="justify"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbu77Dy_3GhIxVICHcJp2705AmKKqzebtaUV2tA5c69gCcDDr2f4EvMnGfkCgOVmLVRodXNV4JHv3ehbwKkRbV7LZZTr-tkdd0eJAwYbo-qANR-HHtUektz7HFtKx4weUaUU6Yzfhqk9aP/s1600-h/Yuanita.bmp"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5186810394818432034" style="margin: 0px 10px 10px 0px; float: left;" alt="" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbu77Dy_3GhIxVICHcJp2705AmKKqzebtaUV2tA5c69gCcDDr2f4EvMnGfkCgOVmLVRodXNV4JHv3ehbwKkRbV7LZZTr-tkdd0eJAwYbo-qANR-HHtUektz7HFtKx4weUaUU6Yzfhqk9aP/s320/Yuanita.bmp" border="0" /></a>Kejadian pahit pernah menghampiri Yuanita Christiani (22). Beberapa hari sebelum syuting, kontrak yang sudah disepakati tiba-tiba diputus sepihak. Tapi, Nita tak menyerah.<br /><br />Nita, panggilan akrab anak kedua dari tiga bersaudara ini duduk di sofa krem berukuran besar. Siang itu, ia terlihat begitu segar. Kulit putihnya tampak kontras dengan sack dress ungu yang membalut tubuh semampainya. Rambut pendek berponi yang menutupi seluruh dahinya, membuat si pemilik wajah oriental itu terkesan aktif dan dinamis.<br /><br /><strong>SELEB CURHAT DAN ESPRESSO<br /></strong><br />Satu public figure. Satu orang awam. Dari barisan bangku penonton, tepat di baris pertama duduk pelatih. Menatap tajam kedua anak binaannya yang tengah pentas di panggung. Juri tak kalah seriusnya memperhatikan gerakan demi gerakan. Program apakah yang dimaksud? Seleb Dance. Bersama Panji, rekannya yang kocak, keduanya memandu acara Seleb Curhat-membahas keseharian peserta Seleb Dance di ANTV. Sesekali ia tertawa lepas, mengulas gaya lucu nan unik para public figure di sela-sela latihan maupun saat tampil. Tak jarang rasa mellownya pun tertangkap kamera tatkala keduanya membahas peristiwa yang mengharu biru di antara penari, seleb dan pelatih. Gaya kenesnya dalam membawakan Seleb Curhat terlihat pas dengan sosok model iklan shampo ini.<br /><br />Lain Seleb Curhat lain pula gayanya sebagai pemandu acara infotainment, Espresso. Memandu acara tersebut, pembawa acara Quiz Liga Italy ini tampil ceriwis dalam memaparkan tiap berita rekan artis sesamanya, tapi tetap tampil cantik. Banyak bekerja dengan stasiun tivi tersebut, Nita menganggapnya sebagai keluarga. <em>“Karena sudah dekat, mereka sudah aku anggap sebagai keluarga. Yang nggak mungkin aku lupa saat crew mem-buat pesta kejutan di hari ulang tahunku,”</em> ulas perempuan yang sempat merasa nggak pede jadi bintang iklan. Sebagai pemandu acara tari ia dituntut bisa menari, bukan hanya sekadar tahu. <em>“Aku kan orangnya kaku. Gak bisa nari. Biar lebih luwes membawakan acara ini, aku diberi waktu untuk kursus. Mulai dari salsa, dangdut, chaca, dan R&B, sekarang aku su-dah lumayan menguasai. Sekarang jadi kepingin mahir lagi,”</em> ucapnya sambil tersenyum. Niat alih profesi ya?!<br /><br />Kedua acara tersebut cukup ampuh mengorbitkan namanya di bidang presenter. Mengapa? Pasalnya ini adalah tahun kelima ia wara-wiri di dunia hiburan. Sebelumnya D’Trex dan Berbagi Suami sempat memasang wajahnya. Menelisik jauh ke belakang, berbagai iklan mulai dari shampo, sabun sampai mie instant telah ia bin-tangi. <em>“Aku percaya Tuhan punya waktu untuk masing-masing anak-Nya. Dan sekarang bagianku.”<br /></em><br />Tak takabur dengan berkat Tuhan saat ini, ia juga menyadari persaingan itu tak terhindarkan. Bukan saja ketika namanya melangit. Dari pengalamannya, kapan pun ia dapat tersingkir. <em>“Tiap hari banyak muncul yang lebih cantik. Pernah satu kali ketika sudah deal untuk suatu acara, tiba-tiba aku tersingkir karena ada model baru,”</em> ujarnya tanpa bisa lupa kekesalannya saat itu. Hal inilah yang mempersiapkan dirinya untuk lebih berlapang dada. <em>“Kecewa? Pasti! Tapi setelah berpikir tenang, aku melihatnya itu bukan rezeki aku. Akhirnya aku tetap bisa bersyukur,”</em> jelas juara satu Yamaha Electone Festival Tingkat DKI Jakarta semasa sekolah.<br /><br /><strong>BERPENGHASILAN, LEGALITAS HIDUP BEBAS</strong><br /><br />Memulai karier sebagai bintang iklan ketika masih berseragam putih abu-abu secara otomatis ia punya penghasilan sendiri. Tapi justru karena punya uang sendirilah yang mengantarkannya pada satu kesedihan tertinggi. Dirinya terpuruk dan kosong. Mahasiswa London School ini menyebutnya sebagai masa transisi perpindahan usia. <em>“Satu masa di mana aku harus berperang melawan egoku. Apa-lagi sifat dasarku keras. Apa yang mau aku lakukan pasti aku lakukan. Aku pikir punya duit sendiri jadi lengkaplah kesombonganku.”</em><br /><br />Merasa mampu hidup mandiri dan bertindak semaunya, jadi pilihannya. Kemandirian yang tidak tepat membuat Nita jauh dari keluarga. Apa yang dilarang itulah yang dilakukan. Bahkan jauh dari Tuhan. <em>“Saat itu aku menjadi orang yang nggak mau dinasehatin. Tidak perlu ke gereja. Hubungan dengan Tuhan aku sepelekan. Parahnya nggak butuh Tuhan. Nggak ada yang lebih penting selain senang-senang!”</em> kenangnya. Selama masih hidup masalah akan selalu ada. Saat merasa masalah yang ia alami tak sanggup lagi dibendungnya, maka timbullah pemberontakan. <em>“Masalah demi masalah datang, diperparah aku tipe penyimpan. Apa-apa aku simpan sendiri. Dan itulah puncaknya,”</em> paparnya tanpa mau berbagi lebih rinci tentang persoalannya.<br /><br /><strong>DIMERDEKAKAN FIRMAN</strong><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiv1DwcV6I9HAA0vs-B7WpEfAIaXfXAXpTP3_kWx6_nnhToGEv13dRrVlFTSUTqr8utjMGal3Z4WZqkiCliCEO06ssMZMhlUiU4Xd16PBc3_-RULQrTl5XrKdUV9ob_f6PzF1GtqYNJH6BH/s1600-h/Yuanita1.bmp"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5186810025451244562" style="margin: 0px 0px 10px 10px; float: right;" alt="" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiv1DwcV6I9HAA0vs-B7WpEfAIaXfXAXpTP3_kWx6_nnhToGEv13dRrVlFTSUTqr8utjMGal3Z4WZqkiCliCEO06ssMZMhlUiU4Xd16PBc3_-RULQrTl5XrKdUV9ob_f6PzF1GtqYNJH6BH/s320/Yuanita1.bmp" border="0" /></a><br />Usai sibuk dengan kepentingan diri sendiri. Ia kelelahan juga. Kini tinggalah ia yang tak tahu harus apa. Dalam kegamangan seorang teman mengatakan, kalau kamu mau berserah pada Tuhan, berserah total jangan setengah-setengah. Dasar Nita, ia tak langsung bisa percaya. Ia memilih menyendiri untuk mencari tahu apa sesungguhnya yang ia butuhkan.<br /><br />Kesepian. Kosong. Hampir saja mengantarkannya bunuh diri. Belum sempat hal itu terjadi, ia meraih Alkitab. Buku tentang Allah, pribadi yang selama ini tak terlalu ia gubris. <em>“Aku sangat bingung dan kacau banget. Aku buka Alkitab dan langsung terlihat dari 1 Korintus 10, yang mengatakan pencobaan-pencobaan yang aku alami pencobaan biasa dan sebenarnya aku sanggup melewatinya,”</em> jelasnya tanpa lupa mengakui ia lupa ayat berapa. Nita tak memilih kitab apa yang akan dibacanya. 1 Korintus 10 : 13 terbuka dihadapannya. Selesai membaca ia sungguh dikuatkan. <em>“Itulah titik balik dalam hidupku. Tahu dan sadar sepenuhnya Tuhan tidak tinggal diam. Dia merangkul aku,”</em> ceritanya dengan mata berair. Air dikelopak matanya tak terbendungkan.<br /><br />Meski kerap ia menumpahkan egonya pada keluarga, pertalian darah tetap tak terpisahkan. Kasih yang kuat itu tetap ada. <em>“Padahal aku anak yang kurang ajar pada keluarga. Tapi mereka tetap sayang dan peduli.” </em>Kesadarannya tak hanya manis dalam ucapan. Ia membuktikannya. <em>“Perubahan dan kembalinya aku juga karena keluarga. Karenanya dengan kejadian itu aku jadi lebih kuat dan makin sayang keluarga,”</em> kisah perempuan yang selalu beribadah tiap minggu bersama keluarga di GBI IKM Honda.<br /><br />Kecuali di atas, yang sangat dirasakan talent iklan salah satu bank ini adalah selalu ingat ia Anak Tuhan. <em>“Nggak bisa lupa kalau aku anak Tuhan. Ini membuat aku selalu bersyukur dalam segala hal. Termasuk ketika aku sedang nggak ada pekerjaan aku tetap bisa bersyukur,”</em> cerita perempuan yang saban malam bersaat teduh ini. Kalau sekarang nggak pernah sepi job lagi kan?!<br /><br /><strong>HIDUP ADALAH PELAYANAN</strong><br /><br />Kendati hidupnya pernah kacau, Nita yang ramah ini sempat aktif pelayanan, sebagai pemain keyboard. <em>“Selama SMP aku main musik di gereja. Untuk sekarang ini belum bisa bagi waktu. Jadi vakum dulu.”</em> Vakum pelayanan di gereja bukan lantas berhenti berbakti pada Tuhan. Hidupnya sekarang ini juga merupakan sebuah pelayanan yang Tuhan percayakan. <em>“Hidup aku termasuk kegiatan sehari-hari yang aku jalani ini adalah bagian dari pelayanan.”<br /></em><br />Misalnya, ia mencontohkan, ketika diundang sebagai bintang tamu ia akan menyaksikan perjalanan dan kisah hidupnya. <em>“Dengan begitu aku bisa memberkati orang,”</em> imbuhnya singkat.Masih tentang berbakti, presenter cantik ini tak alpa untuk memberikan persepuluhan. Bukan untuk sombong-sombongan tapi ia ingin bersaksi bahwa tak selamanya artis lupa Tuhan. <em>“Aku selalu terapkan persepuluhan. Atau pun ucapan syukur lewat adikku yang setiap bulan rutin mengunjungi panti asuhan bersama komselnya,”</em> cerita Nita.<br /><br />Bila sedang menjalani profesinya maka inilah yang dilakukannya, berdoa. Menurutnya hal itu sederhana saja, tapi ia melakukannya dengan sepenuh hati. Bukan hanya berdoa seorang diri, dipastikan ia selalu mengajak crew satu produksi untuk berdoa sebelum syuting. Penikmat jus buatan sang mama tiap pagi ini mengaku hidup adalah pelayanan. Jadi tak selalu harus dari mimbar untuk mengartikan pelayanan. Selama kita hidup itu pula yang kelak akan kita persembahkan pada Tuhan. Demi hal ini Nita tak main-main. Pemikiran serupa juga pernah terucap dari sang bunda. <em>“Mama pernah bilang, mata mama cuma dua. Mama nggak tahu kamu ngapain aja. Tapi mata Tuhan ada di mana-mana. Ia tahu apa pun yang kamu lakukan,”</em> tiru Nita. <strong><em>“Jadi prinsipnya takut Tuhan saja!”</em></strong> kata Nita.</div><div align="justify"> </div><div align="justify"> </div><div align="justify"><em>~ bahana ~</em></div>KESAKSIAN KRISTENhttp://www.blogger.com/profile/09850118404553798099noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-9000254955660948651.post-71891921996076303352008-11-09T18:06:00.000-08:002008-11-09T18:10:01.435-08:00KESAKSIAN ROBBY SUGARA<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1Deth_8Yw5irVxL7GuudTGqsArDt6siafM2YvEWHOJXmZcO5LNI3goQjNuStF9SoX60qbMiuEgrtJAX8URRyu7eyDKeGgWhwvBZqp_Oh-8xGfYBMsOOHiQNGe5b8-ArAdOUVlCAwqSHyT/s1600-h/070604-Robby-Sugara.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 200px; height: 150px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1Deth_8Yw5irVxL7GuudTGqsArDt6siafM2YvEWHOJXmZcO5LNI3goQjNuStF9SoX60qbMiuEgrtJAX8URRyu7eyDKeGgWhwvBZqp_Oh-8xGfYBMsOOHiQNGe5b8-ArAdOUVlCAwqSHyT/s320/070604-Robby-Sugara.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5266845323321668594" border="0" /></a><br /><div class="primary"> <div class="item entry" id="post-39"><img src="file:///C:/Users/Ricardo/AppData/Local/Temp/moz-screenshot-11.jpg" alt="" /><div class="primary"> <div class="item entry" id="post-39"> <span style="text-decoration: underline;"><span style="font-weight: bold;"><br /></span></span> <div class="itemtext" style="padding-top: 15px;"> <p>Robby Sugara (58) sempat menelantarkan keluarganya selama 14 tahun. Ia kembali berkat doa yang tak putus dari anak-anaknya</p> <p>Robert Kaihena yang kemudian kita kenal dengan Robby Sugara berlimpah kasih sayang dari kedua orangtuanya, Matias Kaihena dan Inem. Kendati dibesarkan di negeri Belanda, Robby tidak mengenal kehidupan bebas. ”Mereka menjaga saya seperti anak perempuan. Saya ini kurang pergaulan, tahunya hanya rumah. Nggak pernah ke mana-mana,” kenang Robby yang hidup dalam keluarga harmonis itu.</p> <p>PRIA ALIM</p> <p>Saat kembali ke Jakarta, 1968, Robby adalah remaja alim yang hidupnya lu-rus. Setelah menyelesaikan pendidikan di STM Poncol, tahun 1970, ia bekerja sebagai pelayan restoran di sebuah hotel berbintang. Kariernya dimulai dari bawah, sebagai tukang nge-lap piring. Pelan-pelan, kariernya menan-jak hingga menjadi manajer restoran.Tak jauh dari hotel berbintang itu, Bertha Iriani Mariana tinggal bersama keluarganya. Gadis cantik peranakan Papua dan China itu memikat hati Robby. ”Kami kenal lewat teman. Lalu pacaran, sempat putus nyambung beberapa kali. Akhirnya tahun 1974, kami menikah,” kisahnya. Setahun menikah, lahir Ella Inggrid Maria, buah cinta mereka. Tahun itu pula, Robby mulai masuk dunia film. Berawal dari film Rahasia Perawan (1975), karier peranakan Belanda-Jawa dan Ambon di dunia hiburan melesat pesat.</p> <p>MASUK DUNIA FILM</p> <p>1975 hingga 1983 adalah masa kejayaan Robby. Para gadis menyanjungnya. Para ibu mengaguminya. Produser pun mencintainya. Hampir semua film yang dibintanginya laris manis. Sebutlah di antaranya dr. Karmila, Kabut Sutra Ungu, Anna Maria, Romantika Remaja, dan masih banyak lagi. Pria Brisk itu telah memikat insan di seluruh negeri. Ber-sama Roy Marten, Doris Callebout, Yati Oktavia, Yenny Rahman, ia menjadi The Big 5, ikon film nasional kala itu. Popularitas membuat hidup Robby menjadi lebih mudah. Semuanya berubah drastis. Yang dulunya hidup pas-pasan, uang di kantong hanya cukup untuk naik bis, jadi berlimpah harta. Yang sebelumnya kuper jadi gaul abis. Ia bagaikan burung yang lepas dari sangkarnya. Bebas dan lepas. Mulailah, ia mencicipi pergaulan bebas yang tak pernah dirambahnya. Disko dan pesta jadi menu hariannya. Foya-foya jadi bagian kehidupan barunya.Namun, kemakmuran itu tak berumur lama. 1983, saat perfilman nasional mulai mundur, bintang Robby pun meredup. Order main film sepi. Bahkan tak ada sama sekali. Robby kehilangan pegangan. Tabungannya menipis. Sementara, di rumah ada isteri dan ketujuh anak mereka yang bergantung penuh pada Robby.</p> <p>BANGKRUT</p> <p>Menghadapi kondisi krisis ini, Robby dan Etha, justru tak berjalan beriring. Pertengkaran kerap terjadi. Kondisi mereka memburuk. Perusahaan yang didirikan Robby bersama sang rekan, morat-marit. Nyaris bangkrut. Untuk ”menyelamatkan” usaha mereka, sang rekan mengambil jalan pintas. Ia memin-ta Robby mendekati seorang pengusaha perempuan yang dekat dengan penguasa, kala itu. Harapannya, perempuan itu bisa menolong usaha mereka.MINGGATBerawal dari urusan bisnis, hubungan Robby dengan perempuan itu, sebut saja Tita, merembet ke hubungan pribadi. Robby kerap curhat masalah keluarganya pada Tita. Bagai mendapat umpan, Tita yang saat itu terpikat dengan ketampanan Robby, berusaha menjadi penolong. Akhirnya, mereka jatuh cinta. Etha tak berdaya. Ibarat perangko dengan amplopnya, mereka sudah lengket. Sulit dipisahkan.Menjalin hubungan dengan Tita, Robby bagaikan menemukan oase atas kerontang hidupnya. Meski sebenarnya, itu hanyalah oase semu. Kewajiban menghidupi isteri dan tujuh anak adalah beban berat bagi Robby. Bersama Tita, Robby melihat masa depan cerah. Tahun 1984, Robby mengambil keputusan fatal. Ia meninggalkan Etha bersama ketujuh anak mereka yang masih kecil. Si sulung Ella, berusia 11 tahun. Sementara Juan, si bungsu masih 9 bulan. ”Saya benar-benar pengecut. Saya tinggalkan keluarga, tanpa harta sepeser pun. Saya pergi menyelamatkan diri sendiri,” katanya sendu. Bersama Tita, ia menghilang dari Jakarta. Menuju ujung bumi Jawa Barat. Mereka membangun kehidupan baru di pinggir laut Selat Sunda. Benar dugaan Robby, hidupnya bersama Tita berkelimpahan. Dalam waktu singkat, bisnis yang mereka rintis berkembang cepat. ”Kami membangun tempat penginapan indah di pinggir pantai. Tempat itu sering digunakan untuk kegiatan rohani seperti retreat dan doa semalam suntuk. Itu seakan membuktikan bahwa saya di jalan yang ”benar”,” kisah pria kelahiran Malang, 20 Juli 1950 itu. Robby bagai hidup di dunia mimpi. Kekayaan begitu mudah meng-hampirinya. Bersama Tita, tiga bulan sekali Robby melancong ke Eropa. Robby melupakan keluarga.</p> <p>KELUARGA MENDERITA</p> <p>Sementara Robby hidup bagai raja, keluarganya hidup di ujung jurang. Sepeninggal Robby, Etha merasa seakan langit runtuh menimpanya. Betapa tidak, tak hanya ditinggalkan suami, Etha juga dikucilkan keluarga besarnya. ”Papa saya marah besar, lalu memberi pilihan berat, Bawa ketujuh anakmu biar Robby yang urus dan kamu kembali ke keluarga. Kalau tidak, keluarga besar ga mau tahu urusan kamu dan anak,”’ kisah perem-puan kelahiran 27 Mei 1953 itu.Pilihan yang amat berat. Namun, Etha memilih mempertahankan anak-anaknya. ”Bagi saya, anak-anak bukanlah hanya hasil hubungan suami isteri. Mereka adalah titipan Tuhan. Saya harus menjaga betul kepercayaan Tuhan ini,” tutur Etha tegas. Jadilah, episode pedih, kehidupan Etha ber-sama anak-anaknya dimulai.Etha tak mau lama-lama berkubang dalam kesedihan. Baginya, nasib tak perlu diratapi. Masalah harus segera diha-dapi. Di depannya ada tujuh anak yang harus dihidupi. Ia segera bergerak. “Awalnya saya tidak tahu harus memulai dari mana. Karena saya adalah ibu rumah tangga lulusan SMA yang tak punya keahlian khu-sus. Tapi, saya punya punya prinsip: apa yang orang bisa pasti saya bisa,” ujar perempuan yang besar di Papua itu.Ia tanggalkan gengsi sebagai isteri mantan artis terkenal. Ia datangi teman-teman untuk menawarkan jasanya. Entah itu mengurus paspor, SIM, perpanjangan STNK, dll. Tak hanya itu, ia juga masih sempat membuat dan berjualan kue. Menjual baju dengan cara kredit pun dilakoninya. Prinsipnya, ia harus bergerak demi anak-anak. Hasil yang ia dapatkan sehari harus bisa mencukupi kebutuhan selama tiga hari.</p> <p>ANAK-ANAK STRES</p> <p>Pagi-pagi, pukul 06.00 ia sudah keluar rumah. Baru pulang menjelang maghrib. Anak-anak di rumah diasuh oleh pembantu yang ikut mereka tanpa dibayar. Berkat kegigihannya, anak-anak tidak pernah kekurangan makan. Namun, mereka punya tunggakan uang sekolah dan tagihan listrik selama beberapa tahun.Tak hanya masalah ekonomi, Etha pun dihadapkan pada masalah psikologis anak-anaknya. Kepergian sang ayah, menorehkan luka mendalam pada hati mereka. Etha sering dipanggil ke sekolah lantaran anak-anak sering memperlihatkan perilaku ganjil. Suatu saat, Etha diminta datang ke sekolah Cilla, anak ketiganya saat istirahat pagi. Waktu itu, usia Cilla masih 9 tahun. Di saat teman-temannya berlarian dan tertawa riang, Etha mendapati Cilla tengah bengong. Pandangannya kosong. Sementara, Ella, si sulung sering kejang jika kangen dengan ayahnya. “Anak saya yang pertama hingga keempat yang saat itu berusia 7 tahun sudah terkena imbas dari kehancuran rumah tangga kami,” tutur Etha pedih.</p> <p>Melihat anak-anak menderita, etha pun mengambil keputusan. di hadapan mereka, etha berjanji, “tidak ada bapak kedua di rumah ini. kecuali Bapak robby yang kita tunggu pulang.” rupanya, kata-kata itu menguatkan anak-anak. Mereka masih punya harapan, suatu saat akan bertemu dengan sang papa.</p> <p><strong>Anak-anak Cinta Tuhan</strong><br />Sebagai manusia biasa, Etha sadar. Ia tak mungkin mampu mengatasi problem psikologis yang dihadapi anak-anaknya seorang diri. Apalagi Etha melihat kenyataan di sekelilingnya. Anak-anak dari keluarga broken home kehidupannya juga hancur kecanduan narkoba dan seks bebas. Ia tak mau anak-anaknya akan mengalami hal yang sama. Maka, ia membawa anak-anak dekat dengan Tuhan. Jadilah ketujuh anak Etha, akrab dengan kehidupan gereja sejak mereka kecil. “Saya tidak mau anak saya lepas dari tangan Tuhan. Ngeri rasanya,” katanya begidik. Keputusan itu memang tepat. Anak-anaknya bertumbuh dalam rohani. Suatu kali, si sulung meminjam satu kamar di rumah mereka. Awalnya, Etha tak tahu apa yang mereka lakukan di dalam sana. Hingga suatu hari, ia mencoba mengintip dari jendela. Ia melihat tiga anaknya sedang memasang lilin di lantai. Setelah itu mereka bergabung dengan empat saudaranya yang lain, duduk bersila di lantai. Diterangi oleh sinar lilin (karena nunggak bayar selama dua tahun, listrik dicabut), mereka bergandengan tangan dan melantunkan pujian dan penyembahan pada Tuhan. Ketujuh anak itu bersatu hati, berdoa pada Tuhan. Sebelum mereka meminta sesuatu pada Tuhan, mereka berdoa, “Tuhan kami mengampuni papa kami, karena dia tidak tahu apa yang dia lakukan. Tuhan kami juga mengampuni perempuan yang mengambil papa kami. Beri suami lain supaya papa kami bisa pulang.” Tubuh Etha bergetar. Ada rasa haru bercampur syukur dan bahagia. Ia bangga melihat anak-anaknya tumbuh dalam Tuhan.</p> <p>SEMPAT TERGODA</p> <p>Kendati sudah bekerja keras membanting tulang, kondisi ekonomi keluarga mereka tak kunjung membaik. Kebutuhan makin meningkat,sementara uang makin susah didapat. Etha mulai putar otak. Ia ingin mendapatkan uang dengan cara mudah. Mungkinkah? Ah, ia melihat dirinya di cermin. Di sana ada sosok perempuan muda yang punya daya tarik kuat. Kendati dari rahimnya sudah lahir tujuh anak, perempuan itu tetap cantik dan menarik. “Jika lu butuh uang, telpon gue. Gue akan carikan lu kerjaan,” terngiang kembali ucapan sang teman beberapa waktu lalu. Etha tahu persis pekerjaan yang dimaksud sang teman. Rasanya, tak sudi ia menjalaninya. Tapi, ia harus berhadapan dengan kenyataan. Ia butuh uang untuk menghidupi anakanaknya. Etha melangkah ke telepon umum. Tangannya memutar sejumlah nomor. “Aku butuh pekerjaan, tolong carikan aku bos ya,” katanya gemetar. Etha sadar, ia tengah menjerumuskan dirinya sendiri. Namun, tak ada pilihan lain. Malam itu, Etha gelisah. Batinnya berperang. Sebagian melarang ia melakukan itu. “Kau ini tak punya harga diri!”. Sebagian lain, mendukungnya. “Ayolah, ini kesempatan bagus. Anak-anakmu butuh uang.” Pagi datang. Saat hendak bangun, ia mendapati kasur penuh dengan darah. Etha mengalami pendarahan hebat. Suatu hal langka yang tak pernah dialami sebelumnya. “Kalau pun saya menstruasi biasa gak gitu-gitu amat,” kenangnya. Ia lalu menelpon temannya, menceritakan kejadian itu. “Ah, lu stres aja kali,” begitu komentar sang teman. Maka, janji hari itu pun batal. Sebulan kemudian Etha kembali meminta pekerjaan pada sang teman. Namun, kejadian itu terulang kembali. Lagi-lagi Etha mengalami pendarahan. Bagi Etha, kejadian itu adalah sebuah teguran keras dari Tuhan. “Sejak itu, saya tidak berani melakukan itu. Jangankan melakukan. Bicara saja, saya udah takut,” ungkapnya. Jadilah, Etha kembali mencari uang dengan cara yang diperkenankan Tuhan.</p> <p>DOA TAK KUNJUNG PUTUS</p> <p>Hari berlalu. Ketujuh anak Robby tumbuh menjadi gadis dan perjaka. Mereka mewarisi keelokan fisik dari orang tuanya. Kerinduan pada sang ayah, tak kunjung pudar. Mereka masih setia, setiap hari berdoa pada Tuhan, mengharap sang papa kembali. Setahun, dua tahun, doa mereka seakan tak terjawab. Pada tahun kelima, salah seorang anaknya berkata, “Aduh Ma, ampun deh udah lima tahun gak balik juga.” Mereka mulai bosan. Tak kunjung mendapat jawaban dari Tuhan. Pada tahun kesembilan, enam dari tujuh anaknya “menyerah”. Mereka memperbolehkan Etha menikah lagi. Namun, Cilla, anak ketiganya melarang. “Jangan Ma. Mama tidak boleh menikah lagi. Jika mama kawin, papa gak bisa balik lagi. Masih ada aku yang duduk di kaki Tuhan. Tuhan pasti jawab doaku. Mama sabar ya,” ujar Cilla menguatkan sang mama.</p> <p>PERTEMUAN MENGHARUKAN</p> <p>Pada tahun kesepuluh, 1994, Ella si sulung berhasil menemukan “tempat perlarian” sang ayah. Ia lalu mengajak keenam adiknya ke ujung barat Pulau Jawa untuk bertemu Robby. Robby berdiri mematung. Di depannya ada tujuh anaknya yang kini tumbuh menjadi remaja. Cantik dan ganteng. Si sulung Ella (21) dan si bontot, Juan (11). Perasaan bersalah segera mendera Robby. “Adakah mereka marah, dendam dan benci padaku?”batin Robby penasaran. Namun, ah, lihatlah mata mereka. Mereka menatap Robby, ayah yang telah menelantarkan mereka selama 10 tahun, penuh kasih. Tak satupun keluar makian dari mulut mereka. Hanya satu permintaan mereka, “Papi pulang.” Pertemuan singkat itu menorehkan kerinduan mendalam pada hati Robby. Ia ingin kembali. Kerinduan yang mendalam itu akhirnya menjadi doanya. Ia sering menghabiskan malam di pinggir laut. Pikirannya selalu melayang ke keluarganya.</p> <p>KEMBALI KE KELUARGA</p> <p>Gelagat ini tercium oleh pasangan selingkuhannya. Ia tak rela Robby kembali ke keluarga. Maka, ia pun berusaha meneror Robby. “Saya mendengar ancaman, dia akan membuat saya cacat supaya tidak dapat kembali ke dunia film. Kalau sampai saya tinggalin dia maka saya akan diadukan ke polisi, dsb. Namun, semua itu sebenarnya malah meringankan langkah saya untuk segera meninggalkan dia,” kisah Robby pada Bahana di suatu pagi di Yogyakarta. Kerinduan Robby sudah tak tertahankan. Tahun ke-14, Januari 1998, ia menelpon Etha, berjanji akan kembali ke keluarga. Pada hari yang dijanjikan, ketujuh anaknya berkumpul di ruang tamu. Sambil menunggu Robby, mereka terus melantunkan pujian dan penyembahan pada Tuhan. Tepat jam 2 pagi, terdengar ketukan di pintu. Robby akhirnya pulang. Sama seperti saat meninggalkan keluarganya, Robby pun kembali ke keluarga dalam kondisi nol. Hanya ada uang Rp 60 ribu di dompetnya, dua celana jeans dan beberapa t-shirt. Semua kemewahan yang direguknya ditinggalkan begitu saja. Robby Sugara, si Big Five itu jadi pengangguran.</p> <p>KELUARGA DIPULIHKAN</p> <p>Untuk bertahan hidup, Robby sempat menjadi supir dan membantu Roy Marten mengurus cafe. Pada April 1998, Tuhan memberinya kesempatan untuk kembali ke sinetron. Di dalam keterbatasan itulah, justru keluarga Robby dipulihkan. Cinta kasih antara Robby dan Etha yang terkubur selama 14 tahun, Tuhan pulihkan. Kini, mereka bahkan seperti pengantin baru lagi. Belajar dari ketaatan anakanaknya, Robby kini men jadi pelayan Tuhan. Tahun 2005, ia tinggalkan dunia sinetron dan melayani Tuhan sepenuh waktu. Robby-Etha, pelayanan keliling Indonesia, bahkan luar negeri untuk menyaksikan kasih Tuhan dalam kehidupan mereka. Itulah kedahsyatan kasih Tuhan. Ia bisa mengubah sebuah kehancuran menjadi kemuliaan.</p> <p><span style="font-size:78%;">source : http://www.bahana-magazine.com</span></p></div></div></div></div></div>KESAKSIAN KRISTENhttp://www.blogger.com/profile/09850118404553798099noreply@blogger.com11tag:blogger.com,1999:blog-9000254955660948651.post-4003449589530722812008-11-09T18:00:00.002-08:002008-11-09T18:02:16.353-08:00BIAYA KULIAH KIRIMAN TUHAN<div class="primary"> <div class="item entry" id="post-38"> <div class="itemtext" style="padding-top: 15px;"> <p><img src="http://www.bahana-magazine.com/files/kisah.inspirasional.apr.08.jpg" align="left" /> Tuhan ada bersama kita. Banyak cara Ia menunjukkan Kasih-Nya. Termasuk memakai orang-orang yang ada di sekitar. Mereka yang tak kenal secara pribadi atau orang yang belum lama kita kenal. Kupandangi lembaran formulir TSOA (The School of Acts). Inilah formulir yang kutunggu! Kuisi satu per satu pertanyaan ini sambil bertanya di hati, akankah aku diterima? Lalu, kalau pun diterima, dari mana biaya itu? Tuhan, kataku, jika itu kehendak-Mu, terjadilah! Aku percaya Tuhan selalu bekerja pada setiap anak-anak-Nya. Berdoa saja dan jangan berharap pada manusia. Itulah kata-kata yang kuucapkan di hati tatkala pikiranku mereka-reka siapa yang bisa menolongku. “Mas Jon, doa saja. Kirim saja formulir itu. Saya nggak janji ya…,” kata Pak Drajat, pendeta kami.</p> <p>MENGENAL DAN MENGALAMI ALLAH</p> <p>Sejak 2004, aku bekerja sebagai fulltimer di sebuah gereja di Bekasi. Dengan beberapa teman, kami bertanggung jawab atas kebersihan gedung gereja. Apa yang terjadi dalam hidupku benar-benar jauh dari apa yang kubayangkan. Setelah lulus SMA hanya satu keingi-nanku, bekerja. Maka ketika seorang teman menawarkan pekerjaan beres-beres gereja, aku mau saja.</p> <p>Letak rumah orangtua kami di desa Mororejo, Kaliwungu, Semarang berdekatan dengan gereja. Namun, dalam satu tahun bisa dihitung dengan jari aku ikut kebaktian. Natal, Paskah atau acara tertentu saja. Begitulah aku. Namun, Tuhan benar-benar menuntunku. Sejak bekerja di gereja inilah, aku bertemu Tuhan secara pribadi. Aku tidak saja ikut ibadah Minggu, tapi juga semua pertemuan pekerja. Firman yang selalu kudengar menghidupkan rohku. Dari sanalah timbul kehausan akan Tuhan. Aku menemukan tujuan hidup. Sebulan formulir kukirim , aku menerima jawaban TSOA. Aku diterima. Tak dapat kusembunyikan suka citaku itu karena di sana yang ku dengar tidak saja belajar Alkitab tapi juga banyak kesaksian hamba Tuhan dari dalam dan luar negeri.</p> <p>TRANSFER DARI TUHAN</p> <p>Seminggu berlalu belum ada tanda-tanda datangnya uang sebesar Rp2.750.000.- Uang yang kubutuhkan untuk pendidikan dan asrama. Jumlah itu jelas sangat besar bagiku. Berdoa! Itu yang bisa kulakukan. Bukankah kita tidak boleh berharap pada manusia? “Mas Jon, punya tabungan di bank?” tanya Pak Drajat waktu kami bertemu di gereja. Aku menggeleng, “Tidak punya, Pak.” “Tolong buka. Nanti saya minta nomor rekeningnya. Teman saya, Pak Ridwan, mau menabur,” tambah Pak Drajat. Pak Ridwan? Aku bertemu dengannya hanya beberapa kali saja ketika dia datang ke gereja kami. Segera saja aku buka tabungan di bank.</p> <p>“Sudah masuk, Mas? Pak Ridwan sudah transfer,” tanya Pak Drajat beberapa hari kemudian. Aku pun bergegas ke ATM, ngecek saldo. Angka telah bertambah! Aku hafal betul dengan jumlah sebelumnya. Ada uang masuk sebesar Rp2.750.000.- Jumlah yang kubutuhkan.Tuhan telah mengirimkan uang melalui orang yang jauh dariku. Orang yang tidak ada dalam bayanganku. Sungguh tak mengira. Aku langsung menelepon Pak Ridwan mengucapkan terima kasih padanya. Terima kasihku itu kususul juga dengan menulis surat untuknya. Ajaib cara Tuhan.</p> <p>TEMAN-TEMAN YANG PERHATIAN</p> <p>April 2007 – Oktober 2007 aku pun belajar di TSOA – Semarang. Kujalani dengan penuh rasa syukur. Aku sangat menikmati proses belajar, makin mengerti tentang Tuhan. Melalui firman yang kudengar, Tuhan memberi pengertian-pengertian baru. Betapa hidup itu amatlah berarti. Kesaksian dari hamba Tuhan sangat menguatkan. Proses Tuhan pada setiap orang memang unik. Dulu manalah terpikir belajar Alkitab. Baca saja malas.</p> <p>Beberapa bulan di sana, aku sakit. Malam itu tubuhku demam tinggi. Aku belum pernah sakit separah itu. “Jon, panas sekali. Celanamu seperti baru saja disetrika,”kata seorang teman yang menyentuh celanaku. Mereka kumpul di kamarku, Bang Yahya, Bang Hengky, Bang Santoso Tarigan. Meskipun sudah “gede” aku teringat orangtua. Saat sakit seperti itu terbayang juga berada di tengah-tengah keluarga.</p> <p>Kucoba pejamkan mata untuk bisa tidur. Tubuhku panas, tapi aku menggigil. Kepalaku pusing nggak karuan. Mereka juga menawarkan aku pergi ke dokter. Kaos yang kupakai berkali-kali harus ganti karena basah keringat. Bang Yahya mengompresku, mengganti baju. Mereka beli obat untuk menurunkan panasku. Bang Hengky mencuci bajuku. Kalau Bang Santoso dengan caranya, menghiburku dengan lelucon, “Wah, tatonya Jon tumbang,” katanya tertawa melihatku lemas. Dia tahu aku punya tato pohon.</p> <p>Aku terharu dengan apa yang mereka lakukan. Padahal umur mereka beberapa tahun lebih tua dariku. Malam hari, meskipun beda kamar, mereka menengokku. Melihat keadaanku. Mereka melakukannya dengan kasih. Bagaimanapun caranya, kasih itu memang selalu bisa dirasakan. Pak Ridwan, Bang Hengky, Bang Yahya, Bang Santoso Tarigan, terima kasih. Aku mengingat tindakan kasihmu setahun lalu. Terima kasih…. (Kisah Yohanes Sarjono kepada Niken Maria)</p> <p>source : www.bahana-magazine.com</p></div></div></div>KESAKSIAN KRISTENhttp://www.blogger.com/profile/09850118404553798099noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9000254955660948651.post-62861189390284003472008-11-09T18:00:00.001-08:002008-11-09T18:00:49.333-08:00PENDETA TUNA NETRA<div class="primary"> <div class="item entry" id="post-40"> <div class="itemtext" style="padding-top: 15px;"> <p><img alt="Karena Dia" src="http://www.bahana-magazine.com/files/karena.dia.mar08.jpg" align="left" />saat usianya 16 tahun, matanya tak lagi dapat melihat dengan baik dan akhirnya buta total. “Meskipun khawatir akan masa depan, tapi kami percaya pasti Tuhan menolong …,” ungkap Willing, kelahiran lampung, 3 Maret 1962 mengawali kisahnya.</p> <p>JEMBATAN PATAH</p> <p>Malam itu, diakhir 1978 ia diminta ibunya mengembalikan obeng milik tetangganya. Willing berlari. Saat mengin-jak jembatan di depan rumah tetang-ganya itu, jembatan patah dan kening kiri Willing membentur trotoar. Meski terasa sakit, Willing tak menghiraukan. Karena, tak ada luka dan darah yang keluar. Willing menganggap biasa saja, paling-paling sebentar lagi rasa sakitnya hilang, pikirnya saat itu. Maka ia pun diam saja tak menceriterakan kepada orangtua dan ketiga kakaknya. “Sampai akhirnya mereka melihat cara jalan saya tidak lurus lagi, kadang-kadang nabrak. Penglihatan saya mulai kabur saat itulah saya baru cerita kepada mereka,” tutur anak bungsu dari empat bersaudara pasangan Ali dan Lina.</p> <p>Keluarganya membawa Willing ke optik untuk periksa mata. Dalam pikiran mereka waktu itu Willing hanya perlu bantuan kacamata. Tapi ternyata problem mata Willing cukup berat, kacamata tak mampu menolong.</p> <p>BUTA TOTAL</p> <p>Tak ada cara lain Willing lantas menjalani operasi mata. Ia dan seluruh keluarga tentu berharap dengan operasi itu mata kembali seperti semula. Namun ternyata meleset. Bukannya lebih baik, kondisi mata Willing justru makin parah. Ia tidak bisa lagi melihat apa pun. Matanya buta total. Tak dapat dipungkiri ada kekecewaan yang luar biasa. Tapi mau bilang apa operasi itu sudah dilakukan. Meskipun kecewa, mereka tidak menuntut apapun pada rumah sakit.</p> <p>Mereka tetap percaya, Tuhan pasti akan menolong. “Pada awal kebutaan saya selalu bertanya pada Tuhan, kenapa ini terjadi? Namun Roh Kudus itu menghidupkan firman yang sering saya dengar bahwa Tuhan akan menolong. Pertanyaan kenapa begini, kenapa begitu berubah menjadi aksi mencari jalan keluar bagaimana mengatasi kebutaan.” Willing sungguh bersyukur karena dikelilingi oleh orang-orang yang mengasihinya. Orangtua dan kakaknya sangat perhatian.</p> <p>BERPRESTASI DI SEKOLAH</p> <p>Willing lantas sekolah di SMP Tan Miat, Jakarta Selatan, sekolah luar biasa negeri bagian A bagi para tunanetra yang juga menyediakan asrama. Hal pertama yang dilakukan adalah belajar huruf braille. Sesuatu yang tak pernah terlintas di benak-nya, ia akan belajar huruf bagi tunanetra itu. Selain belajar di sekolah, Willing juga les privat membaca dan menulis braille. Bahkan setiap bulan tatkala Willing pulang ia dilatih mengetik oleh kakaknya sampai akhirnya mahir mengetik 10 jari. Ia sungguh belajar keras. “Kamu jangan sampai gagal, “ kata kokonya setiap kali mendampingi Willing belajar. Jerih payah itu pun tak sia-ia. Di kelas, ia selalu juara 1 atau 2. Tahun 1980, ia terpilih menjadi bintang pelajar tunanetra se-Jakarta.</p> <p>Di sekolah luar biasa itu Willing juga berlatih gitar dan drum. Ia sangat serius belajar bahasa Inggris dari seorang pengajar voluntir bernama Ibu Sastrohardjo yang sangat perhatian lan-taran Willing bercita-cita jadi pendeta.</p> <p>Lulus SMP, Willing melanjutkan sekolah. Tak gampang karena waktu itu mau tak mau harus mencari sekolah umum. Artinya ia berada diantara siswa yang normal. Bukan perkara mudah mencari sekolah yang mau menerimanya. Akhirnya Willing diterima di SPG Budaya dengan catatan kalau tidak bisa mengikuti pelajaran harus rela keluar. Inilah tantangan.</p> <p>PERJUANGAN KERAS</p> <p>Jarak rumah dan sekolah lumayan jauh, Willing ganti kendaraan umum tiga kali. “Berangkat sekolah saya diantar kakak saya, Ko Apang. Kadang ia harus ngebut mendahului bis supaya bis berhenti. Lalu Ko Apang menaikan saya ke bis barulah ia buka kios di pasar. Koko saya sangat berkorban, ia terlambat menikah menunggu saya mandiri. Mama pernah bilang, untung Mama sudah kenal Tuhan Yesus kalau gak, mungkin gila karena peristiwa kebutaan saya,” kenangnya penuh haru.</p> <p>Meskipun dibantu tongkat untuk berjalan kerap kali Willing menabrak atau terjatuh, pernah masuk got yang cukup dalam. Ia mendengar tawa dari orang-orang yang melihatnya. Namun lambat laun ia menganggapnya biasa. Willing memilih tidak mudah putus asa. Ketika tantangan datang Ia sangat percaya Tuhan akan membuka jalan-jalan baginya.Di sekolah Willing dibantu teman-teman dalam membaca buku-buku pelajaran. Sebaliknya, Willing kerap dimintai tolong mengetik tugas sekolah mereka. Lagi-lagi, di sekolah orang normal itu pun Willing meraih juara dua dari dua kelas dengan jumlah seratus siswa.</p> <p>MELAYANI PENDERITA KUSTA</p> <p>Selepas SMA, Willing belajar di Sekolah Alkitab Berea, Salatiga. Ia sangat senang mempelajari firman Tuhan. Semangat pelayanannya makin terpacu. Firman yang ia baca dan dengar makin membuatnya kuat. Setelah lulus 1988, itulah Willing kembali ke Jakarta pelayanan di GSJA Charismatic Worship Service (CWS). Ia melayani tuna wisma, mengajar sekolah minggu dan sering main musik di kebaktian dewasa muda.</p> <p>Bersama Ibu Tumada, istri mantan Direktur RS. Sitanala, mereka merintis pelayanan di rumah sakit bagi penderita kusta itu. “Pertama kali ke Sitanala, Ibu Tumada kaget, dia tidak tahu kalau saya buta. Katanya, sewaktu dia lihat saya di gedung CWS jalan saya lincah tanpa tongkat. Yah, kalau di gedung ini sih saya sudah hapal” katanya tentang gedung CWS di Gedung Kenanga, Senen, Jakarta Pusat tempat wawancaranya dengan Bahana.Willing pun sibuk melayani, hal yang paling menyentuh hatinya saat berada di tengah penderita kusta. Beberapa kali, Willing mendampingi mereka, di saat-saat terakhir menjelang pulang di panggil Tuhan. Mereka mati dalam penderitaan fisik tapi tetap percaya Tuhan.</p> <p>MELAYANI KELILING PULAU</p> <p>Willing ingin terus berkembang, ia menyelesaikan kuliah S1 di Satya Bhakti (SATI), Malang. 29 Mei 1998, saat masih kuliah di SATI, Willing melangsungkan pernikahan dengan Jo Hanna Yosepha, wanita yang dikenalnya tahun 1988 pada acara hari misi, “Hanna itu hadiah Natal dari Tuhan. Saya menyatakan cinta 25 Desember 1993 setelah ibadah Natal. Lulus SMP, Willing melanjutkan Meskipun saya sudah siap resiko kalau ditolak. Tapi Puji Tuhan, dia menerima saya.” katanya tertawa yang disambut tawa Hanna yang menemaninya wawancara. Mereka menikah di kampus satu hari setelah ada acara wisuda. Kata teman-teman kuliahnya, biar nggak perlu beli bunga dan nggak perlu dekor. Soalnya saat wisuda banyak sekali kiriman bunga.</p> <p>Kini bersama Hanna, Willing terus melayani Tuhan tanpa pilih-pilih. Ke mana pun Tuhan membawanya pergi, ia akan pergi. Kakinya pernah menjelajahi berbagai daerah di Indonesia dan juga negara lain untuk memberitakan Kabar Baik. Suatu hal yang tentu saja, tak pernah ia bayangkan sebelumnya.Willing dipertemukan dengan banyak orang yang mendorongnya maju. Salah satunya Barnabas Ong, pendeta tunanetra yang melayani di Australia. Atas bantuan Barnabas, Willing dan Hanna mengambil program S2 di STT Kharisma. Willing mengaku, Tuhan memakai banyak orang untuk memberkatinya.</p> <p>“Dulu saya sempat berpikir, bahwa cita-cita saat di sekolah minggu jadi pendeta bakal batal. Khotbah kan perlu kontak mata. Banyak pergi pelayanan rasanya sulit bagi tunanetra. Tapi Tuhanlah yang telah mengerjakan ini semua. Saya bahagia kalau ada orang bertobat…” jelas Willing yang ditahbiskan pendeta di GSJA pada September 1996 itu. Willing terdiam. Tangisnya pecah. Wajah Willing memerah, ia menyeka matanya yang basah. Entah berapa banyak orang yang telah dicelikkan matanya lewat pelayanan Willing. Penderitaanpun dipakai-Nya bagi kemuliaan Allah. (Niken simarmata)</p> <p>source : http://www.bahana-magazine.com</p></div></div></div>KESAKSIAN KRISTENhttp://www.blogger.com/profile/09850118404553798099noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9000254955660948651.post-63701624915198269302008-11-09T17:59:00.001-08:002008-11-09T17:59:46.656-08:00MELESAT DENGAN KAKI CACAT<div class="primary"> <div class="item entry" id="post-42"> <div class="itemtext" style="padding-top: 15px;"> <h1><span style="font-size:+0;"><span style="font-size:100%;">Farida Oeyono Bisnis Melesat dengan Kaki Cacat</span></span></h1> <p>Farida Oeyono (47) yang akrab dipanggil Afa baru empat tahun saat demam menyerangnya. Pagi itu, saat bangun tidur tubuh kecilnya panas dingin. Kaki Afa lemah tak mampu untuk berjalan. Ia tak lagi lincah bermain. Berbulan-bulan hanya berbaring.</p> <p>VIRUS POLIO</p> <p>Afa memutar ingatannya. Tahun 1964, Pangkal Pinang, Bangka, tempat tinggalnya belumlah seperti sekarang. Saat itu, fasilitas kesehatan teramat minim. Bahkan, seingat Afa, di sana hanya ada satu dokter. Akhirnya orangtua membawa Afa ke sinshe, diberi obat masuk angin.</p> <p>Tak terbayangkan bahwa itu ternyata virus polio. “Kami tinggal di kampung, jadi kurang informasi kesehatan. Orangtua mengira cuma masuk angin biasa,” tutur anak kelima dari delapan bersaudara pasangan Tjen Sui Ho dan Harjanto Oeyono. Pekerjaan orangtua Afa adalah petani sederhana dan pedagang es keliling. Mereka sibuk bekerja tiap hari untuk bisa memenuhi kebutuhan. Oleh sinshe pula, Afa disarankan berobat jalan dan diterapi di rumah. “Kakek merawat saya hampir setahun. Kaki direndam air hangat supaya peredaran darah lancar. Kalau pagi, saya diajak berjemur supaya kena sinar matahari.” Afa belajar berjalan kembali. Ia membutuhkan bantuan tangan orang lain untuk memegangnya berjalan. Jalannya tertatih. Langkah demi langkah.</p> <p><img alt="bahana" src="http://www.bahana-magazine.com/files/because.of.him.jpg" align="right" />KASIH DI SEKOLAH</p> <p>Masuk SD di usia 8 tahun, Afa sudah bisa berjalan sendiri meskipun tak seperti dulu lagi. Kakinya lemah. Tak kuat berdiri dan berjalan lama. Kalau berjalan pun sedikit pincang. Meskipun berbeda dari teman-teman sekolahnya, Afa tidak minder. Ia bebas berteman tanpa merasa dibedakan. Mereka baik bahkan kerap menolong Afa tatkala membutuhkan bantuan.</p> <p>“Saya sekolah di pendidikan Katolik. Suster dan pastor membantu saya. Mereka juga sering datang ke rumah memberi arahan pada orangtua, mengajari saya mandiri dan percaya diri. Pastor Lambreta, orang Belanda, pernah mengajak saya sekolah di YPAC di Solo, tapi orangtua menolak.”SMP, suster mengajari Afa membuat rajutan. Kemudian hasil rajutan dijual pada suster-suster dari Belanda. Mereka senang dan menghargai hasil karya penyandang cacat. “Kadang dapat Rp5.000,- sampai Rp10.000,-. Wah senangnya bukan main,” kenang Afa tersenyum.</p> <p>Pertambahan usia membawa perubahan perasaan Afa. “Ketika udah gede, masuk SMEA saya mulai minder. Berangkat sekolah pagi-pagi sekali supaya nggak ketemu banyak teman, menghindar. Jam istirahat, hanya duduk di kelas. Teman-teman sih mengajak keluar, saya tolak. Saya merasa beda dari yang lain.” Teman-teman sebaya mulai bicara pacaran. Nonton film atau acara anak muda lainnya. Afa hanya terdiam. Tak mengomentari atau terlibat dalam pembicaraan. Ia malu.</p> <p>INGIN MANDIRI</p> <p>1978. Lulus SMEA, Afa nekat keJakarta menyusul kokonya, Muk Sak. Afa sempat melamar menjadi tukang jahit di perusahaan konveksi. Namun mengalami kesulitan dengan mesin jahit listrik. Kaki kanan Afa terasa sakit saat menginjak mesin, bertahan hanya 2 hari saja. Lalu Afa melontarkan keinginan untuk bekerja pada kokonya. Muk Sak tidak setuju dan minta Afa tinggal di kampung saja, menerima uang bulanan darinya. Afa berontak, ia tak mau mengandalkan kiriman. Ia harus bekerja. “Koko keberatan saya bekerja. Dia nggak tega, tapi tak mampu menolak. Karena saya bilang, kalau nggak diterima di tokonya, saya akan cari di tempat lain. Akhirnya saya diterima.” Afa mengerjakan banyak pekerjaan operan kokonya. Dari pemesanan, ngecek dan mengurus pengiriman barang. Sedangkan Muk Sak memperluas usaha di luar kota. Seluruh pekerjaan di Jakarta, di bawah pengawasan Afa. “Wow… tanggung jawab besar. Ini tantangan. Saya berdoa minta kekuatan Tuhan.” Kadang Afa harus melakukan pekerjaan dengan cepat. Tenaga kerja terbatas. Afa harus bisa melakukan pekerjaan seperti ngepak barang-barang dan “lari” ke gudang menghitung barang masuk.</p> <p>Ketika melakukan tugas “di luar meja”, orang-orang melihat keadaan kaki Afa. Inilah proses belajar Afa untuk tidak malu kondisinya diketahui orang lain. Hampir seluruh teman bisnis adalah kaum pria.</p> <p>MERINTIS USAHA</p> <p>Toko bangunan pertama milik kokonya berada di Pasar Jembatan Merah. Setelah hampir 17 tahun mengerjakan pekerjaan kokonya, Afa tertantang membuka usaha sendiri. Mampukah? Pertanyaan itu selalu timbul tenggelam di hati dan Afa coba menepiskan. Bukankah selama ini Tuhan telah menolong? Melakukan hal-hal yang tak pernah terlintas dipikirannya.</p> <p>Maka ketika keinginan itu tumbuh di hatinya, Afa membawanya pada Tuhan. Kerinduan itu hanya disimpan dalam hatinya. Baru dua tahun kemudian Afa memberanikan diri mengungkapkannya pada salah satu importir. “Dialah Ko Bun Ing, pemilik Toko Besi Gunung Subur, Surabaya. Ko Bun Ing menanggapi dengan positif. Dulu, pertama kali melihat kaki saya, dia bilang nggak perlu malu dan minder.” Afa senang seperti mendapat tanda untuk bisa mandiri. Masalah selanjutnya, bagaimana ia menyampaikan keinginannya itu pada kokonya. Ada perasaan tak enak hati, tapi sesuatu harus dicoba. “Meskipun agak khawatir, koko senang saya mau berjuang. Cici juga mengkhawatirkan kondisi saya, bagaimana kalau orang meremehkan dan menipu saya. Namun akhirnya mereka melepas saya…”</p> <p>Selama bekerja, Afa rajin menabung. Menyimpan uangnya dari tahun ke tahun. Tabungan itulah yang dipakainya merintis usaha di tahun 1995. Ditambah lagi Muk Sak memberinya uang jasa.Afa kaget ketika beberapa importir menelepon mengucapkan selamat atas langkah beraninya. Tak hanya itu. Mereka juga mengatakan siap menyuplai barang-barang yang dibutuhkan Afa. “Ko Bun Ing telepon ke importir lain untuk bantu saya. Bahkan dia bilang akan back up kalau usaha saya ada apa-apa.”</p> <p>RANCANGAN-NYA INDAH</p> <p>Dua belas tahun sudah, Afa punya usaha sendiri. Menyemai harapan dalam keterbatasan. Kerja kerasnya membuahkan hasil. Afa membeli dan menempati ruko Permata Kota berlantai 3 di daerah Tubagus Angke, Jakarta Barat. Di tempat inilah Afa ngantor. Selain toko-toko bangunan di Jakarta, Afa juga memasok di daerah Sumatera, Jambi, Palembang, Lampung, dan tempat kelahirannya, Bangka. “Kalau ketemu teman sewaktu di Bangka, mereka suka bilang, nggak kira Fa, kamu bisa begini… Saya bilang ini karena pertolongan Tuhan.”</p> <p>Melalui jerih payahnya, Afa bisa keliling ke banyak negara. Salah satunya melancong ke Gedung Putih, Washington DC. Ah, manalah terpikir semua itu. “Di Gedung Putih saya terharu banget, ketika datang langsung disambut polisi wanita. Dia mengawal, melayani penuh keramahan dan memberikan jalur khusus karena kondisi kaki saya. Saat di lift, momen tak terlupakan. Kursi roda saya menginjak kaki tentara, eeh malah dia yang berulang kali minta maaf. Padahal seharusnya saya yang minta maaf. Di negara Barat mereka sangat mengutamakan penyandang cacat,” ungkap penyuka olah raga tenis itu. Bertemu banyak orang, Afa kerap ditanya mengenai berbagai hal. Dari keterbatasan fisik sampai kehidupan pribadinya.</p> <p>“Ada yang langsung tanya, anak sudah berapa? Saya jawab ada dua, laki-laki dan perempuan. Mereka di pedalaman Papua di Pantai Kasuari. Setelah menyantuni mereka lewat World Vision, saya seperti punya anak. Suatu kali nanti saya ingin bertemu mereka,” tutur Afa yang masih melajang itu tertawa. Ia bahagia, bersyukur bisa menolong orang lain mendapatkan pendidikan. Afa tergabung di Laetitia, sebuah lembaga pelayanan bagi penyandang cacat. “Padahal dulu kalau ketemu orang cacat saya sering ngumpet. Gimana ya,” kenangnya tertawa lepas. Hidup Afa membuktikan bahwa tak ada yang mustahil bagi-Nya.<em> (Niken Maria Simarmata)</em></p> <p>source : www.bahana-magazine.com</p></div></div></div>KESAKSIAN KRISTENhttp://www.blogger.com/profile/09850118404553798099noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9000254955660948651.post-61288812094419979112008-11-09T17:57:00.000-08:002008-11-09T17:58:45.098-08:00Menaklukan Sang Maut<div class="primary"> <div class="item entry" id="post-43"> <div class="itemtext" style="padding-top: 15px;"> <p><img src="http://www.bahana-magazine.com/files/karena.dia.mei.07.jpg" align="left" />Pukul 07.00, sebuah sepeda motor seperti merangkak dari Laweyan di barat daya kota Solo. Begitu perlahan sehingga beberapa kendaraan melewatinya dengan membunyikan klakson. Sisa hujan semalam masih tampak pada bekas genangan air di sisi-sisi jalan. Apakah si pengendara enggan meninggalkan pagi yang basah, ataukah motor tuanya yang tidak bisa lagi diajak ngebut? Entahlah. “Jam berapa ya nanti sampai Jogja?” gumam Wahyudi (40), si pengendara, seorang diri. Motor itu bermerk Honda, bikinan tahun 1980-an, jadi masih bisa diajak ngebut 50-60 km/jam sebenarnya. Tetapi dengan kecepatan seperti itu sudah serasa terbang bagi Wahyudi. Dia hanya berani memacu 20-30 km/jam. “Setelah makan pagi di Gondang Klaten, saya coba lari 40. Tetapi rasanya sudah seperti pembalap, he-he-he,” ujarnya terkekeh di ruang tamu Divisi Marketing Majalah Bahana. Wahyudi butuh waktu 3 jam untuk bisa sampai ke Yogyakarta. “Mukjizat, saya sampai dengan selamat ke sini. Doakan juga bisa kembali dengan selamat,” cetusnya. Suara Wahyudi sengau, tak jelas intonasinya. Mirip orang menyeracau.</p> <p>DITABRAK BUS</p> <p>Setiap detik dalam kehidupan orang percaya adalah mukjizat. Demikian Wahyudi menghayati kehidupannya sekarang. Bisa bangun pagi bertemu istri dan anaknya adalah mukjizat. Dapat mengedarkan Majalah Bahana dan buku-buku rohani ke seantero kota Solo juga mukjizat. Masih bisa bernafas, apalagi. “Saya mendapat mukjizat luar biasa dari Tuhan. Ia sudah memberi saya banyak sekali.” Suara Wahyudi parau. Ia menengadah, menatap langit-langit kantor. Tahun 1987 hingga 1989, Wahyudi bekerja sebagai tenaga administrasi di Harian Kedaulatan Rakyat Yogyakarta. Saat koran Yogya Pos terbit di kota yang sama, Wahyudi pindah sebagai kepala staf composing di sana. Tetapi “nafas” Yogya Pos kelewat pendek. Wahyudi ber-tahan sampai tahun 1991 sebelum koran ini benar-benar mati. Tahun 1992, alumnus SMEAN II Yogyakarta itu mengadu untung ke ibukota. “Saya ke Jakarta coba kerja di (majalah) Tempo. Tetapi baru dua bulan saya dapat kecelakaan,” terang anggota Full Gospel Bussines Men’s Felowship International Solo, Chapter Manahan itu.</p> <p>Sebuah bus PPD menabrak motor yang dikendarai Wahyudi hingga remuk, pada 18 Agustus 1992. Tangan kiri patah, tempurung lutut kiri remuk. Wahyudi mengalami gegar otak berat yang menyebabkan dia koma. “Dokter bilang saya tidak ada harapan lagi. Gegar otak saya sangat parah, sehingga orangtua menyediakan peti mati dan bus untuk membawa mayat saya ke Yogya,” kata Wahyudi. Dalam keadaan koma Wahyudi dibawa keluarganya. Tetapi Tuhan berkeinginan lain. Setelah koma tiga bulan, Wahyudi yang kini tinggal di Gang Markisah I No.13 D, Karangasem RT 01/VIII, Laweyan, Solo itu berangsur sembuh. “Ini benar-benar mukjizat Tuhan,” kata Wahyudi.</p> <p>DEPRESI BERAT</p> <p>Begitu “bangkit” dari kematian, persoalan Wahyudi belum selesai. Ia teramat depresi dengan cacat permanen yang diperolehnya. Tempurung lutut yang remuk membuat kaki kirinya lebih pendek tujuh centimeter. Tangan kiri lumpuh dan tidak bisa digunakan. Suaranya menjadi sengau seperti baru terkena stroke berat. “Tangan kiri tidak berfungsi sama sekali. Kaki bisa, tapi untuk jongkok tidak bisa. Saya depresi berat. Saya pikir Tuhan terlalu berat mencobai saya. Tetapi berkat doa banyak orang, saya bisa keluar dari depresi itu,” kata Wahyudi sambil mengutip Mazmur 118:18 – 19. Mukjizat paling besar bagi Wahyudi adalah dirinya masih diizinkan hidup oleh Tuhan.Di Pleret Bantul Yogyakarta, di rumah orangtuanya, Wahyudi mengisi hari-hari dengan menulis. Rasa galau, namun juga keinginan untuk hidup sebagaimana orang normal lainnya ia tuangkan dalam tulisan-tulisan itu. “Habis mau bikin apa lagi. Dalam keadaan seperti itu saya hanya bisa menulis,” kata Wahyudi. Beberapa tulisan Wahyudi dimuat oleh majalah berbahasa Jawa Djaka Lodang yang terbit di Yogyakarta. “Honor pertama saya Rp15 ribu. Senangnya bukan main,” kenangnya.</p> <p>TIADA YANG MUSTAHIL</p> <p>Mustahil untuk manusia, tidak bagi Allah. Dalam kondisi tubuhnya yang serba terbatas, sebenarnya mustahil bagi Wahyudi mendapatkan jodoh. Tetapi jalan Tuhan susah ditebak. Seorang gadis membaca tulisannya. Mereka berkorespondensi. Suatu saat sang gadis minta ketemu. Gayung bersambut. Tiga bulan pacaran, mereka sepakat menikah. Maka Dra. Febe Tri Wuryan Taruni, dosen Bahasa Indonesia dan Kepala Administrasi ABA STIE Pignatelli Surakarta resmi menjadi istri Wahyudi pada 11 Februari 1998. Mereka diberkati di GBIS Nusukan, Solo. Perihal motor yang kini didesain khusus dengan dua roda di belakangnya? “Saya dikasih Megawati waktu dia masih jadi presiden. Saya senang sekali karena dengan motor ini saya bisa ke mana-mana mengantarkan Majalah Bahana dan renungan harian untuk pelanggan,” kata Wahyudi yang salah satu pelanggan-nya adalah wakil walikota Solo. Wahyudi menjadi Star Agent, program penjualan dengan bonus memikat, untuk menjual majalah Bahana, Renungan Malam, dan buku-buku rohani.Setelah empat tahun merindukan kehadiran seorang anak, tahun 1992 lahir Theofillus Dian Gegana. Saat melahirkan, Wahyudi memangku istrinya. “Saya melihat sendiri proses kelahirannya. Begitu kepalanya keluar, saya deg-deg-an. Saya bersyukur sekali. Puji Tuhan, satu lagi mukjizat bagi kami,” kata jemaat GKJ Kerten, pepathan Ka-rangasem, Solo itu yang selalu berdoa puasa setiap Selasa dan Kamis itu.</p> <p>Melihat Wahyudi berjalan, beringsut langkah demi langkah, barangkali kita segera dihinggapi rasa belas-kasihan. Ia seperti menyeret bagian tubuh sebelah kirinya. Tetapi Wahyudi juga seperti menempelak kita. Dalam keadaannya yang cacat, ia bekerja keras untuk menghidupi istri dan anaknya. Sejak tahun 1995, Wahyudi terus menu-lis untuk majalah Djaka Lodang dan mengirim beragam buku rohani, majalah rohani, renungan harian ke berbagai persekutuan di Solo. “Saya senang, walaupun dalam keadaan begini, saya bisa bertemu banyak orang,” kata Wahyudi.</p> <p>BELAJAR DARI WAHYUDI</p> <p>Hari menjelang siang. Wahyudi pamit. Berdiri di samping motor roda tiganya, ia menginjak starter beberapa kali. Sesungguhnya bukan menginjak. Berat badan ditumpukan pada kaki kanan, lalu “ditekan”. Tiga jam lagi ia baru sampai ke Solo, hanya dengan sebelah tangan memegang setir. Mungkin kita berpikir Wahyudi pantas bersyukur atas setiap detik dalam hidupnya. Bukankah ia telah diberi Tuhan berbagai mukjizat?</p> <p>Tetapi ketidakpekaan dan kekeraskepalaan kita jualah yang membuat Allah mengirimkan seseorang seperti dia, lengkap dengan rasa tak berdaya, putus asa, minder, kepingin cepat-cepat lenyap dari bumi, tetapi juga kegigihan, pantang menyerah, dan rasa syukur atas apa yang ia dapatkan hari ini. Wahyudi telah keluar dari peristiwa tak terhindarkan, maka kita patut belajar padanya.</p> <p>(Alex Japalatu)</p> <p>source : www.bahana-magazine.com</p></div></div></div>KESAKSIAN KRISTENhttp://www.blogger.com/profile/09850118404553798099noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9000254955660948651.post-46023582370514717902008-11-09T17:55:00.000-08:002008-11-09T17:56:53.705-08:00THANKS IBU INGE<div class="primary"> <div class="item entry" id="post-44"> <div class="itemtext" style="padding-top: 15px;"> <p><img alt="Kisah Inspirasional" src="http://www.bahana-magazine.com/files/kisah.inspirationaldes07.jpg" align="right" /> <em>Kisah Inspirasional<br /></em></p> <p><strong>SENDIRI DAN TERTINGGAL</strong></p> <p>18 Desember 1987. Tanggal itu tak pernah terhapus dari ingatanku. Satu per satu temanku meninggalkan asrama untuk merayakan Natal bersama keluarga. Sepi. Suasana asrama tempatku tinggal selama kuliah di Hannover, Jerman. Tiga tower, masing-masing berlantai 10 itu terasa lengang. Satu lantai rata-rata dihuni 25 orang. Dan Natal 1987, di lantai yang kutempati, aku hanya ‘sendirian’. Maka bagi yang ‘tertinggal’, biasanya kami berkumpul bersama. Memasak dan makan ramai-ramai. Karena setiap tanggal 24 Desember, hampir semua toko dan restoran tutup setengah hari. Malam Natal itu semua orang berkumpul di rumah bersama keluarga masing-masing.</p> <p><strong>BERTEMU IBU</strong></p> <p>Selain kuliah aku juga bekerja di restoran Chinese. 1995, di sana aku mengenal Inge Sturhmann (60). Perempuan tua itu sebenarnya tinggal jauh dari restoran tempatku bekerja. Ia menjadi pelanggan restoranku karena menengok ibunya yang tinggal di dekat restoran. Hampir seminggu sekali Inge datang. Kami mengenal pelanggan restoran dengan baik. Maka ketika Inge lama tak datang, aku bertanya-tanya, ada apa dengan dia? Seorang ibu paruh baya yang masih sehat bahkan menyetir mobil sendiri. Dua bulan kemudian Inge datang ke restoran. Segera saja kutanyakan rasa penasaranku. Inge lantas bercerita, ibunya yang selama ini ia tengok sudah dipanggil Tuhan. Aku makin mengenalnya. Inge ternyata hidup sendiri. Suaminya telah lama meninggal dan mereka tidak memiliki anak.Dalam persahabatan kami selanjutnya, Inge telah menganggapku sebagai anaknya. Dan aku pun memanggilnya ibu. Sejak itu aku merasa memiliki orang tua di Jerman.</p> <p><strong>‘PULANG’ KE RUMAH</strong></p> <p>Inge adalah pensiunan guru. Setiap kali bertemu teman-teman Inge, dia selalu memperkenalkanku sebagai anaknya. Dengan gaya seorang ibu, Inge kadang membanggakan aku dihadapan teman-temannya, “Anakku, sebentar lagi pula aku sangat menghormatinya. Aku banyak belajar darinya. Kehadiran Inge tentu saja menempati tempat tersendiri di hatiku. Ya itu tadi, aku punya orangtua di Jerman. Setiap Natal, Inge mengundangku di rumahnya. Aku seperti ‘pulang’ ke rumah orangtua. Sama seperti kebanyakan teman-teman kuliahku dengan kerinduan Natal berada di tengah keluarga. Hampir setiap Natal kami makan bersama di luar untuk merayakan Natal. Beberapa kali Inge malah memberiku uang sebagai kado Natal, 100DM sekitar Rp 100 ribu masa itu.</p> <p><strong>TETAP TERJALIN</strong></p> <p>1999. Ketika kuliahku kelar, aku berniat kembali ke Indonesia. Maka kuutarakan niat itu kepada ibu angkatku. Kuucapkan terimakasih untuk semua kebaikan dan perhatiannya padaku selama ini. Inge lantas menyatakan harapannya agar aku tetap tinggal di Jerman. Namun aku ingin tetap kembali. Maka, perpisahan itu tak dapat dihindari. Perpisahan ‘ibu dan anak’ yang berlainan negara. Inge telah mengasihiku dengan tulus. Perasaan kehilangan itu terasa begitu berat di hati kami. Sampai hari ini persaudaraan kami masih terjalin dengan baik meski-pun harus berkomunikasi jarak jauh dengan telepon. Kami selalu memberi kabar hal-hal penting yang terjadi dalam hidup kami. Misalnya ketika tahun 2002, saat aku menikah.</p> <p>Beberapa kali aku ke Jerman karena urusan pekerjaan. Aku selalu menyempatkan diri datang menemuinya. Tahun lalu, 2006, aku dan isteriku, Vivi Hadikrisno mengunjungi Inge. Betapa senang kami bisa bertemu kembali. Setiap Natal, aku selalu mengingat kenangan manis itu. Aku tidak sendirian di negeri orang. Tuhan mengirimkan seorang ibu yang mengasihiku. Suasana Natal seperti ini, terbayang semua kebaikan Tuhan dan orang-orang terhadapku. Seperti kasih Inge yang telah terpahat di hatiku. “Frohe Weihnachten, Mutti. Gott segne dich. Merry X’mas, God bless you. Vielen dank… Terima kasih Ibu…” (Seperti yang dikisahkan Janimin Bonifa kepada Niken Maria Simarmata)</p> <p>source : www.bahana-magazine.com</p></div></div></div>KESAKSIAN KRISTENhttp://www.blogger.com/profile/09850118404553798099noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9000254955660948651.post-52168244869390258402008-11-09T17:53:00.000-08:002008-11-09T17:55:13.175-08:00Pertolongan Tuhan Dalam Kesulitan<div class="primary"> <div class="item entry" id="post-45"> <div class="itemtext" style="padding-top: 15px;"> <p><em>Inspirationals<br /></em></p> <p><img alt="bahana" src="http://www.bahana-magazine.com/files/inspirationals.jpg" align="left" /> Menghitung kebaikan Tuhan memang tidak pernah ada habisnya. Erni Johan (31) pernah merasakannya. Lulus Diploma 1 Akuntansi di Solo, tahun 2001 aku ke Jakarta. Kerja apa sajalah, pikirku. Asal rajin, kerja keras, nggak gengsi, pasti bisa hidup. Begitulah kata orang tentang Jakarta. Tiba di Jakarta, aku langsung ke kost-an kakakku, Catur. Dia melayani di persekutuan doa, di Cipinang dan gereja di Bekasi.</p> <p>Aku anak ketujuh dari delapan bersaudara. Dari kecil kami terbiasa hidup sederhana. Bapak meninggal selagi kami masih kecil. Ibulah yang banting tulang mencukupi kebutuhan sehari-hari. Berjualan nasi soto, pecel, sambal goreng, dan beberapa makanan. Aku bisa kuliah atas kebaikan kakakku, Mas Harso. Dialah yang menopang biaya selama satu tahun kuliah.</p> <p>MENJADI PENJAGA TOKO “Er, ada lowongan jaga toko buku rohani, mau?” tanya Mbak Catur ketika kami ngobrol berdua di kamar. Mendengar info itu aku senang sekali. Karena sudah tiga bulan di Jakarta tanpa pekerjaan. Bosan dan mulai stres.Pada hari yang ditentukan aku datang ke toko buku rohani di Kebon Jeruk, Jakarta Barat untuk wawancara. Gaji yang ditawarkan Rp350 ribu. Dalam hatiku berapa sajalah yang penting dapat pekerjaan. Aku setuju. Tiga hari kemudian mulai kerja.</p> <p>Terima kasih Tuhan, doaku dikabulkan. Sepanjang perjalanan pulang, aku mulai menghitung-hitung pengeluaran sebulan. Kalau pulang pergi dari kost Mbak Catur, selain jauhnya nggak kira-kira, gajiku habis untuk ongkos. Kost? Aku dengar di Kebon Jeruk tak kurang dari Rp250 ribu. Lalu dari mana aku makan?</p> <p>DITOLONG TEMAN</p> <p>Hari pertama kerja, aku bertemu dengan Ci Lily. Pekerja gereja yang juga akan bersamaku mengelola toko buku itu. “Erni, mau tinggal sama aku?” tanya Ci Lily membuyarkan lamunanku. Ku-pandang wajah Ci Lily yang tersenyum padaku. Ia sedang tidak basa-basi. “Nggakngerepotin, Ci?” tanyaku meyakinkan tawarannya. “Nggak Erni, ngerepotin apa? Sudahlah, nggak usah kamu pikirin. Kita bisa sama-sama,” katanya. Kuucapkan terima kasih padanya.</p> <p>Dua bulan aku menumpang di rumah Ci Lily. Semakin mengenalnya, aku melihat ketulusan hatinya. Ia baik pada setiap orang. Aku ingin mandiri, nggak enak terus-terusan numpang. Tapi kalau kost, uangku tak cukup. Aku tetap berdoa menyampaikan kerinduanku pada Tuhan. Tak lama, aku berkenalan dengan Erni Claudia, bekerja di gereja. Dia menawarkan kost yang sangat murah hanya Rp75 ribu saja. Aku menempati kamar seharga Rp250 ribu. Puji Tuhan!</p> <p>Selalu saja ada pertolongan, itu yang aku rasakan ketika kesulitan datang. Begitu juga dengan keperluan sehari-hari, aku mencoba mencukupkan diri dengan apa yang ada. Mengucap syukur dalam segala perkara. Kalau dirasa uang kurang, aku belajar untuk tidak berpikir ngutang.</p> <p>KEBAIKAN TUHAN</p> <p>Oleh gereja aku dipindah ke pelayanan orang tua asuh, namanya Kota Daud. Memberi bantuan biaya pendidikan bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu. Salah satu pengurusnya Ibu Meijanti Wijaja, aku memanggilnya Ci Mei.“Er, sini…”, kata Ci Mei satu siang. Aku datang mendekat. Wah… jangan-jangan aku melakukan kesalahan. Kuterka-terka dan kuingat apa yang kulakukan di waktu lalu.</p> <p>“Ini ada berkat untukmu, semoga pas dan kamu senang….” Ci Mei mengulurkan tas. Aku masih terdiam. “Pakaian…” kupandang wajah Ci Mei, kuterima tas itu dan mengucapkan terima kasih padanya. Air mataku jatuh ketika mencoba satu per satu lima potong pakaian itu. Selama ini mana terpikir membeli pakaian. Bisa makan tiap hari saja sudah sangat bersyukur.</p> <p>Kebaikan Ci Mei tidak hanya itu saja. Setiap kali dia pergi ke luar kota atau ke luar negeri selalu membawa oleh-oleh untukku dan beberapa teman pelayanan. Aku terharu dengan perhatiannya, sempat-sempatnya orang sesibuk dia masih mikirin oleh-oleh untuk kami. Satu kali Ci Mei memberiku kalung. Kali lain, ia memberi cincin emas. Dan setiap ulang tahun, dia selalu memerhatikanku.</p> <p>Tuhan juga mengirimkan kebaikannya melalui Bu Hartati, salah satu jemaat gereja yang memberiku amplop berisi Rp100 ribu per bulan selama setahun. Padahal waktu itu Bu Hartati dalam keadaan susah. Suaminya telah dipanggil Tuhan saat usaha yang dijalankannya bangkrut sehingga Bu Hartati harus berurusan dengan banyak pihak. Aku tak dapat menghitung kebaikan Tuhan yang memeliharaku di waktu lalu, kini, dan selamanya. Terima kasih…(Niken Maria Simarmata)</p></div></div></div>KESAKSIAN KRISTENhttp://www.blogger.com/profile/09850118404553798099noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9000254955660948651.post-26292566135126277512008-11-09T17:45:00.000-08:002008-11-09T17:53:37.552-08:00KEBAIKAN TUHAN MELALUI TEMAN<div class="primary"> <div class="item entry" id="post-46"> <div class="itemtext" style="padding-top: 15px;"> <p><img alt="Inspirational Stories" src="http://www.bahana-magazine.com/files/kisah.insp.jun.07.gif" align="left" /><em><br />Inspirational<br /></em><br />Tuhan bisa hadir di mana saja, termasuk melalui teman dan tetangga. Erland Batubara (37) pernah merasakan.</p> <p>Kupegang pinggulku. Kupijat perlahan. Dengan harapan nyeri yang kurasa hilang. Ah, paling cuma salah tidur atau salah gerak. Bentar lagi juga lenyap, pikirku. Sebentar-sebentar memang sakit itu hilang. Tapi bisa dengan tiba-tiba muncul lagi. Bahkan lebih parah. Tulang belakang seperti dipukul-pukul pakai benda keras. Saking sakitnya kubayangkan tulangku dipukul pakai martil. Aku berusaha menahan sakit. Waktu itu aku tinggal bersama 4 temanku yang mengontrak rumah sederhana. Maka ketika sakit itu, aku berusaha sedapat mungkin tidak membuat repot mereka yang juga hidup pas-pasan. Syukur-syukur dapat tumpangan. Pekerjaan mereka sopir dan kondektur bis. Aku sendiri sudah beberapa bulan nganggur dari pekerjaanku sebagai ‘kondektur layang’ bis PPD. Maksudnya semacam kondektur serep saja. Kalau dibutuhkan, baru diminta kerja.</p> <p>TAK ADA UANG</p> <p>Di Jakarta, aku tak punya saudara. Betul-betul merasa sendirian. Seminggu, sakit tulang belakangku makin parah. Ampun sakitnya. Saking nggak tahan lagi, aku menangis meraung-raung.Kesedihanku kian mendalam. Tidak ada uang sedikit pun untuk ke dokter. Kalau menahan lapar sih sudah biasa. Tapi sakit seperti ini, oh… tersiksa sekali. ”Tuhan… Tuhan… tolong aku,” teriakku dalam hati. Kalau teman-temanku serumah ‘diam’ saja, aku tahu betul mereka pun juga sedang tak punya uang. Aku sangat maklum. Karena tak tahan lagi, aku bermaksud keluar rumah. Jalan ke mana saja. Kalau mati di jalan, matilah! Terlintas untuk bunuh diri saja karena sakit yang nggak tertahankan.</p> <p>Sore itu aku keluar rumah. Pergi tanpa tujuan. Di jalan aku ketemu seorang kenalan marga Panjaitan. Ia melihatku dan langsung mengajak untuk kembali ke rumah. Apalagi waktu dia tahu kepergianku nggak jelas. ”Ayolah …. pulang,” ia sedikit menarikku berbalik arah.</p> <p>MENDAPAT PERTOLONGAN</p> <p>Tak lama di rumah. Tiba-tiba berkumpullah lima pria tetangga kami. Salah satunya Bp. Rindu, pemilik rumah kontrakan. Dia asli Palembang, seorang muslim. Mereka bermaksud membawaku ke dokter. Panjaitanlah yang memberitahukan mereka. ”Nggak usah dipikirkan….. Pokoknya berangkat saja” kata salah satu diantara mereka. Oh, Tuhan, ini pertolongan-Mu! Terimakasih ya….. Terbayanglah telah lama tidak pergi ke gereja. Tak pernah berdoa. Aku sudah meninggalkan Tuhan. Bahkan ‘kerjaanku’ ngutip uang judi istilah kami leng atau marbento Seringkali rumah kontrakan menjadi tempat berjudi. Nah, aku ambil Rp 500,- sampai Rp 1.000,- dari yang menang. Istilahnya uang ‘rantang’ yang menjadi hakku. Kupakai uang itu untuk makan atau beli rokok.</p> <p>”Berangkat sekarang, Bang….” kata mereka membuyarkan lamunanku. Sore itu, aku diantar ke klinik oleh rombongan dengan mobil Bp. Rindu.Dokter menyuntikku. Biaya pengobatan kalau tak salah dengar Rp 40.000,-. Mereka patungan atau saweran untukku. Setelah ke dokter, tulang punggungku berangsur-angsur membaik. Bahkan sampai saat ini tak pernah kambuh.</p> <p>KEBAIKAN TUHAN MELALUI TEMAN</p> <p>Namun setengah tahun kemudian aku kembali jatuh sakit. Paru-paru yang menyesakkan dada. Bapak dan ibu Rindu memerhatikanku. Memberiku uang dan sekaleng susu. Mereka menyuruh pembantunya untuk memberiku makan. Peristiwa 10 tahun lalu itu adalah bukti pertolongan Tuhan meskipun kala itu cara hidupku tak berkenan di hadapan-Nya. Tuhan Yesus selalu saja memperlihatkan kasih-Nya. Melalui proses yang panjang dan berliku aku telah kembali ke jalan Tuhan. Dalam segala keterbatasanku aku belajar memerhatikan orang lain. Belajar dari peristiwa-peristiwa yang kualami. Begitu banyak persoalan yang menghimpit. Tapi aku selalu melihat kebaikan Tuhan. Teman-teman yang memberi tumpangan saat aku ngang-gur, sahabatku Panjaitan yang ‘memaksaku’ ke kontrakan supaya aku mendapat pertolongan, tetangga dan bapak ibu Rindu yang peduli padaku. Semua itu bukti cinta-Nya</p></div></div></div>KESAKSIAN KRISTENhttp://www.blogger.com/profile/09850118404553798099noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9000254955660948651.post-9270606811235813682008-11-09T17:42:00.000-08:002008-11-09T17:45:55.945-08:00Anak Pemberani Ditolong Malaikat<div class="primary"> <div class="item entry" id="post-299"> <div class="itemtext" style="padding-top: 15px;"> <blockquote> <p>True Story !!! Anthony sempat mendapat pukulan brutal dari ayahnya dan hampir dibunuh, tapi sang anak diselamatkan oleh malaikat yang berbisik kepadanya.</p></blockquote> <p><img alt="anak pemberani yang ditolong malaikat" src="http://static.oprah.com/images/tows/200605/20060519/20060519_103_284x218.jpg" /></p> <p>Hati seseorang yang besar dapat tinggal dalam tubuh yang mungil. Itulah Anthony, masa kecilnya dipenuhi dengan penderitaan akibat ketidakharmonisan orang tuanya dan melihat langsung ulah sang Ayah yang brutal terhadap ibunya. Sampai suatu hari, sang Ayah menjadi tidak terkendali dan membunuh istrinya sendiri. Anthony menyaksikan semua itu dan ia juga sempat mendapat pukulan brutal dari ayahnya.</p> <p><span id="more-299"></span>Ia berpura-pura mati setelah itu. Anthony mendengar pesan “malaikat” menyuruhnya berpura-pura mati, agar ayahnya berhenti memukul dan meninggalkannya. Begitu pengakuannya kepada Oprah. Ia memainkan peran itu, dan sang ayah pun pergi meninggalkannya sebentar. Diam2 Anthony mencuri kesempatan itu menelpon ke 911, dan ia berpura-pura mati lagi sewaktu Ayahnya kembali.</p> <p>Kristin, Operator 911 yang menerima telepon Anthony mengatakan “Kamu benar-benar menunjukan apa artinya keberanian dan apa itu faith. Dan kamu membuat aku menjadi percaya akan Tuhan & Malaikat.”</p> <p><img alt="Anthony anak pemberani" src="http://static.oprah.com/images/tows/200605/20060519/20060519_105_284x218.jpg" /></p> <p>sumber : Oprah.com</p></div></div></div>KESAKSIAN KRISTENhttp://www.blogger.com/profile/09850118404553798099noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9000254955660948651.post-32617136272880710492008-11-09T17:36:00.000-08:002008-11-09T17:39:39.635-08:00WANITA YANG BUTA<div class="primary"> <div class="item entry" id="post-41"> <div class="itemtext" style="padding-top: 15px;"> <h1><span style="font-size:+0;"><span style="font-size:100%;"><strong>Syanni Susan Pankey - Menjadi Pemenang Dalam Kebutaan</strong></span></span></h1> <p><img alt="bahana" src="http://www.bahana-magazine.com/files/kandia.okt.07.jpg" align="right" /><img alt="bahana" src="http://www.bahana-magazine.com/files/kandia1.okt.07.jpg" align="right" /></p> <p><em>Because Of Him<br /></em></p> <p>“Akibat kecelakan itu hidung saya hancur. Pipi kiri, pipi kanan, rahang dan dagu, patah. Mata saya buta” jelas Syanni Susan Pankey (43) mengawali “kisah kelabu”nya.</p> <p>Kecelakaan Tragis</p> <p>25 Juni 1987. Gerimis turun. Mobil VW Combi antar jemput karyawan yang ditumpangi Syanni dari arah Citereup – Bogor ke Jakarta menabrak pantat truk yang melintang di jalur mereka lewati. Mobil terguling dan terhempas. “Dari 10 karyawan, empat orang meninggal. Depan, dua penumpang, dan sopir. Seorang yang meninggal duduk di sebelah saya. Satu orang gegar otak, satu orang patah kaki, satu orang patah rusuk. Paling parah saya. Wajah, hidung, dan gigi hancur. Mata kena pecahan kacamata yang saya pakai”.</p> <p>Setelah kecelakaan tragis itu, Syanni dibawa ke RS. UKI Karena peralatan tidak lengkap ia lalu pindah ke RS. Cipto Mangun Kusumo Sembilan hari di sana belum juga mendapat penanganan. “Mereka belum pernah mendapat kasus seperti saya. Jadi, mereka membentuk tim dan meeting melulu. Hari ke-10 barulah saya dioperasi.”Hampir 2 bulan Syanni di rumah sakit. Mulut diveksasi. Setelah 6 minggu, veksasi diangkat. Gigi palsu bawah saya ke depan. Hampir seluruh wajah saya termasuk mulut diperban, sehingga komunikasi dengan dokter, suster dan keluarga dilakukan dengan menulis. Untuk bernafas tenggorokan Syanni dilubangi dan dipasang alat.</p> <p>Ingin Mati<br />Pulang dari RS. Cipto, kedua mata Syanni ditutup. Setiap kali tanya ke dokter yang kontrol, selalu dijawab, masih diusahakan. Mendengar itu ia terus berharap matanya pulih. Syanni sedih karena banyak bergantung pada orang lain. Padahal ia anak pertama yang selama ini bekerja membantu ekonomi keluarga. Sehari-hari ibunya menerima jahitan dan pesanan kue. “Papa meninggal 1 tahun sebelum peristiwa itu. Ketiga adik saya sangat butuh biaya sekolah. Satu adik saya kuliah, SMP dan satu lagi SD” ungkap jebolan ASMI (Akademi Sekretaris Manajemen Indonesia).</p> <p>Satu kali ketika ibunya ke pasar dan pembantu di dapur, Syanni nekad ke kamar mandi sendiri. Ia kejedot dinding. Wajah yang masih diperban itu bengkak. “Saya down. Saya buta. Tapi masih berharap bisa melihat karena pemeriksaan belum selesai.” Syanni kerap bertanya pada Tuhan tentang musibah itu. Kenapa semua ini terjadi? Engkau Mahakuasa. Tuhan kan bisa lalukan kecelakaan itu? Tapi kenapa nggak bikin? Itu sangat mudah, kalau Tuhan mau.</p> <p>Pikiran Syanni makin berat seperti masuk pada lorong gelap tak bertepi. Apa yang bisa dilakukan orang tanpa mata? Syanni tak sanggup menjalani kehidupan tanpa masa depan.</p> <p>“Meskipun putus asa, saya tidak mau bunuh diri. Tiap malam menjelang tidur saya selalu berdoa, minta Tuhan ambil nyawa saya. Kedua tangan, saya lipat seperti dalam peti mati dan berharap besok pagi mati.” Syanni selalu saja terbangun. Kehidupan masih ada baginya. Roh Kudus memberi pengertian untuk menerima kebutaan meskipun harapan kembali normal tetap ada.</p> <p>Bertemu dr. David</p> <p>November 1987. Operasi kedua di RS. Harapan Kita. Sebelumnya Syanni sangat senang bertemu dengan dokter ahli David J. David AC dari Australia. Dokter ini didatangkan untuk menangani kasusnya. David penuh kasih dan lembut. “Good morning dear, begitulah dia menyapa saya. Setiap pagi mengontrol sembari mengelus-elus pundak atau tangan saya. Di ruang operasi dia berkata, ‘I’ll do my best and you pray.’ Wah, mendengarnya menyentuh banget di tengah keputusasaan. Dia menjelaskan tindakan detail yang akan dilakukan pada wajah saya.”</p> <p>Usai operasi, Syanni merasakan seluruh wajah sakit. David menguatkan Syanni. Dia pamit akan kembali ke Australia dan Syanni ditangani dr. Kuswara. Syanni kehilangan. Lalu bertanya, “How about my eyes?” David memegang Syanni, “Sorry, I can’t help your eyes”. Tangis Syanni tak bisa ditahan. David menjelaskan kalau dia bukanlah dokter ahli mata dan hanya mengurusi wajah Syanni. Padahal dalam bayangan Syanni, David akan mengurus matanya juga. “I don’t want to be blind. I want my eyes”.</p> <p>Itulah kata-kata yang diucapkannya dalam isak tangis. Syanni pasrah. Hatinya hancur. Syanni bolak-balik ke dokter membuka jahitan. “Saya juga harus ke dokter kalau pen di wajah ditolak oleh tubuh harus dikeluarkan. Artinya tulang menyatu, pen menekan saraf. Rasanya seperti kesetrum. Sakit sekali.”Setelah operasi Syanni mendapat “hidung baru”. Tulang hidung diambil dari tulang rawan dari tulang rusuknya. Akibatnya, sampai sekarang Syanni tidak kuat berdiri lama. Di wajah Syanni ada 30 pen ukuran kecil dan besar. Bentuknya seperti mur. “Seluruh biaya ditanggung Sandoz Biochemie, tempat saya bekerja. Mereka juga menyediakan mobil kantor untuk keperluan transportasi ke rumah sakit. Teman-teman dan para pimpinan juga kerap menjenguk.”</p> <p>Operator Telepon</p> <p>Mr. Supka, orang Norwegia, pimpinan perusahaan memanggil Syanni ke kantor. Menanyakan apakah Syanni mau kembali bekerja? Syanni kaget. Pekerjaan apa yang bisa dilakukan dengan kondisi seperti itu? Supka mengatakan bahwa operator telepon di kantor pusat, Swiss, juga seperti Syanni, buta. Ah, nggak pernah terbayang akan kembali bekerja. Motivasi yang diberikan Supka menumbuhkan kepercayaan Syanni. “Orang lain saja percaya saya masih bisa do something, kenapa saya nggak? Mr. Supka juga bilang tak masalah kalau saya bolak-balik ke rumah sakit untuk operasi. Oleh kantor, saya dileskan private Braile. Pertama kali pegang huruf Braile, saya menangis. Tapi saya berpikir ini tantangan.”</p> <p>Februari 1988, Syanni bekerja sebagai operator telepon. Menangani 15 lines telepon dari dalam dan luar negeri, untuk 150 extention. Awalnya Syanni diberi tempat di front office bersama dengan resepsionis. Tapi karena nggak percaya diri, Syanni minta duduk di dalam. “Orang yang telepon tidak tahu kalau saya buta.”</p> <p>Tahun 1992, Syanni menjadi utusan PERTUNI (Persatuan Tuna Netra Indonesia). Untuk mengikuti pertan-dingan keterampilan penyandang cacat se-Asia Pasifik di Hongkong. Pertimbangannya, Syanni bekerja sebagai operator telepon dan bisa bahasa Inggris. “Puji Tuhan, saya juara tiga, dapat perunggu,” kenang penulis buku Panduan Operator Telepon untuk Tuna Netra. Sebelum berangkat dan sesudah pulang ke Hongkong, Syanni dan rombongan bertemu dengan Ibu Kepala Negara waktu itu, Tien Soeharto. Ia diwawancarai beberapa TV dan kisahnya ditulis di media cetak.</p> <p>TidaK Menyerah</p> <p>Tahun 1999. Syanni menikah dengan Eddy Oetomo, tuna netra juga. Tak lama kemudian Syanni hamil. 11 Oktober 2000, ia melahirkan anak laki-laki yang diberi nama Enryco Oetomoputra.Akhir 2005. Syanni keluar dari perusahaan. Keputusan diambil karena ada perubahan manajemen, setengah dari divisi perusahaan tempatnya bekerja tutup. Kebetulan juga perusahaan membuka “paket” bagi mereka yang mengundurkan diri. Uang pesangon itulah yang digunakan Syanni merintis usaha baru yaitu toko di depan rumah. Usaha yang dilakukan Syanni cukup unik. Selain toko, Syanni juga mencari order housekeeping perusahaan atau pabrik. Usaha yang dikelolanya merangkak maju. Kini sudah ada 8 perusahaan yang ia tangani. Dari keperluan rumah tangga seperti gula, kopi, teh, tissue, cairan pembersih, alat tulis kantor, kursi, cangkir, dll.</p> <p>Syanni memperkerjakan dua karyawan: Satu di dalam dan satu orang lagi tugas luar mengantarkan pesanan dengan motor. Bila pesanan banyak maka Syanni menyewa mobil bak terbuka. Saat ini omzet usaha Syanni berkisar 40 jutaan per bulan. Ketika Bahana mewawancarai di rumahnya, tak hentinya telepon berdering. Syanni pun sibuk menghubungi supplier.“Kadang saya hunting mencari barang pesanan dengan membonceng motor. Kalau belum dapat, saya pena-saran. Ini tantangan dan saya senang mengerjakannya” tandas wanita kelahiran Surabaya, 7 April 1964 yang pernah jadi pembicara bagi sales COMBIPHAR di Hotel Sheraton, Jakarta Pusat.</p> <p>Syanni memang pekerja keras. “Kalau saya dan suami tidak bekerja bagaimana? Kami berusaha tidak menggantungkan hidup pada orang lain”. Tak ada impian muluk. Baginya, bisa membayar gaji karyawan dan memenuhi kebutuhan sehari-hari saja sudah bersyukur. Melewati tiap hari tanpa keluhan itu juga kemenangan, kan?</p> <p><em>(Niken Maria Simarmata) </em></p> <p>source : www.bahana-magazine.com</p></div></div></div>KESAKSIAN KRISTENhttp://www.blogger.com/profile/09850118404553798099noreply@blogger.com2